Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 September 2018 : AMBILLAH JALAN BELAS KASIH MENUJU HATI ALLAH

Bacaan Ekaristi : Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13.

Ingatan orang-orang kristiani akan asal-usul dan dosa-dosa mereka harus menyertai mereka sepanjang hidup. Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 21 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau merenungkan Bacaan Injil dalam liturgi hari itu (Mat 9:9-13) yang menceritakan tentang bagaimana Yesus mengundang Matius, sang pemungut cukai, dan orang-orang berdosa lainnya untuk makan semeja dengan-Nya.


"Orang mungkin berpikir bahwa Yesus tidak memiliki akal sehat dalam memilih orang-orang yang tepat sebagai para pengikut-Nya", kata Paus Fransiskus, tetapi kemudian beliau menekankan tentang bagaimana dalam kehidupan Gereja, begitu banyak orang kristiani, begitu banyak orang kudus telah dipilih oleh Yesus dari 'peringkat terendah'.

Jadi, kata Paus Fransiskus, orang-orang kristiani harus selalu sadar dari mana mereka berasal dan mereka seharusnya tidak pernah melupakan dosa-dosa mereka; mereka harus menyimpan dalam hati ingatan akan Tuhan “yang berbelas kasih terhadap dosa-dosa mereka dan memilih mereka untuk menjadi seorang kristiani, seorang rasul”.

Dengan menggambarkan reaksi Matius sang pemungut cukai terhadap panggilan Tuhan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa seorang rasul tidak berpakaian mewah, seorang rasul tidak mulai memberitahu orang lain “aku adalah pangeran dari para rasul, aku mengeluarkan perintah … Tidak! Ia menjalani sisa hidupnya demi Injil”.

Ketika seorang rasul melupakan asal-usulnya dan memulai kariernya, Paus Fransiskus menjelaskan, ia menjauhkan diri dari Tuhan dan menjadi 'pejabat'. Seorang pejabat yang mungkin melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi ia bukan seorang rasul. Ia tidak mampu 'meneruskan' Yesus; ia adalah seseorang yang mengatur rancangan dan rencana pastoral serta banyak hal lainnya; ia adalah "pedagang yang lihat" dari Kerajaan Allah karena ia telah melupakan darimana ia dipilih.

Itu sebabnya, lanjut Paus Fransiskus, melestarikan ingatan tentang asal usul kita adalah penting : "ingatan ini harus menyertai kehidupan rasul dan setiap orang kristiani".

Ketimbang melihat diri sendiri, kata Paus Fransiskus, kita cenderung melihat orang lain, dosa-dosa mereka, dan membicarakan mereka. Inilah kebiasaan yang berbahaya. Lebih baik mempersalahkan diri sendiri, saran Paus Fransiskus, dan ingatlah darimana Tuhan memilih kita.

“Tuhan memilih untuk sesuatu yang besar. Menjadi orang kristiani adalah hal yang besar, hal yang indah”, kata Paus Fransiskus.

Kitalah, kata Paus Fransiskus, yang menjauhkan diri kita : “kita tidak memiliki kemurahan hati dan kita tawar menawar dengan Tuhan, tetapi Ia menanti kita”.

Ketika Matius dipanggil oleh Yesus ia meninggalkan segalanya guna mengikuti-Nya. Paus Fransiskus mencatat bahwa ia mengundang teman-temannya untuk duduk bersama Yesus guna merayakan Sang Guru. Di meja itu, beliau berkata, duduk “orang-orang yang sangat paling buruk dalam masyarakat. Dan Yesus bersama mereka".

Para ahli Taurat, lanjut Paus Fransiskus, terguncang. Mereka memanggil para murid dan berkata : “Mengapa Gurumu makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa? Makan dengan beberapa orang yang najis mengotorimu”. Tetapi, Yesus mendengar hal ini dan berkata, “Pergilah dan pelajari kata-kata: 'Yang Kukehendaki ialah belas kasih dan bukan persembahan'.

“Belas kasih Allah mencari semua orang, mengampuni semua orang. Satu-satunya hal yang Ia minta darimu adalah mengatakan : 'Ya, tolonglah aku'. Itu saja”, Paus Fransiskus mengatakan.

Kepada mereka yang terguncang, Paus Fransiskus mengakhiri, Yesus mengatakan bahwa “bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit'.

"Belas kasih Tuhan adalah sebuah misteri; hati Allah adalah misteri yang terbesar dan terindah. Jika kamu ingin membuat jalan menuju hati Allah, ambillah jalan belas kasih, dan biarkan dirimu diperlakukan dengan belas kasih".
____


(Peter Suriadi - Bogor, 22 September 2018)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.