Bacaan
Ekaristi : 1Ptr 1:10-16; Mzm 98:1.2-3ab.3c-4; Mrk 10:28-31
Paus
Fransiskus memperingatkan umat kristiani agar tidak terikat pada pola pikir dan
perilaku duniawi dan menjauhinya sebelum ia memperbudak kita. Hal tersebut
disampaikan Bapa Suci dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 29 Mei 2018
di Casa Santa Marta, Vatikan.
Paus
Fransiskus mengambil inspirasi homilinya dari Bacaan Pertama liturgi hari itu
(1Ptr 1:10-16) yang mendesak umat kristiani untuk menjadi kudus dalam segala
segi perilaku mereka. “Panggilan menuju kekudusan, yang merupakan panggilan
yang lumrah, adalah panggilan kita untuk hidup sebagai orang kristiani, yaitu
hidup sebagai orang kristiani adalah sama dengan mengatakan 'hidup sebagai
seorang kudus'. Sering kali kita memikirkan kekudusan sebagai sesuatu yang luar
biasa, seperti memiliki penglihatan atau doa yang luhur ... atau ada yang
berpikir bahwa menjadi kudus berarti memiliki wajah seperti di dalam sebuah
gambar orang kudus ... bukan. Menjadi kudus adalah sesuatu yang lain. Menjadi
kudus adalah melanjutkan jalan kekudusan yang diberitahu Tuhan kepada kita. Dan
apakah itu, melanjutkan jalan kekudusan? Petrus mengatakan : 'Letakkanlah
pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada
waktu penyataan Yesus Kristus'".
Paus Fransiskus menjelaskan bahwa berjalan menuju kekudusan berarti melanjutkan ke arah rahmat tersebut, agar berjumpa dengan Yesus Kristus. Berjalan menuju kekudusan seperti berjalan menuju terang : sering kali kita tidak melihat jalan dengan baik karena terang tersebut menyilaukan mata kita. "Tetapi kita tidak salah", Paus Fransiskus mencatat, "karena kita melihat terang dan kita tahu jalan". Ketika kalian berjalan dengan terang di belakang kalian, kalian dapat melihat jalan dengan baik, tetapi pada kenyataannya ada bayangan, bukan terang, di depan kalian.
Memperingatkan bahwa ada banyak hal yang memperbudak kita, Paus Fransiskus memberitahu bahwa umat kristiani perlu “bebas dan merasa bebas” agar berjalan menuju kekudusan. Karena alasan inilah, beliau mengatakan, Petrus mendesak kita untuk tidak menuruti “hawa nafsu yang menguasai kita pada waktu kebodohan kita”. Paulus juga mengatakan dalam Surat Pertama kepada jemaat di Roma : "Janganlah menuruti", yang berarti janganlah terlibat dalam pola perilaku duniawi.
"Inilah
terjemahan yang benar dari nasehat ini - janganlah menuruti pola duniawi, -
jangan menuruti pola perilaku itu, cara berpikir duniawi itu, cara berpikir dan
menilai yang ditawarkan dunia kepadamu itu karena hal ini merampas kebebasan
kalian. Dan berjalan menuju kekudusan, kita harus bebas : bebas untuk berjalan
maju, melihat terang, berjalan maju, dan ketika kita kembali, seperti yang
beliau katakan di sini, menuju jalan kehidupan yang kita miliki sebelum
perjumpaan kita dengan Yesus Kristus atau ketika kita kembali ke pola perilaku
duniawi itu, kita kehilangan kebebasan kita".
Ketika menghadapi berbagai kesulitan, Paus Fransiskus memperingatkan, kita sering tergoda untuk melihat ke belakang dengan bernostalgia pada cara-cara lama kita seperti yang dilakukan oleh umat Allah dalam Kitab Keluaran ketika mereka menggerutu dan memikirkan kembali “kehidupan yang indah yang mereka jalani di Mesir”.
“Di saat-saat pencobaan dan kesengsaraan, kita selalu tergoda untuk melihat ke belakang, melihat pola perilaku duniawi, pola yang telah kita miliki sebelum menetapkan jalan menuju keselamatan : tanpa kebebasan. Dan tanpa kebebasan kita tidak bisa menjadi kudus. Kebebasan adalah kondisi untuk bergerak maju seraya melihat terang di depan mata kita. Jangan menuruti pola perilaku duniawi, berjalanlah ke depan, melihat terang yang merupakan janji, dengan harapan; inilah janji seperti umat Allah di padang gurun : ketika mereka melihat ke depan segalanya berjalan baik; ketika mereka bernostalgia karena mereka tidak bisa lagi menyantap makanan yang baik yang mereka miliki sebelumnya, mereka membuat kesalahan dan lupa bahwa mereka tidak memiliki kebebasan di sana”.
Paus Fransiskus mengingatkan bahwa Tuhan memanggil kita menuju kekudusan setiap hari. Dan ada dua parameter, beliau menambahkan, untuk mengetahui apakah kita sedang dalam perjalanan menuju kekudusan : pertama-tama, jika kita melihat ke arah terang Tuhan dengan harapan untuk menemukannya dan, kemudian jika ketika pencobaan datang, kita melihat ke depan dan tidak kehilangan kebebasan kita dengan berlindung pada pola perilaku duniawi, yang "menjanjikan segalanya kepada kalian dan tidak memberi kalian apapun juga". "Kamu akan menjadi kudus karena Aku kudus" : inilah perintah Tuhan.
Sebagai penutup, Paus Fransiskus memanjatkan doa agar Allah memberi kita rahmat untuk memahami dengan benar apakah jalan kekudusan : "sebuah jalan kebebasan" tetapi dengan "tidak kendurnya harapan" di jalan kita menuju Yesus.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.