Bacaan Ekaristi : 1Raj. 18:41-46; Mzm. 65:10abcd,10e-11,12-13; Mat. 5:20-26.
Paus Fransiskus menggunakan Bacaan Injil hari itu (Mat 5:20-26) sebagai titik tolak homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 14 Juni 2018, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau mengatakan bahwa Yesus menginginkan pendamaian yang “radikal”.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa Yesus menggunakan kebijaksanaan manusia dalam
bertukar pikiran dengan para murid-Nya. Guna menyampaikan ajaran-Nya mengenai
hubungan yang penuh kasih, Ia menggunakan “contoh sehari-hari … masalah
penghinaan”.
Sambil
tersenyum Paus Fransiskus mengatakan bahwa daftar penghinaan yang dikutip Yesus
ketinggalan zaman. Yesus mengatakan kepada kita bahwa penghinaan “membuka jalan
yang berakhir dengan pembunuhan”. Kita menjadikan orang lain tidak memenuhi
syarat melalui penghinaan. Penghinaan merampok kehormatan orang-orang. Dengan
menghina orang-orang, kita membungkam mereka, kita mengenyahkan suara mereka,
beliau mengatakan.
Penghinaan sangat berbahaya karena menyebabkan iri hati, yaitu cara iblis memasuki dunia menurut Kitab Kebijaksanaan, kata Paus Fransiskus. "Ketika orang lain melakukan sesuatu yang tidak saya sukai ... atau ketika seseorang mengancam saya, iri hati mendorong saya untuk menghina mereka".
Apakah saya telah menghina siapa pun hari ini? Kapan saya melakukan penghinaan? Kapan saya menutup hati saya terhadap orang lain dengan penghinaan? Dapatkah di sana saya melihat akar pahit dari iri hati yang mendorong saya berkeinginan menghancurkan orang lain guna menghindari perlombaan, persaingan, hal semacam itu. Tidaklah mudah. Tetapi marilah kita berpikir akan alangkah indahnya jika kita tidak pernah menghina orang lain. Semoga Tuhan menganugerahi hal ini.
Yesus
ingin kita menghentikan dinamika ini, kata Paus Fransiskus mengakhiri
homilinya. Ketika kalian pergi ke Misa dan kalian sadar bahwa salah satu
saudara kalian memiliki pertentangan dengan kalian, pergilah dan berdamailah
... Yesus itu radikal. Pendamaian tidak sama dengan tata krama yang baik.
Tidak, pendamaian adalah sebuah sikap yang radikal, sikap yang berusaha
menghormati martabat orang lain dan juga martabat saya sendiri. Dari penghinaan
menuju pendamaian, dari iri hati menuju persahabatan - inilah contoh yang
diberikan Yesus kepada kita hari ini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.