Bacaan
Ekaristi : 1Raj 19:9a.11-16; Mzm 27:7-8a.8b-9abc.13-14; Mat 5:27-32
Dalam
homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 15 Juni 2018, di Casa Santa Marta,
Vatikan, Paus Fransiskus mengulas tentang ekploitasi perempuan, perempuan
diperlakukan sebagai benda. Ada berbagai macam cara mengeksploitasi perempuan
dalam masyarakat saat ini. Beliau juga menyayangkan banyak perempuan muda yang
terpaksa menjual martabatnya untuk mencari nafkah.
Paus Fransiskus mengingatkan bahwa perempuan adalah apa yang menjadi kekurangan laki-laki untuk menjadi gambar dan rupa Allah. Beliau menjelaskan betapa radikalnya kata-kata Yesus berkenaan dengan perempuan serta kata-kata tersebut menerobos dan “mengubah sejarah”. Ini karena sampai saat itu, seorang perempuan dianggap “warga kelas dua”, ia “diperbudak” dan “bahkan tidak menikmati kebebasan sepenuhnya”.
Ajaran
Yesus tentang perempuan mengubah sejarah. Sebelum Yesus, pandangan tentang
perempuan adalah satu hal tetapi setelah Yesus perempuan adalah hal lainnya.
Yesus menghargai perempuan dan menempatkan mereka pada tingkatan yang sama
dengan laki-laki karena Ia mengambil kata pertama Sang Pencipta, keduanya
adalah "gambar dan rupa Allah", keduanya; bukan pertama-tama
laki-laki dan kemudian perempuan sedikit lebih rendah, tidak, keduanya setara.
Dan seorang laki-laki tanpa seorang perempuan di sampingnya - entah sebagai
ibu, sebagai saudara perempuan, sebagai mempelai perempuan, sebagai rekan
kerja, sebagai sahabat - laki-laki itu dengan sendirinya bukanlah citra Allah.
Merenungkan kata-kata Yesus dalam Bacaan Injil tentang mengingini perempuan (Mat 5:27-32), Paus Fransiskus menyesalkan bagaimana kita memandang perempuan diperlakukan sebagai sasaran keinginan di media dan gambar perempuan yang sama tersebut sering digunakan untuk menjual produk dan kita melihat perempuan "dipermalukan" atau "tidak mengenakan busana”. Paus Fransiskus selanjutnya menunjukkan bagaimana eksploitasi perempuan ini tidak sedang terjadi di tempat yang jauh tetapi di sini di sekitar kita, di tempat kita tinggal dan di tempat kerja. Perempuan adalah korban dari "mentalitas menggunakan dan mencampakkan" tersebut dan bahkan tidak diperlakukan sebagai "manusia", beliau mengatakan.
Inilah dosa menentang Tuhan Sang Pencipta, menyingkirkan perempuan karena tanpa perempuan kita laki-laki tidak bisa menjadi gambar dan rupa Allah. Ada amarah dan kebencian terhadap perempuan, sebuah amarah yang jahat. Bahkan tanpa mengatakannya ... Tetapi berapa kali para perempuan muda harus menjual diri mereka sebagai benda sekali pakai untuk mendapatkan pekerjaan? Berapa kali? "Ya, Bapa, aku dengar di negara itu ...". Di sini di Roma. Tidak perlu pergi jauh.
Beralih
ke masalah eksploitasi seksual perempuan, Paus Fransiskus bertanya kepada umat
yang hadir apa yang akan mereka lihat jika mereka berjalan-jalan pada malam
hari di sekitar daerah-daerah tertentu di kota di mana begitu banyak perempuan
termasuk para perempuan migran dieksploitasi seperti di dalam sebuah pasar.
Beliau melanjutkan dengan menunjukkan bahwa ketika para lelaki mendekati para
perempuan ini di jalanan, para lelaki itu tidak sedang mengatakan
"Halo" kepada mereka tetapi menanyakan berapa harga mereka dan para
lelaki itu meredakan hati nurani mereka dengan menyebut para perempuan tersebut
sebagai pelacur.
Semua
ini terjadi di sini di Roma, eksploitasi terjadi di setiap kota, para perempuan
tanpa nama, para perempuan - kita dapat menggambarkan sebagai "tak
berwajah" karena malu menutupi wajah mereka, para perempuan yang tidak
tahu bagaimana tertawa dan banyak dari mereka tidak tahu sukacita menyusui bayi
mereka dan pengalaman menjadi seorang ibu. Tetapi, bahkan dalam kehidupan kita
sehari-hari, tanpa pergi ke tempat-tempat itu, ada cara berpikir yang buruk
ini, menyingkirkan perempuan atau memandangnya sebagai manusia "kelas
dua". Kita perlu merenungkan lebih dalam tentang hal ini. Dan dengan
melakukan hal ini atau mengatakan hal ini, dengan memasuki cara berpikir
seperti ini, kita merendahkan citra Allah, yang menciptakan laki-laki dan
perempuan bersama-sama menurut gambar dan rupa-Nya. Bacaan Injil ini membantu
kita untuk berpikir tentang pemasaran wanita, sebuah perniagaan, ya,
perdagangan, eksploitasi yang kasat mata tersebut tetapi juga perdagangan yang
tidak dapat kita lihat tetapi terjadi secara diam-diam. Seorang perempuan
diinjak-injak karena ia seorang perempuan.
Paus
Fransiskus mengakhiri homilinya dengan menekankan bagaimana selama
pelayanan-Nya Yesus berjumpa dengan begitu banyak perempuan yang dipandang
rendah, terpinggirkan dan tercampakkan serta dengan kelembutan yang luar biasa
Ia memulihkan martabat mereka. Yesus memiliki seorang ibu dan "banyak
sahabat perempuan yang mengikuti-Nya untuk membantu-Nya dalam
pelayanan-Nya" dan "memberikan dukungan", kata Bapa Suci.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.