Bacaan : 1Kor. 3:18-23; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 5:1-11
Kita
perlu mengenali bahwa kita adalah orang-orang berdosa : tanpa belajar untuk
mempersalahkan diri kita sendiri, kita tidak dapat berjalan dalam kehidupan
kristiani. Itulah inti pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian
Kamis pagi 6 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Permenungan
Paus Fransiskus bertitik tolak dari Bacaan Injil hari itu (Luk 5:1-11) yang
menceritakan Yesus berkhotbah dari perahu Petrus, dan kemudian mengajak Petrus
untuk menebar jalanya ke tempat yang dalam. Ketika mereka melakukannya, Injil
mengatakan, “Mereka menangkap sejumlah besar ikan”.
Kisah
tersebut mengingatkan kita akan penangkapan ikan yang ajaib lainnya, yang
terjadi setelah kebangkitan, ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya
apakah mereka memiliki sesuatu untuk dimakan. Dalam kedua kasus, Paus
Fransiskus mengatakan “ada pengurapan Petrus” : pertama sebagai seorang penjala
manusia, kemudian sebagai seorang gembala. Yesus kemudian mengubah namanya dari
Simon menjadi Petrus; dan, sebagai "orang Israel yang baik", Petrus
tahu bahwa perubahan nama menandakan perubahan perutusan. Petrus "merasa
bangga karena ia benar-benar mengasihi Yesus", dan penangkapan ajaib ini
melambangkan sebuah langkah maju dalam kehidupannya.
Setelah melihat bahwa jala mereka mulai koyak karena sejumlah besar ikan, Petrus tersungkur di kaki Yesus, berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa".
“Inilah langkah pertama yang menentukan dari Petrus di sepanjang jalan kemuridan, jalan murid Yesus, mempersalahkan dirinya : 'Aku adalah orang berdosa'. Inilah langkah pertama Petrus; dan juga langkah pertama bagi kita masing-masing, jika kalian ingin bergerak maju dalam kehidupan rohani, dalam kehidupan Yesus, melayani Yesus, mengikuti Yesus, haruslah menjadi ini, mempersalahkan diri sendiri : tanpa mempersalahkan diri kalian tidak dapat berjalan dalam kehidupan kristiani".
Namun ada resiko. Kita semua umumnya “tahu bahwa kita adalah orang-orang berdosa”, tetapi nyatanya “tidaklah mudah” untuk mempersalahkan diri kita sebagai orang-orang berdosa. “Kita begitu terbiasa mengatakan, 'Aku orang berdosa'”, kata Paus Fransiskus, tetapi dengan cara yang sama seperti kita mengatakan, “Aku manusia”, atau “Aku adalah warga negara Italia”. Tetapi benar-benar mempersalahkan diri kita, di sisi lain, berarti benar-benar merasakan kesengsaraan kita sendiri : "merasa sengsara", kesengsaraan, di hadapan Tuhan. Kesengsaraan terkait dengan perasaan malu. Dan inilah sesuatu yang bukan berasal dari kata-kata, tetapi dari hati. Yaitu, ada sebuah pengalaman nyata, seperti pengalaman Petrus ketika ia berkata kepada Yesus, “Pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa". “Ia benar-benar merasakan dirinya sebagai orang berdosa”; dan kemudian ia merasakan dirinya diselamatkan.
Keselamatan yang "dibawa Yesus kepada kita" persisnya membutuhkan pengakuan yang tulus ini karena "keselamatan tersebut bukanlah kosmetik", yang mengubah penampilan kalian dengan "dua sapuan kuas". Sebaliknya, keselamatan mengubah rupa - tetapi karena kalian masuk ke dalamnya, kalian harus membuat ruang untuknya dengan mengakui dosa kalian dengan tulus; dan demikianlah kita mengalami kekaguman yang dirasakan oleh Petrus.
Kemudian,
langkah pertama pertobatan adalah mempersalahkan diri sendiri dengan rasa malu,
dan berusaha merasakan kekaguman bahwa kalian telah diselamatkan. “Kita harus
bertobat”, “kita harus melakukan penebusan dosa”, kata Paus Fransiskus. Beliau
mengundang umat yang hadir untuk merenungkan godaan mempersalahkan orang lain :
“Ada
orang-orang yang menjalani hidup dengan membicarakan orang lain, mempersalahkan
orang lain dan tidak pernah memikirkan dosa-dosa mereka sendiri. Dan ketika
saya pergi untuk melakukan pengakuan dosa, bagaimana saya mengaku? Seperti
seekor burung beo? 'Bla, bla, bla ... Saya melakukan ini, ini ...'. Tetapi
apakah hati kalian tersentuh dengan apa yang telah kalian lakukan?
Berkali-kali, tidak. Kalian pergi ke sana untuk memakai riasan, membuat diri
kalian agar sedikit terlihat cantik. Tetapi pengakuan tersebut tidak sepenuhnya
masuk ke dalam hati karena, karena kalian belum meninggalkan ruangan, karena kalian
tidak mampu mempersalahkan diri kalian”.
Dan
langkah pertama itu juga merupakan rahmat : rahmat belajar untuk mempersalahkan
diri sendiri, dan bukan mempersalahkan orang lain :
“Tanda bahwa seseorang tidak tahu, bahwa seorang kristiani tidak tahu bagaimana mempersalahkan dirinya adalah ketika ia terbiasa mempersalahkan orang lain, membicarakan orang lain, mengusili kehidupan orang lain. Dan itulah tanda yang buruk. Apakah aku melakukan hal ini? Pertanyaan yang bagus guna mencapai hati [berkenaan hal-hal tersebut]. Hari ini marilah kita memohon kepada Tuhan rahmat, rahmat untuk menemukan diri kita berhadapan muka dengan-Nya dengan kekaguman yang diberikan oleh kehadiran-Nya ini; dan rahmat untuk merasakan bahwa kita adalah orang-orang berdosa, tetapi secara nyata, dan berkata bersama Petrus : 'Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.