Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA UNTUK PARA MIGRAN DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 6 Juli 2018

Bacaan Ekaristi : Am. 8:4-6,9-12; Mzm. 119:2,10,20,30,40, 131; Mat. 9:9-13.

“Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini ... Sesungguhnya, waktu akan datang ... Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini ... dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN” (Amos 8:4.11).

Hari ini peringatan Nabi Amos ini sangat tepat waktu. Berapa banyak orang miskin yang diinjak-injak di zaman kita! Berapa banyak orang miskin yang sedang dibawa menuju kehancuran! Semuanya korban dari budaya mencampakkan yang telah dikecam berkali-kali. Di antara mereka, saya tidak dapat gagal memasukkan para migran dan para pengungsi yang terus mengetuk pintu negara-negara yang semakin menikmati kemakmuran.


Lima tahun yang lalu, selama kunjungan saya ke Lampedusa, mengenang hilangnya para korban di laut, saya mengulangi seruan yang tak lekang oleh waktu terhadap tanggung jawab manusiawi : “'Di mana adikmu? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah', firman Tuhan. Ini bukan pertanyaan yang ditujukan kepada orang lain; pertanyaan tersebut ditujukan kepada saya, kepada kalian, kepada kita masing-masing (Homili, 8 Juli 2013). Sayangnya, tanggapan terhadap seruan ini, meskipun kadang-kadang dengan bermurah hati, belum mencukupi, dan kita terus berduka atas ribuan kematian.

Aklamasi Injil hari ini berisi undangan Yesus : “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28). Tuhan menjanjikan penyegaran dan kebebasan bagi semua orang yang tertindas di dunia kita, tetapi Ia membutuhkan kita untuk menggenapi janji-Nya. Ia membutuhkan mata kita untuk melihat kebutuhan saudara-saudari kita. Ia membutuhkan tangan kita untuk menawarkan bantuan kepada mereka. Ia membutuhkan suara kita untuk menentang ketidakadilan yang dilakukan secara diam-diam, sering kali melibatkan, banyak orang. Saya seharusnya benar-benar berbicara tentang banyak keheningan : keheningan akal sehat; keheningan yang berpikir, "selalu dilakukan dengan cara ini"; keheningan "kami" sebagai lawan "kamu". Terutama, Tuhan membutuhkan hati kita untuk menunjukkan kasih-Nya yang penuh kerahiman terhadap orang-orang kecil, orang-orang yang tercampakkan, orang-orang yang terlantar, orang-orang yang terpinggirkan.

Dalam Injil yang kita dengar, Matius mengatakan kepada kita tentang hari paling penting dalam hidupnya, hari ketika Yesus memanggilnya. Sang penginjil dengan jelas mencatat teguran Tuhan kepada orang-orang Farisi, yang begitu mudah bersungut-sungut jahat : “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” (9:13). Inilah jari yang menunjuk pada kemunafikan yang suci hama dari orang-orang yang tidak ingin "mengotori tangan", seperti imam atau orang Lewi dalam perumpamaan Orang Samaria yang Baik. Inilah godaan yang sangat kuat di zaman kita sekarang. Inilah bentuk ketertutupan hati kita terhadap orang-orang yang memiliki hak, sama seperti kita, terhadap keamanan dan kondisi kehidupan yang bermartabat. Hal ini membangun penyekat, nyata atau virtual, bukan jembatan.

Menghadapi berbagai tantangan gerakan migrasi masa kini, satu-satunya tanggapan yang masuk akal adalah kesetiakawanan dan belas kasihan. Tanggapan yang kurang memperhatikan hitung-hitungan, selain kebutuhan pembagian tanggung jawab yang adil, pertimbangan yang jujur dan tulus atas kemungkinan lain dan manajemen yang bijaksana. Kebijakan yang adil adalah kebijakan untuk melayani orang, setiap orang yang terlibat; kebijakan yang memberikan penyelesaian yang dapat menjamin keamanan, menghormati hak dan martabat semua orang; kebijakan yang terkait dengan kebaikan negaranya sendiri, dengan mempertimbangkan orang lain di dunia yang semakin saling terhubung. Kepada dunia inilah orang muda memandang.

Pemazmur telah menunjukkan kepada kita sikap yang benar untuk mengangkat hati nurani di hadapan Allah : “Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku” (Mzm 119:30). Kita semua mengharapkan agar para pemimpin pemerintahan di dunia dan semua orang dengan berkehendak baik bertanggung jawab terhadap jalan kebenaran dan pertimbangan yang tepat. Karena alasan ini, kita mengikuti dengan saksama berbagai upaya masyarakat internasional untuk menanggapi tantangan yang ditimbulkan oleh gerakan migrasi hari ini dengan secara bijaksana memadukan kesetiakawanan dan bantuan tambahan, serta dengan mengenali sumber daya maupun tanggung jawab.

Saya ingin menutup dengan beberapa kata dalam bahasa Spanyol, yang ditujukan khusus untuk umat yang berasal dari Spanyol.

Saya ingin merayakan lima tahun kunjungan saya ke Lampedusa bersama kalian, yang mewakili para penyelamat dan orang-orang yang diselamatkan di Laut Mediteranian. Saya berterima kasih kepada tim penyelamat karena mewujudkan di zaman kita perumpamaan Orang Samaria yang Baik, yang berhenti untuk menyelamatkan nyawa orang miskin yang dipukuli oleh para penyamun. Orang Samaria tersebut tidak bertanya dari mana asalnya orang itu, alasannya bepergian atau surat-suratnya ... ia hanya memutuskan untuk merawatnya dan menyelamatkan nyawanya. Kepada orang-orang yang diselamatkan, saya menegaskan kembali kesetiakawanan dan dorongan saya, karena saya sangat menyadari situasi tragis yang membuat kalian melarikan diri. Saya meminta kalian untuk terus memberi kesaksian akan harapan di dunia yang lebih peduli masa kini, dengan sedikit visi untuk masa depan dan menolak untuk berbagi. Dengan menghormati budaya dan hukum negara yang menerima kalian, semoga kalian melaksanakan secara bersama-sama jalan perpaduan tersebut.

Saya memohon Roh Kudus untuk mencerahkan pikiran kita dan menggerakkan hati kita untuk mengatasi semua ketakutan dan kecemasan, serta menjadikan kita sarana yang taat dari kasih Bapa yang penuh kerahiman, siap untuk menawarkan kehidupan kita bagi saudara-saudari kita, seperti yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap kita masing-masing.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.