Bacaan
Ekaristi : 1Ptr 1:3-9; Mzm 111:1-2.5-6.9.10c; Mrk 10:17-27
Dalam
homilinya pada Misa harian Senin pagi 28 Mei 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan,
Paus Fransiskus mengangkat kembali tema menjadi laki-laki dan perempuan yang
bersukacita. Dengan mengacu pada Bacaan Injil liturgi hari itu (Mrk 10:17-27)
yang menceritakan seorang muda kaya yang dengan sedih berjalan menjauhi Yesus
karena ia tidak bisa meninggalkan harta miliknya, Paus Fransiskus mengatakan
bahwa umat kristiani tidak boleh seperti itu.
"Sukacita
adalah napas umat kristiani", Bapa Suci mengatakan. Umat kristiani
mengungkapkan diri mereka dengan penuh sukacita. Sukacita tidak bisa dibeli
atau dipaksakan. "Tidak", kata Paus Fransiskus, "sukacita adalah
buah Roh Kudus. Roh Kuduslah yang menempatkan sukacita di dalam hati kita”.
Kenangan
adalah batu karang yang kokoh di mana orang kristiani menemukan sukacita.
Mengingat “apa yang telah diperbuat Tuhan bagi kita… membangkitkan kita”, Paus
Fransiskus melanjutkan. Kenangan itu membangkitkan harapan akan apa yang akan
terjadi di masa depan ketika kita akan bertemu Putra Allah. Kenangan dan
harapan memungkinkan umat kristiani hidup dengan bersukacita, dan kedamaian
adalah sukacita yang hidup sampai kesempurnaannya.
Sukacita
tidak berarti hidup dari satu tawa ke tawa lainnya. Tidak, bukan itu. Sukacita
bukanlah hiburan. Tidak, bukan itu. Sukacita adalah sesuatu yang lain. Sukacita
kristiani adalah kedamaian, kedamaian yang berakar dalam, kedamaian di dalam
hati, kedamaian yang dapat diberikan oleh Allah semata. Inilah sukacita
kristiani. Tidaklah mudah untuk menumbuhkan sukacita ini.
Paus
Fransiskus menyesali kenyataan bahwa budaya hari ini memenuhi dirinya sendiri
dengan kepingan-kepingan kesenangan yang tidak pernah sepenuhnya memuaskan.
Karena sukacita adalah karunia Roh Kudus, sukacita tersebut bergetar bahkan “di
saat-saat yang bergejolak dan di saat pencobaan”.
Ada
kegelisahan yang sehat, dan ada kegelisahan lainnya yang tidak sehat - yang
mengupayakan keamanan di atas segalanya, yang mengupayakan kesenangan di atas
segalanya. Orang muda dalam Injil takut jika ia harus menyerahkan kekayaannya,
ia tidak akan bahagia. Sukacita, penghiburan :
inilah napas kita sebagai umat kristiani.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.