Bacaan
Ekaristi : Kis. 20:17-27; Mzm. 68:10-11,20-21; Yoh. 17:1-11a.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa ia berdoa agar seluruh uskup meneladani Rasul
Paulus dengan ketaatannya kepada Roh Kudus dan kasihnya kepada umatnya. Beliau
mengatakan hal itu dalam homilnya pada Misa harian Selasa pagi, 15 Mei 2018, di
Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada Bacaan
Pertama liturgi hari itu (Kis 20:17-27) yang menceritakan Paulus, “dipaksa oleh
Roh Kudus”, meninggalkan para penatua Gereja di Efesus untuk pergi ke
Yerusalem. “Ini adalah langkah yang menentukan, langkah yang menjamah hati, ini
juga merupakan langkah yang menunjukkan kepada kita jalan bagi setiap uskup
ketika tiba saatnya untuk purnabakti dan mundur”, kata Paus Fransiskus.
Menelusuri
kembali kisah biblis tentang bagaimana Paulus memanggil para penatua Gereja di
Efesus untuk membiarkannya pergi, Paus Fransiskus mencatat bagaimana Paulus
menguji hati nuraninya, memberitahu para penatua apa yang telah ia lakukan bagi
jemaat dan membiarkan mereka untuk menilai karyanya. Paulus tampak
"sedikit bangga", kata Paus Fransiskus, tetapi pada kenyataannya
"ia tidak memihak". Ia hanya membanggakan dua hal :
"dosa-dosanya sendiri dan Salib Yesus yang menyelamatkannya".
Menggambarkan
bagaimana Paulus merasa “didesak oleh Roh Kudus” untuk pergi ke Yerusalem, Paus
Fransiskus mengatakan : “Pengalaman dengan uskup ini, uskup yang dapat
membedakan Roh, yang dapat membedakan kapan Roh Allah berbicara kepadanya dan
yang tahu bagaimana membela diri ketika dibicarakan oleh roh dunia".
Dalam beberapa hal, Paus Fransiskus mengatakan, Paulus tahu bahwa ia sedang “menuju pencobaan, menuju salib dan hal ini mengingatkan kita bahwa Yesus masuk ke Yerusalem, bukan?”
Rasul Paulus, beliau melanjutkan, “dengan taat menyerahkan dirinya kepada Tuhan. (Ungkapan) didesak oleh Roh Kudus itu. Uskup yang selalu berjalan maju tetapi menurut Roh Kudus. Inilah Paulus”.
Selanjutnya beralih ke kata-kata perpisahan Paulus, Paus Fransiskus mencatat bagaimana Paulus pergi di tengah-tengah penderitaan mereka yang hadir dengan memberi mereka nasihat dalam sebuah peninggakan yang bukan merupakan peninggalan duniawi “yang berkenaan dengan meninggalkan harta milik kepada orang ini atau orang itu”.
Kasih Paulus yang besar, kata Paus Fransiskus, “adalah Yesus Kristus. Kasih keduanya untuk kawanan dombanya. Jagailah satu sama lain dan jagailah seluruh kawanan domba. Awasilah terus kawanan domba : kamu adalah uskup bagi kawanan dombamu, mengurusnya dan bukan meningkatkan karir gerejawimu”.
Memperhatikan bagaimana Paulus mempercayakan para penatua kepada Allah, memahami bahwa Ia akan memperhatikan mereka, Paus Fransiskus menekankan bahwa Paulus berbicara tentang tidak mempunyai keinginan untuk memiliki uang atau emas bagi diri sendiri. Beliau menggambarkan peninggalan Paulus sebagai "sebuah kesaksian, serta sebuah pemberitahuan dan sekaligus sebuah tantangan". Ini bukan peninggalan duniawi, kata Paus Fransiskus karena Paulus tidak memiliki apa pun untuk ditinggalkan kepada orang lain, "hanya rahmat Allah, keberanian kerasulannya, wahyu Yesus Kristus dan keselamatan yang telah diberikan Tuhan kita kepadanya".
Paus
Fransiskus memikirkan tentang kapan waktunya akan tiba. “Ketika saya membaca
hal ini, saya memikirkan diri saya sendiri", beliau menyatakan, “karena
aku seorang uskup dan aku harus purnabakti dan mundur”.
Beliau mengakhiri homilinya dengan doa : “Aku sedang memikirkan seluruh uskup. Semoga Tuhan menganugerahkan kepada kita semua rahmat untuk dapat purnabakti dan mundur dengan cara ini (seperti Paulus), dengan roh itu, dengan kekuatan itu, dengan mengasihi Yesus Kristus dan iman dalam Roh Kudus ini”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.