Bacaan
Ekaristi : Yos. 24:1-2a,15-17,18b; Mzm. 34:2-3,16-17,18-19, 20-21,22-23; Ef.
5:21-32; Yoh. 6:60-69.
"Perkataan-Mu
adalah perkataan hidup yang kekal" (Yoh 6:68)
Pada
akhir Pertemuan Keluarga Sedunia ini, kita berkumpul sebagai satu keluarga di
sekitar meja Tuhan. Kita bersyukur kepada Allah atas banyak berkat yang telah
kita terima dalam keluarga-keluarga kita. Dan kita ingin menjalankan hidup
sepenuhnya sebagai panggilan kita, dalam kata-kata menyentuh dari Santa
Theresia, “mengasihi dalam hati Gereja”.
Dalam
saat persekutuan yang berharga ini bersama satu sama lain dan bersama Tuhan,
ada baiknya berhenti sejenak dan memikirkan sumber dari seluruh kebaikan yang
telah kita terima. Yesus mengungkapkan asal-usul dari berkat-berkat ini di
dalam Injil hari ini, ketika Ia berbicara kepada murid-murid-Nya. Banyak dari
mereka yang kesal, bingung atau bahkan marah, bergumul untuk menerima
"ucapan keras"-Nya, sangat bertentangan dengan kebijaksanaan dunia
ini. Tuhan menanggapinya dengan memberitahu mereka secara langsung,
”Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh 6:63).
Kata-kata
ini, dengan janji akan karunia Roh Kudus, dikerumuni dengan kehidupan untuk
kita yang menerimanya dalam iman. Kata-kata tersebut menunjuk ke sumber utama
dari seluruh kebaikan yang telah kita alami dan rayakan di sini dalam beberapa
hari terakhir ini : Roh Allah, yang terus-menerus menghembuskan napas kehidupan
baru ke dalam dunia kita, ke dalam hati kita, ke dalam keluarga-keluarga kita,
ke dalam rumah-rumah dan paroki-paroki kita. Setiap hari baru dalam kehidupan
keluarga kita, dan setiap generasi baru, membawa janji akan sebuah Pentakosta
baru, sebuah Pentakosta rumah tangga, pencurahan Roh yang menyegarkan, Sang
Penolong, yang diutus Yesus sebagai Sang Pembela, Penghibur, dan tentu saja
Pendorong kita. .
Betapa banyak dunia kita membutuhkan dorongan yang merupakan karunia dan janji Allah ini! Sebagai salah satu buah perayaan kehidupan keluarga ini, semoga kalian kembali ke rumah kalian dan menjadi sumber dorongan bagi orang lain, berbagi “kata-kata hidup kekal” Yesus dengan mereka. Karena keluarga-keluarga kalian adalah tempat istimewa, dan sekaligus sarana penting, untuk menyebarluaskan kata-kata tersebut sebagai “Kabar Baik” bagi semua orang, terutama mereka yang ingin meninggalkan padang gurun dan "rumah perbudakan" (bdk. Yos 24:17) menuju tanah harapan dan kebebasan yang dijanjikan.
Dalam Bacaan Kedua hari ini (Ef 5:21-32), Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa perkawinan adalah ikut serta dalam misteri kesetiaan kekal Kristus kepada mempelai-Nya, Gereja (bdk. Ef 5:32). Tetapi ajaran ini, sebagus apa pun, dapat tampak bagi sebagian orang sebagai "kata-kata yang keras". Karena hidup dalam kasih, bahkan bagaikan Kristus mengasihi kita (bdk. Ef 5:2), berarti meneladan pengorbanan diri-Nya, wafat untuk diri kita agar dapat terlahir kembali menjadi kasih yang semakin besar dan semakin abadi. Kasih isatu-satunya yang dapat menyelamatkan dunia kita dari belenggu dosa, keegoisan, keserakahan dan ketidakpedulian terhadap kebutuhan orang-orang yang kurang beruntung. Itulah kasih yang telah kita ketahui di dalam Kristus Yesus. Kasih yang menjelma dalam dunia kita melalui sebuah keluarga, dan melalui kesaksian keluarga-keluarga kristiani di setiap zaman memiliki kekuatan untuk menghancurkan setiap penghalang untuk mendamaikan dunia dengan Allah dan menjadikan kita selalu seperti apa kita seharusnya : keluarga tunggal manusia tinggal bersama-sama dalam keadilan, kekudusan dan kedamaian.
Tugas memberikan kesaksian tentang Kabar Baik tersebut tidaklah mudah. Tetapi tantangan-tantangan yang dihadapi umat kristiani saat ini, dengan cara mereka sendiri, tidak kalah sulit dibandingkan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para misionaris Irlandia perdana. Saya memikirkan Santo Kolumbanus, yang bersama sekelompok kecil sejawatnya membawa terang Injil ke negeri-negeri Eropa di zaman kegelapan dan penyingkiran budaya. Keberhasilan misioner mereka yang luar biasa tidak berdasarkan metode-metode taktis atau rencana-rencana strategis, tetapi pada ketaatan yang rendah hati dan membebaskan terhadap bisikan-bisikan Roh Kudus. Kesaksian kesetiaan mereka sehari-hari terhadap Kristus dan satu sama lain yang memenangkan hati merindukan sebuah kata rahmat dan membantu melahirkan budaya Eropa. Kesaksian itu tetap menjadi sumber abadi pembaharuan rohani dan misioner bagi umat Allah yang kudus dan setia.
Tentu
saja, akan selalu ada orang-orang yang menolak Kabar Gembira, yang
"menggerutu" karena "kata-katanya yang keras". Tetapi
seperti Santo Kolumbanus dan rekan-rekan sejawatnya, yang menghadapi perairan
yang membeku dan lautan badai untuk mengikuti Yesus, semoga kita tidak pernah
terombang-ambing atau berkecil hati oleh tatapan dingin ketidakpedulian atau
angin badai permusuhan.
Tetapi marilah kita juga dengan rendah hati mengakui bahwa, jika kita jujur kepada diri sendiri, kita juga dapat mendapati kerasnya ajaran-ajaran Yesus. Selalu betapa sulitnya mengampuni mereka yang menyakiti kita; selalu betapa menantangnya menyambut para migran dan orang-orang asing; betapa menyakitkannya untuk bersukacita menanggung kekecewaan, penolakan atau pengkhianatan; betapa tidak nyamannya melindungi hak orang-orang yang paling rentan, orang-orang yang belum lahir atau orang-orang lanjut usia, yang tampaknya menimpa kebebasan kita sendiri.
Tetapi justru pada saat-saat itulah Tuhan bertanya kepada kita : “Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Bersama kekuatan Roh yang “mendorong” kita dan bersama Tuhan yang selalu di pihak kita, kita dapat menjawab : "Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah" (Yoh 6:69). Bersama umat Israel, kita dapat mengulangi : “Kami pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita" (Yos 24:18).
Melalui Sakramen Pembaptisan dan Penguatan, setiap orang kristiani diutus untuk menjadi misionaris, “murid misioner” (bdk. Evangelii Gaudium, 120). Gereja secara keseluruhan dipanggil untuk "pergi keluar" membawa kata-kata kehidupan kekal ke segala penjuru dunia kita. Semoga perayaan kita hari ini meneguhkan kalian masing-masing, para orang tua dan para kakek-nenek, anak-anak dan kaum muda, pria dan wanita, para biarawan dan biarawati, para pertapa dan para misionaris, para diakon dan para imam, untuk membagikan sukacita Injil! Bagikanlah Injil keluarga sebagai sukacita bagi dunia!
Sewaktu kita sekarang bersiap untuk berpisah, marilah kita memperbarui kesetiaan kita kepada Tuhan dan kepada panggilan yang telah Ia berikan kepada kita masing-masing. Mengambil doa Santo Patrick, marilah kita masing-masing mengulangi dengan sukacita : "Kristus di dalam aku, Kristus di belakangku, Kristus di depanku, Kristus di sisiku, Kristus di bawahku, Kristus di atasku". Dengan sukacita dan kekuatan yang diberikan oleh Roh Kudus, marilah kita mengatakan kepada-Nya dengan keyakinan : “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (Yoh 6:68).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.