Bacaan
Ekaristi : 1Raj. 17:7-16; Mzm. 4:2-3,4-5,7-8; Mat. 5:13-16.
Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 12 Juni 2018 di Misa di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kesaksian kristiani dimaksudkan untuk meneguhkan orang lain dan bukan melayani sebagai jalan untuk mempromosikan diri. Umat kristiani dipanggil untuk memberikan "kesaksian yang terbiasa, yang sederhana" bagi Yesus, yang disebut "kekudusan sehari-hari".
Kesaksian
kristiani yang tidak hanya memberikan nyawa dalam kemartiran atau melalui
gerakan yang membuka zaman baru, tetapi juga dalam tindakan kecil sehari-hari.
Kesaksian, oleh karena itu, "dimulai pada pagi hari, ketika kita bangun,
kita bekerja, dan berakhir pada malam hari, ketika kita pergi tidur", kata
Paus Fransiskus. "Hal tersebut tampaknya suatu hal kecil, tetapi berbagai
mukjizat dilakukan melalui hal-hal kecil".
Dengan
mengacu pada Bacaan Injil liturgi hari itu (Mat 5:13-16), Paus Fransiskus
mengatakan bahwa kesaksian kristiani harus berlandaskan kerendahan hati, yang
berarti menjadi garam dan terang bagi orang lain. “Garam bagi orang lain;
terang bagi orang lain: Karena garam tidak memberi rasa pada dirinya sendiri
tetapi melayani orang lain. Terang tidak menerangi dirinya sendiri tetapi
melayani orang lain ... Supermarket menjual garam dalam jumlah kecil, bukan
dalam ton. Dan garam tidak mempromosikan dirinya sendiri karena ia tidak
melayani dirinya sendiri. Garam ada untuk melayani orang lain, dengan
mengawetkan makanan dan memberi rasa. Inilah kesaksian yang sederhana”.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa kesaksian kristiani sehari-hari berarti menjadi terang bagi orang lain, "untuk membantu mereka di saat-saat paling gelap". “Tuhan berkata: 'Kamu adalah garam; kamu adalah terang’... Tetapi lakukanlah agar orang lain melihat dan memuliakan Allah. Kamu bahkan tidak akan menerima pahala apa pun. Ketika kita makan, kita tidak memuji garam. Tidak, kita mengatakan pasta atau dagingnya enak ... Ketika kita tidur di malam hari, kita tidak mengatakan terangnya bagus. Kita mengabaikan terang, tetapi kita hidup disinari oleh terang. Hal ini mendorong umat kristiani menjadi saksi-saksi yang tak bernama”.
Akhirnya,
Paus Fransiskus memperingatkan kita agar tidak bertindak seperti orang-orang
Farisi yang bersyukur kepada Tuhan atas kekudusan mereka. "Kita bukan
pencipta pahala kita sendiri". "Kekudusan sehari-hari", beliau
mengatakan, berarti menjadi garam dan terang bagi orang lain.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.