Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 18 Juni 2018 : SKANDAL DAN KOMUNIKASI JAHAT MENCIPTAKAN KEDIKTATORAN

Bacaan Ekaristi : 1Raj 21:1-16; Mzm 5:2-3.5-6.7; Mat 5:38-42

Tatacaranya kurang lebih selalu sama. Sejak zaman Kristus, sampai penganiayaan orang-orang Yahudi di abad terakhir, hingga zaman kita dengan "pemalsuan" demokrasi. Semuanya dimulai dari "kebohongan", dan, "setelah menghancurkan seseorang dan situasi dengan fitnah tersebut", kita menghakimi, mengecam dan, seringkali, mempersiapkan landasan untuk pembentukan kediktatoran. Rasul Yakobus mengartikannya "komunikasi yang memfitnah", "komunikasi jahat", yang menghancurkan orang, lembaga dan sistem. Inilah yang diuraikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 18 Juni 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.


Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Pertama (1Raj 21:1-16) yang menceritakan Nabot, sang pemilik kebun anggur. Raja Ahab menginginkan kebun anggur orang itu dan menawarkannya uang, tetapi tanah itu adalah bagian dari warisan leluhurnya dan oleh karena itu Nabot menolak tawaran itu. Tetapi Ahab, yang "plin-plan" seperti anak-anak "yang menangis ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan", dan atas saran dari "istrinya yang kejam, Izebel", telah "membuat tuduhan palsu terhadap Nabot, dan membunuhnya saat ia mengambil alih kepemilikan kebun anggur tersebut”.

Kisah tersebut merupakan contoh : Nabot adalah “martir kesetiaan terhadap warisan” yang ia terima dari leluhurnya. Warisan yang melampaui kebun anggur, "warisan hati", Paus Fransiskus menunjukkan. Sang pemilik kebun berbagi nasib yang sama dengan nasib banyak martir yang difitnah dan dihukum : Yesus Kristus, pertama-tama, kemudian Santo Stefanus yang mencoba membela diri terhadap orang-orang yang menuduhnya, tetapi mereka lebih suka melempari dia dengan batu daripada mendengarkan kebenaran. Seperti dia banyak saksi iman lainnya selama berabad-abad.

Cara bertingkah laku ini, kata Paus Fransiskus, sama seperti “banyak kepala negara atau pemerintahan”. Catatan rentetan sejarah internasional menunjukkan hal ini : “Bahkan saat ini, di banyak negara, metode ini digunakan : menghancurkan kebebasan berkomunikasi. Misalnya: ada undang-undang tentang media, tentang komunikasi, undang-undang tersebut dibatalkan; seluruh perangkat komunikasi diberikan kepada satu perusahaan, kepada perusahaan yang memfitnah, mengatakan kebohongan, melemahkan kehidupan demokrasi. Kemudian para hakim datang untuk menghakimi lembaga-lembaga yang lemah ini, orang-orang yang dihancurkan ini, kemudian dihukum, dan inilah cara kediktatoran melangkah maju. Kediktatoran, semuanya, mulai seperti ini, dengan memalsukan komunikasi, dengan menempatkan komunikasi di tangan orang yang tidak bermoral, pemerintah yang tidak bermoral”.

Apakah tragedi-tragedi abad lalu tidak memenuhi pikiran kita? Paus Fransiskus mengutip contoh yang mencolok, penganiayaan orang Yahudi. “Suatu komunikasi yang memfitnah terhadap orang Yahudi; dan mereka berakhir di Auschwitz karena mereka tidak layak untuk hidup. Oh ... itu adalah hal yang mengerikan, tetapi hal yang mengerikan yang terjadi hari ini : di masyarakat kecil, pada orang-orang dan di banyak negara. Langkah pertama adalah mengambil alih komunikasi, dan setelah itu : kehancuran, penghakiman, dan kematian”.

Hal ini terjadi dalam sistem yang hebat, tetapi "juga dalam kehidupan sehari-hari", Paus Fransiskus menegaskan : kalian ingin menghancurkan seseorang? Kemudian “mulailah dengan komunikasi : berbicara buruk dan memfitnah, berbicara tentang skandal”.

Dan skandal memiliki daya tarik yang kuat : "Kekuatan rayuan yang luar biasa", kata Paus Fransiskus. "Kabar baik tidak menggoda : "Apa yang mereka lakukan sangat bagus! Dan itu berlalu ... Tetapi sebuah skandal : "Tetapi apakah kalian mendengar? Apakah kalian mendengarkan hal ini? Apakah kalian mendengarkan apa yang ia lakukan? ... Tetapi tidak bisa terus seperti ini! Jadi komunikasi tumbuh, dan orang itu, lembaga itu, negara itu berakhir dengan kehancuran”.

Jelas : "Bukan orang-orang yang dihakimi pada akhirnya". “Reruntuhan orang-orang atau lembaga-lembaga dihakimi, karena mereka tidak dapat membela diri. "Kekuatan rayuan skandal dalam sudut komunikasi orang-orang". "Ini menghancurkan", Paus Fransiskus mengulangi. "Inilah drama keserakahan manusia ... begitu banyak orang, pada kenyataannya, dihancurkan oleh komunikasi jahat ... begitu banyak negara dihancurkan karena kediktatoran yang jahat dan memfitnah".

Oleh karena itu, Paus Fransiskus mengundang untuk membaca ulang kisah Nabot dan kemudian memikirkan serta mendoakan banyak korban - pria, wanita, anak-anak, seluruh bangsa - yang dihancurkan oleh "begitu banyak kediktatoran dengan 'sarung tangan putih'".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.