Bacaan
Ekaristi : 1Kor. 15:1-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,28; Luk. 7:36-50.
Marilah
kita memohon kepada Yesus, “dengan belas kasih-Nya dan pengampunan-Nya,” untuk
selalu melindungi Gereja kita yang “seperti seorang ibu, adalah kudus”, tetapi
juga “penuh dengan anak-anak yang berdosa, seperti kita”. Inilah doa Paus
Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 20 September 2018 di
Casa Santa Marta, Vatikan. Doa tersebut muncul sebagai hasil permenungan Bapa
Suci terhadap bacaan-bacaan liturgi hari itu. Beliau memusatkan perhatiannya
pada kata-kata Yesus : “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah
banyak berbuat kasih”.
Paus
Fransiskus menggambarkan tiga macam orang dalam bacaan-bacaan liturgi hari itu
: Yesus dan murid-murid-Nya; Paulus dan wanita yang dosanya telah diampuni; dan
para ahli Taurat.
Perempuan
dalam Injil digambarkan “telah banyak berbuat kasih terhadap Yesus”, sementara
tidak menyembunyikan kenyataan bahwa ia adalah orang berdosa. Santo Paulus,
kata Paus Fransiskus, serupa dengan mengakui, dan mewariskan kepada kita, bahwa
“Kristus wafat karena dosa-dosa kita”. Keduanya sedang berusaha
"mengasihi" Allah, tetapi kasih mereka adalah semacam “setengah
kasih”. Paus Fransiskus menjelaskan bahwa ketika Paulus sedang menganiaya
Gereja, ia berpikir bahwa kasih adalah sebuah hukum dan hatinya tertutup
terhadap pewahyuan Yesus Kristus. Ia menganiaya orang-orang Kristen karena
bersemangat terhadap hukum tersebut; dan inilah, kata Paus Fransiskus, kasih
yang belum dewasa.
Sang
perempuan juga sedang berusaha mengasihi, “sedikit mengasihi”. Orang-orang
Farisi mengomentari kenyataan bahwa ia adalah orang berdosa, tetapi Yesus
menjelaskan : “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak
berbuat kasih”. Paus Fransiskus mengajukan pertanyaan yang dilontarkan
orang-orang Farisi :
“Tetapi
bagaimana ia bisa mengasihi? Orang-orang [orang-orang berdosa] ini tidak tahu
cara mengasihi”. [Tetapi] mereka berusaha mengasihi. Dan Yesus, berbicara
tentang orang-orang ini, mengatakan - Ia pernah berkata - bahwa mereka ada di
hadapan kita, di dalam Kerajaan Surga. “Tetapi sungguh sebuah skandal!” -
orang-orang Farisi [mengatakan] - “Tetapi orang-orang ini!” Yesus memandang
sedikit isyarat kasih, sedikit isyarat niat baik, dan menerimanya, dan
meneruskannya. Inilah belas kasih Yesus : Ia selalu mengampuni, Ia selalu
menerima.
Berkenaan
dengan "para ahli Taurat", Paus Fransiskus mengatakan bahwa
"mereka memiliki sikap yang sering digunakan oleh orang-orang munafik
belaka : mereka mengalami skandal". Dan mereka mengatakan :
“Tetapi
lihatlah, sungguh sebuah skandal! Kamu tidak bisa hidup seperti itu! Kita telah
kehilangan nilai-nilai kita. Sekarang setiap orang berhak untuk masuk ke
gereja, bahkan orang yang bercerai, semua orang. Tetapi di manakah kita?"
Skandal orang-orang munafik. Inilah dialog antara kasih yang besar yang
mengampuni semua orang, [kasih] Yesus; [dan] kasih “sebagian” dari Paulus dan
perempuan ini, serta [kasih] kita juga, yang merupakan kasih yang tidak lengkap
karena tidak seorang pun dari kita adalah orang kudus yang telah dikanonisasi.
Marilah kita jujur. Itulah kemunafikan : kemunafikan dari "orang-orang
benar", kemunafikan "orang-orang murni", kemunafikan orang-orang
yang percaya bahwa mereka diselamatkan oleh jasa lahiriah mereka sendiri.
Yesus
mengakui bagaimana orang-orang seperti itu menunjukkan secara lahiriah bahwa
“semuanya baik-baik saja” - Ia berbicara tentang “kuburan yang dicat putih” -
tetapi di dalamnya ada pembusukan dan kerusakan. Paus Fransiskus melanjutkan :
Dan
Gereja, ketika ia melakukan perjalanan sepanjang sejarah, dianiaya oleh
orang-orang munafik : orang-orang munafik di dalamnya dan di luarnya. Iblis
tidak berbuat apa-apa terhadap orang-orang berdosa yang bertobat, karena mereka
memandang Allah dan berkata, “Tuhan, aku orang berdosa, tolonglah aku!” Dan
iblis tidak berdaya; tetapi ia kuat terhadap orang-orang munafik. Ia kuat, dan
ia mempergunakan mereka untuk menghancurkan, menghancurkan orang-orang,
menghancurkan masyarakat, menghancurkan Gereja. Kuda beban iblis adalah
kemunafikan, karena ia adalah seorang pendusta. Ia menjadikan dirinya seorang
pangeran yang kuat, kirana, dan dari belakang ia adalah seorang pembunuh.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.