Bacaan
Ekaristi : Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37, 38. R: 7b; Flp. 2:6-11; Yoh.
3:13-17.
"Salib
Yesus mengajarkan kepada kita bahwa dalam kehidupan ada kegagalan dan ada
kemenangan”, salib Yesus mengajarkan kita untuk tidak takut akan “saat-saat
gelap” yang dapat diterangi oleh salib, yang merupakan tanda kemenangan Allah
atas kejahatan. Ini adalah pesan pokok Paus Fransiskus dalam homilinya pada
Misa harian Jumat pagi 14 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Menggambarkan
Setan sebagai si jahat yang dilumpuhkan dan dirantai, Bapa Suci memperingatkan
umat yang hadir bahwa ia "masih menyalak" dan bahwa, jika kamu
mendekatinya untuk membelainya, "ia akan menghancurkanmu".
Paus
Fransiskus menjelaskan bahwa ketika kita merenungkan salib, lambang umat
kristiani, kita merenungkan tanda kekalahan tetapi juga tanda kemenangan.
"Semua yang dilakukan Yesus selama hidup-Nya" gagal di kayu salib -
beliau mengatakan - dan seluruh harapan para pengikut-Nya berakhir.
“Kita tidak perlu takut untuk merenungkan salib sebagai saat kekalahan, saat kegagalan. Ketika Paulus merenungkan misteri Yesus Kristus, ia mengatakan beberapa hal-hal yang berdampak. Ia mengatakan kepada kita bahwa Yesus mengosongkan diri-Nya, membinasakan diri-Nya, dijadikan berdosa hingga akhir dan menanggung segala dosa kita ke atas diri-Nya, seluruh dosa dunia : Ia adalah 'picisan', manusia yang terkutuk. Paulus tidak takut untuk menunjukkan kekalahan ini dan bahkan hal ini dapat mencerahkan saat-saat kegelapan kita, saat-saat kekalahan kita. Tetapi salib juga merupakan tanda kemenangan bagi kita umat kristiani”.
Paus
Fransiskus mengingatkan bahwa dalam Bacaan Pertama (Bil 21:4-9) orang-orang
yang bersungut-sungut "dipagut oleh ular" pada saat Keluaran. Hal
ini, beliau mengatakan, mengacu pada ular zaman dahulu kala, Setan, "Sang
Penuduh Besar". Tetapi, Paus Fransiskus melanjutkan, Tuhan memberitahu
Musa bahwa ular yang membawa kematian akan ditinggikan dan akan membawa
keselamatan. Beliau menjelaskan bahwa hal ini “adalah sebuah nubuat”. Bahkan,
"telah dijadikan berdosa, Yesus mengalahkan sang penggubah dosa, Ia
mengalahkan ular tersebut". Dan Setan, Paus Fransiskus mengulas, sangat
senang pada hari Jumat Agung “karena ia tidak memperhatikan” perangkap besar
”dari sejarah yang ke dalamnya ia jatuh".
Seperti yang dikatakan oleh para Bapa Gereja, Paus Fransiskus melanjutkan, Setan melihat Yesus dalam keadaan yang sungguh buruk, dan seperti seekor ikan yang kelaparan yang mencari umpan yang melekat pada mata kail, ia menelan-Nya. “Tetapi pada saat itu Ia juga menelan keilahian-Nya karena itulah umpan yang melekat pada mata kail. Pada saat itu Setan dihancurkan selamanya. Ia tidak memiliki kekuatan. Pada saat itu salib menjadi tanda kemenangan”.
"Kemenangan kita adalah Salib Yesus, kemenangan atas seteru kita, ular zaman dahulu kala, Sang Penuduh Besar", kata Paus Fransiskus. "Kita telah diselamatkan" oleh Salib, oleh kenyataan bahwa Yesus memilih untuk tenggelam hingga titik paling rendah, tetapi dengan kuasa keilahian-Nya".
“Yesus berkata kepada Nikodemus : "Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku". Yesus ditinggikan dan Setan dihancurkan. Kita harus tertarik pada Salib Yesus : kita harus memandangnya karena salib itu memberi kita kekuatan untuk maju. Dan ular zaman dahulu kala yang dihancurkan tersebut masih menyalak, masih mengancam tetapi, seperti yang dikatakan para Bapa Gereja, ia adalah anjing yang dirantai: jangan mendekatinya dan ia tidak akan menggigitmu; tetapi jika kamu mencoba untuk membelainya karena kamu tertarik padanya seolah-olah ia adalah seekor anak anjing, persiapkanlah dirimu, ia akan menghancurkanmu”.
Hidup
kita berlanjut, Paus Fransiskus mengakhiri, dengan Kristus yang menang dan
bangkit, serta yang mengutus Roh Kudus kepada kita; tetapi juga dengan anjing
yang dirantai itu, iblis, "yang tidak harus kudekati karena ia akan
menggigitku".
“Salib
mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan ada kegagalan dan kemenangan. Kita harus
mampu sabar menghadapi kekalahan, sabar menanggung kegagalan-kegagalan kita,
bahkan dosa-dosa kita karena Ia menebus kita. Kita harus sabar menghadapi
hal-hal itu di dalam Dia, memohon pengampunan kepada-Nya, tetapi jangan pernah
membiarkan diri kita tergoda oleh anjing yang dirantai ini. Akan ada baiknya
jika hari ini, ketika kita pulang, kita akan meluangkan waktu 5, 10, 15 menit
di depan salib, baik salib yang kita miliki di rumah maupun salib yang ada di
rosario : pandanglah salib itu, salib adalah tanda kekalahan kita, yang memicu
penganiayaan, salib menghancurkan kita; salib itu juga adalah tanda kemenangan
kita karena di sanalah Allah menang”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.