Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 Oktober 2018 : BERHATI-HATILAH DI SEKITAR UMAT KRISTIANI YANG KAKU

Bacaan Ekaristi : Gal. 4:31b-5:6; Mzm. 119:41,43,44,45,47,48; Luk. 11:37-41.

“Keselamatan adalah karunia dari Allah”, Ia memberi kita “roh kebebasan”. Paus Fransiskus mengatakan hal tersebut dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 16 Oktober 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau memperingatkan kita untuk waspada terhadap orang-orang munafik, yang hatinya tidak terbuka terhadap rahmat.


Paus Fransiskus mendasarkan homilinya pada Bacaan Injil hari itu (Luk 11:37-41), yang menceritakan bagaimana Yesus tidak memperhatikan kebersihan yang ditentukan ketika Ia diundang makan di rumah seorang Farisi. Injil menceritakan reaksi keras Yesus terhadap “keheranan” orang-orang Farisi.

Paus Fransiskus menekankan perbedaan antara kasih orang-orang terhadap Yesus, yang mengasihi-Nya karena Ia menyentuh hati mereka, dan sedikit oleh karena kepentingan mereka sendiri; serta kebencian para pakar hukum, para ahli Taurat, orang-orang Saduki, orang-orang Farisi, yang mengikuti Dia untuk menangkap-Nya dalam suatu kesalahan. Mereka adalah "orang-orang yang murni" :

Mereka benar-benar merupakan sebuah contoh formalitas. Tetapi mereka tidak memiliki kehidupan. Mereka, dapat dikatakan, "berkanji". Mereka kaku. Dan Yesus mengetahui jiwa mereka. Hal ini menghebohkan kita, karena mereka dihebohkan oleh hal-hal yang diperbuat Yesus ketika Ia mengampuni dosa, ketika Ia menyembuhkan pada hari Sabat. Mereka mengoyakkan pakaian mereka : “Ya! Sungguh suatu kehebohan! Hal ini bukan berasal dari Allah, karena Ia [malahan] seharusnya tidak melakukan hal ini”. Orang-orang tidak berarti bagi mereka : Hukum berarti bagi mereka, resepnya, judulnya”.

Bagaimanapun juga Yesus menerima undangan orang Farisi tersebut - karena Ia bebas - dan Ia pergi kepadanya. Orang Farisi tersebut dihebohkan oleh tingkah laku-Nya yang melampaui peraturan. Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan”.

Kata-kata tersebut bukanlah kata-kata yang indah, ya? Yesus berbicara terus terang, Ia bukan orang munafik. Ia berbicara terus terang. Dan Ia berkata kepada mereka, “Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?”. Lain waktu Ia berkata kepada mereka, “Kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih”. Pujian yang bagus, ya? Indah pada bagian luar, semuanya sempurna ... semuanya sempurna ... tetapi pada bagian dalam, penuh dengan kebusukan, oleh karena keserakahan, kejahatan, beliau mengatakan. Yesus membedakan antara penampilan dan kenyataan batin. Para tuan ini adalah "para ahli penampilan" : selalu sempurna, selalu. Namun di dalam, apa yang ada di sana?

Paus Fransiskus mengingatkan perikop-perikop Injil lainnya ketika Yesus mengutuk orang-orang seperti itu, seperti yang Ia lakukan dalam perumpamaan Orang Samaria yang Baik, atau ketika Ia mencela cara berpuasa dan sedekah mereka yang pamer. Inilah, beliau mengatakan, karena mereka hanya tertarik pada penampilan. “Yesus menggambarkan orang-orang ini dengan satu kata : 'orang-orang munafik'”. Mereka adalah orang-orang yang berjiwa rakus, mampu membunuh : “mampu membayar untuk membunuh atau menyiksa, seperti yang terjadi setiap hari. Itu terjadi hari ini : mereka dibayar untuk memberi kabar buruk, berita yang mencoreng orang lain”.

Singkatnya, Paus Fransiskus melanjutkan, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang kaku, tidak mau berubah. "Tetapi selalu, di bawah atau di balik kekakuan, ada masalah, masalah serius", kata Paus Fransiskus. Kita bermaksud untuk tampil sebagai orang Kristiani yang baik; kita bermaksud untuk tampil dengan cara tertentu, kita menempatkan riasan pada jiwa kita. Namun, Paus Fransiskus mengatakan, di balik penampilan ini, “ada masalah. Yesus tidak ada di sana. Roh dunia ada di sana”.

Yesus menyebut mereka “bodoh” dan menasehati mereka membuka jiwa agar rahmat masuk. Karena “rahmat adalah karunia yang diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Tak seorangpun yang menyelamatkan dirinya sendiri, tak seorang pun. Tak seorang pun menyelamatkan dirinya, bahkan dengan pengamalan orang-orang ini”.

Akhirnya, Paus Fransiskus mengingatkan kita. Berhati-hatilah di sekitar orang-orang yang kaku. Berhati-hatilah di sekitar umat Kristiani - entah mereka awam, imam, uskup - yang menampilkan diri sangat "sempurna", kaku. Berhati-hatilah. Tidak ada Roh Allah di sana. Mereka tidak memiliki roh kebebasan. Dan marilah kita berhati-hati dengan diri kita sendiri, karena hal ini seharusnya menuntun kita untuk memikirkan kehidupan kita sendiri. Apakah aku hanya mengusahakan penampilan, dan tidak mengubah hatiku? Apakah aku tidak membuka hatiku untuk berdoa, untuk kebebasan doa, kebebasan sedekah, kebebasan karya-karya kerahiman?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.