Bacaan Ekaristi : Ef. 1:11-14; Mzm. 33:1-2,4-5,12-13; Luk. 12:1-7.
Dalam
homilinya pada Misa harian Jumat pagi 19 Oktober 2018 di Casa Santa Marta,
Vatikan, Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama (Ef 1:11-14) dan Bacaan
Injil (Luk 12:1-7) liturgi hari itu. Beliau membandingkan “ragi” orang Farisi
dengan ragi Roh Kudus yang mengarah pada dekapan “warisan” yang ditinggalkan
Tuhan bagi semua orang.
Paus
Fransiskus menggambarkan ragi orang Farisi sebagai ragi kemunafikan yang
membiarkan tumbuhnya pemusatan diri. Ragi ini berlaku untuk orang-orang yang
hanya memikirkan penampilan, beliau mengatakan. Jika mereka menemui seseorang
yang kesulitan di sepanjang perjalanan mereka, mereka mengalihkan pandangan
mereka. "Yesus mengatakan bahwa ragi ini berbahaya" karena ragi
tersebut tidak memiliki masa depan, kata Paus Fransiskus.
Jenis
ragi lainnya, yang memiliki pengaruh sebaliknya, adalah ragi Roh Kudus. Beralih
ke Bacaan Pertama, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa ragi Roh Kudus diberikan
kepada mereka yang telah “dimeteraikan oleh Roh Kudus”. Roh Kudus, beliau
mengatakan, merupakan janji warisan seraya umat Kristiani menantikan “penebusan
paripurna”. Yesus sendiri menginginkan umat Kristiani “berjalan terus dengan
ragi Roh Kudus” menuju cakrawala tersebut, kata Paus Fransiskus. Karena umat
Kristiani memiliki janji warisan, mereka kemudian menjangkau orang-orang yang
mengalami kesulitan, orang-orang yang sedang menderita, orang-orang yang jatuh,
dengan harapan "menemukan warisan".
Dengan ragi Roh Kudus, umat Kristiani dapat menghadapi berbagai kesulitan yang dihadapi dalam perjalanan, “bahkan seluruh dosa mereka, tetapi selalu dengan harapan”, kata Paus Fransiskus. "Orang-orang munafik telah melupakan apa artinya bersukacita". Dan beliau mengakhiri, “ada sukacita di dalam hati orang-orang yang memiliki ragi Roh Kudus, bahkan ketika mereka menghadapi berbagai masalah dan kesulitan”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.