Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 Mei : JANGAN DIPERBUDAK OLEH KEKAYAAN

Bacaan Ekaristi : Yak. 5:1-6; Mzm. 49:14-15ab,15cd-16,17-18,19-20; Mrk. 9:41-50.

Dengan mendedikasikan Misa harian Kamis pagi 24 Mei 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, kepada “rakyat Tionghoa yang mulia” yang sedang merayakan pesta Bunda Maria dari Sheshan, dalam homilinya Paus Fransiskus mengundang umat beriman untuk berhati-hati dengan kekayaan, yang dapat merayu dan memperbudak. Kita harus menjauhkan hati kita dari kekayaan, karena kekayaan diberikan kepada kita agar kita dapat memberikannya kepada orang lain.


Homili Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Pertama (Yak. 5:1-6), yang menceritakan telah terdengar teriakan besar para buruh kepada Allah untuk meminta keadilan karena upah mereka ditahan oleh orang-orang kaya. Beliau mengatakan bahwa kutipan Kitab Suci tersebut “dengan memaksa” berbicara kepada orang-orang kaya dan merupakan pengingat akan apa yang dikatakan Yesus sendiri kepada mereka. 'Celakalah kamu yang kaya'. Jika seseorang hari ini akan mengkhotbahkan kata-kata ini, media pada hari berikutnya akan menulis : 'Imam tersebut seorang komunis'. Tetapi kemiskinan adalah pusat dari Injil. Berkhotbah tentang kemiskinan adalah inti pesan Yesus: 'Berbahagialah orang yang miskin' adalah Sabda Bahagia yang pertama. Sabda Bahagia tersebut merupakan kartu jatidiri yang dengannya Yesus memaparkan diri-Nya di sinagoga ketika Ia kembali ke kota Nazaret. 'Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin'. Tetapi kita secara historis telah menyerah pada kelemahan tidak berkhotbah tentang kemiskinan, meyakininya akan menjadi pertanyaan sosial atau politik. Tidak! Itulah Injil, murni dan sederhana”.

Paus Fransiskus kemudian merenungkan tentang mengapa Yesus berkhotbah dengan begitu keras berkenaan dengan masalah kemiskinan. "Kekayaan adalah semacam penyembahan berhala", beliau menjelaskan, dan mengarah pada "rayuan".

Yesus sendiri, kata Paus Fransiskus, menunjukkan bahwa "tidak ada hamba yang dapat mengabdi kepada dua tuan". Ia mengatakan bahwa kekayaan “menawanmu dan tidak membiarkan kamu mematuhi perintah pertama”, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hatimu. Kekayaan, beliau mengatakan, juga "bertentangan dengan perintah kedua karena kekayaan menghancurkan hubungan yang rukun di antara umat".

Paus Fransiskus mengatakan beberapa orang merancukan Santo Yakobus dengan seorang ketua serikat buruh. Tetapi Bapa Suci menegaskan bahwa Santo Yakobus menulis di bawah “inspirasi Roh Kudus”.

“Bahkan di sini di Italia orang-orang dibiarkan tanpa pekerjaan untuk mengamankan investasi modal. Hal ini bertentangan dengan perintah kedua, jadi : 'Celakalah kamu', Yesus memperingatkan. Celakalah kamu yang mengeksploitasi orang lain dan pekerjaan mereka dengan menghindari pajak, tidak berkontribusi pada dana pensiun mereka, dan tidak memberi mereka liburan. Celakalah kamu! ... Jika kamu tidak membayar, ketidakadilanmu adalah dosa berat. Kamu tidak berada dalam rahmat Allah. Bukan saya yang mengatakannya, tetapi Yesus dan Rasul Yakobus. Itulah mengapa kekayaan menghalangi kamu untuk mematuhi perintah kedua, yakni mengasihi sesamamu”.

Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kekayaan dapat memperbudak umat, jadi semua orang harus "berdoa sedikit lebih banyak dan melakukan penebusan dosa" bagi orang-orang kaya. “Kamu tidak bebas berkenaan dengan kekayaan. Agar terbebas dari kekayaan, kamu harus menjauhkan diri dari kekayaan dan berdoa kepada Tuhan. Jika Tuhan telah memberi kalian kekayaan, kekayaan tersebut harus diberikan kembali, dengan melakukan banyak hal baik bagi orang lain dalam nama-Nya. Tetapi kekayaan sering merayu kita, dan jatuh ke dalam rayuan ini, kita diperbudak oleh mereka”.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.