Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 Oktober 2018 : BERHATI-HATILAH TERHADAP IBLIS YANG "SANTUN" DAN BERSAHABAT

Bacaan Ekaristi : Gal. 3:7-14; Mzm. 111:1-2,3-4,5-6; Luk. 11:15-26.

Ketika iblis tidak dapat menghantam dengan keburukan, peperangan atau ketidakadilan, ia melakukannya secara halus, secara bertahap menuntun orang-orang ke dalam roh dunia, membuat mereka merasa tidak ada yang salah. Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 12 Oktober 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.


Bapa Suci membagikan permenungannya dengan mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Luk 11:15-26) yang menceritakan Yesus mengusir setan yang kembali bersama roh-roh jahat lainnya untuk menguasai rumah lamanya.

Ketika iblis menguasai hati seseorang, kata Paus Fransiskus, ia mendiaminya dan tidak ingin pergi, serta berusaha untuk menghancurkan orang itu dan mencelakakannya secara jasmani.

Paus Fransiskus menjelaskan bahwa pergumulan antara kebaikan dan kejahatan dalam diri manusia adalah pergumulan yang sesungguhnya di antara pergumulan pertama antara Allah dan ular, di antara Yesus dan iblis.

Memperingatkan bahwa tujuan dan panggilan iblis adalah "untuk menghancurkan karya Allah", Paus Fransiskus mengatakan bahwa ketika iblis tidak dapat menghancurkan "secara langsung" karena Allah memiliki kekuatan yang lebih besar yang membela orang tersebut, maka ia, cerdik dan "lebih licik daripada seekor rubah", mencari cara untuk mendapatkan kembali orang itu.

Berpusat pada Bacaan Injil yang menceritakan iblis kembali setelah diusir, Paus Fransiskus mengatakan ia dengan sangat santun mengatakan bahwa ia telah kembali padahal sebenarnya ia telah diusir. Mendapati rumah "bersih tersapu dan rapi teratur", ia membawa serta beberapa roh lain yang lebih jahat daripadanya, dan mereka masuk dan menjadikannya tempat tinggal mereka, dan keadaan orang itu menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Paus Fransiskus mengatakan ia membuat kita merasa nyaman bahwa kita adalah umat kristiani, umat Katolik yang pergi ke Misa dan berdoa. Kita memang memiliki cacat, dosa, tetapi semuanya tampak rapi teratur. Bertingkah seperti orang yang santun, iblis mengusahakan untuk menemukan titik lemah dan mengetuk pintu, berkata, "Maaf? Bolehkah aku masuk?" dan membunyikan bel. Paus Fransiskus mengatakan iblis-iblis ini lebih jahat daripada iblis-iblis yang pertama, karena kamu tidak menyadari mereka berada di rumah. Mereka adalah roh duniawi, roh dunia.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa iblis menghancurkan secara langsung dengan keburukan, peperangan atau ketidakadilan ataupun ia melakukannya dengan santun dan diplomatis seperti yang dijelaskan oleh Yesus. Bekerja secara diam-diam, mereka berteman dan membujukmu di tengah jalan untuk menjadi biasa-biasa saja, membuatmu "suam-suam kuku" dengan keduniawian.

Dengan demikian Bapa Suci mendorong umat kristiani untuk berjaga-jaga agar tidak jatuh "ke dalam keadaan biasa-biasa saja ini, ke dalam roh dunia ini", yang "merusak kita dari dalam". Paus Fransiskus mengatakan bahwa beliau lebih takut pada iblis-iblis ini daripada iblis-iblis yang pertama.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa ketika seseorang memanggil seorang pengusir setan untuk seseorang yang kerasukan setan, beliau tidak khawatir, tetapi beliau khawatir ketika orang-orang membuka pintu mereka untuk iblis-iblis yang santun yang membujuk mereka dari dalam sebagai sahabat.

Bapa Suci mengatakan bahwa beliau sering bertanya pada dirinya sendiri apakah lebih baik memiliki dosa yang jelas atau hidup dalam roh dunia.

Menurut Paus Fransiskus, roh keduniawian mencakup membawa serta dalam diri kita iblis yang santun. Dalam hal ini beliau mengingat doa Yesus pada Perjamuan Terakhir: "jagalah mereka dari roh dunia" - mendesak murid-murid-Nya untuk "waspada dan tenang".

Paus Fransiskus dengan demikian mendesak umat kristiani untuk waspada dan tenang dengan iblis-iblis yang santun ini yang ingin memasuki rumah sebagai tamu-tama perkawinan. "Kewaspadaan kristiani", kata Paus Fransiskus adalah pesan Yesus, yang mempertanyakan apa yang sedang terjadi di dalam hati - mengapa aku begitu biasa-biasa saja; mengapa aku begitu suam-suam kuku; berapa banyak orang "santun" tinggal di rumah tanpa membayar sewa?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.