Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 25 Oktober 2018 : SIAPAKAH YESUS KRISTUS BAGIKU?

Bacaan Ekaristi : Ef. 4:14-21; Mzm. 33:1-2,4-5,11-12,18-19; Luk. 12:49-53.

Siapa Yesus Kristus bagimu? Paus Fransiskus mengajukan pertanyaan ini dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 25 Oktober 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Jika seseorang mengajukan pertanyaan kepada kita, “Siapakah Yesus Kristus?”, kita seharusnya mengatakan apa yang telah kita pelajari : Dialah Juruselamat dunia, Putra Bapa, yang “kita ucapkan dalam Syahadat”. Tetapi, Paus Fransiskus mengatakan bahwa menjawab pertanyaan tentang siapakah Yesus Kristus "bagiku" sedikit lebih sulit. pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang dapat sedikit membuat kita canggung, karena untuk menjawab pertanyaan itu, "Aku harus menggali ke dalam hatiku"; yaitu, kita harus memulai dari pengalaman kita sendiri.


Santo Paulus justru mengalami kesukaran ini dalam memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus. Ia mengenal Yesus melalui pengalamannya sendiri terhempas dari kudanya, ketika Tuhan berbicara kepada hatinya. Ia tidak mulai mengenal Kristus dengan mempelajari teologi, bahkan jika kemudian ia “pergi untuk melihat bagaimana Yesus diwartakan dalam Kitab Suci”.

Paulus ingin umat Kristiani merasakan apa yang ia rasakan sendiri. [Menanggapi] pertanyaan yang dapat kita ajukan kepada Paulus - “Paulus, siapakah Kristus bagimu?” - ia berbicara hanya tentang pengalamannya sendiri : “Ia mengasihiku, dan memberikan diri-Nya bagiku”. Tetapi ia terlibat dengan Kristus yang menebusnya. Dan Paulus menginginkan setiap orang Kristiani - dalam hal ini, umat Kristiani di Efesus - memiliki pengalaman ini, masuk ke dalam pengalaman ini, sampai pada titik di mana kita masing-masing dapat mengatakan, “Ia mengasihiku, dan memberikan diri-Nya bagiku”, tetapi mengatakan dari pengalaman pribadi kita sendiri.

Mengucapkan Syahadat dapat membantu kita mengenal tentang Yesus, kata Paus Fransiskus. Tetapi untuk benar-benar mengenal-Nya, seperti Santo Paulus mulai mengenal-Nya, lebih baik memulainya dengan mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Inilah, kata Paus Fransiskus, langkah pertama. Ketika Paulus mengatakan bahwa Yesus memberikan diri-Nya baginya, ia sedang mengatakan bahwa Ia menebusnya, dan hal ini muncul dalam seluruh suratnya. Dan definisi pertama yang diberikan Paulus tentang dirinya berasal dari hal ini : Ia mengatakan ia adalah “orang berdosa", ia mengakui bahwa ia menganiaya umat Kristiani. Ia mulai tepatnya dengan mengakui bahwa ia “dipilih melalui kasih, meskipun ia adalah orang berdosa”.

“Langkah pertama dalam mengenal Kristus”, Paus Fransiskus menekankan, terletak tepatnya dengan mengenali bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Beliau mengatakan bahwa dalam Sakramen Tobat, kita mengakui dosa-dosa kita - tetapi, beliau mencatat, “mengatakan dosa-dosa kita adalah satu hal” dan hal lainnya adalah mengakui diri kita orang-orang berdosa, mampu melakukan apa saja. Santo Paulus “memiliki pengalaman kemalangan ini”, dan mengakui bahwa ia perlu ditebus, mengakui bahwa ia membutuhkan seseorang yang“ akan membayar haknya sehingga dirinya disebut 'anak Allah'” : “Kita semua orang berdosa, tetapi untuk mengatakannya, untuk merasakannya, kita membutuhkan pengorbanan Kristus".

Tetapi untuk mengenal Yesus, ada juga langkah kedua : kita dapat mengenal-Nya melalui kontemplasi dan doa. Paus Fransiskus mengingat “doa yang indah, dari seorang santo : 'Tuhan, biarkan aku mengenal-Mu, dan kenalilah diriku”. Kita seharusnya tidak berpuas diri ”dengan mengatakan tiga atau empat hal baik tentang Yesus”, beliau melanjutkan, karena mengenal Yesus “adalah petualangan, tetapi petualangan yang sungguh-sungguh, bukan petualangan seorang anak”, karena kasih Yesus tanpa batas.

Paulus mengatakan bahwa Ia “mampu mengerjakan jauh lebih banyak daripada yang dapat kita minta atau bayangkan”. Ia memiliki kekuatan untuk melakukannya. Tetapi kita harus bertanya kepada-Nya: “Tuhan, biarkanlah aku mrngenal-Mu; sehingga ketika aku berbicara mengenai Engkau, aku tidak sedang mengulangi kata-kata seperti seekor burung beo, [tetapi] aku mengatakan kata-kata yang berasal dari pengalamanku sendiri. Sehingga seperti Paulus aku dapat mengatakan : "Ia mengasihiku, dan memberikan diri-Nya bagiku" - dan mengatakannya dengan keyakinan. "Inilah kekuatan kita, inilah kesaksian kita. Umat Kristiani kata-kata, kita memiliki banyak kata; kita juga, begitu banyak [kata]. Dan ini bukanlah kekudusan. Kekudusan adalah menjadi umat Kristiani yang berkarya dalam kehidupan yang telah diajarkan Yesus dan apa yang telah ditaburkan Yesus di dalam hati kita.

Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengulangi dua langkah yang perlu kita ambil untuk benar-benar mengenal Yesus Kristus : Langkah pertama adalah mengenal diri kita sendiri : [bahwa kita adalah] orang-orang berdosa, orang-orang berdosa. Tanpa pemahaman ini, dan tanpa pengakuan batin ini - bahwa saya orang berdosa - kita tidak bisa berjalan maju. Langkah kedua adalah berdoa kepada Tuhan, yang dengan kuasa-Nya membuat kita mengenal misteri Yesus ini, yang merupakan api yang telah Ia bawa ke atas bumi. Akan menjadi kebiasaan yang baik jika setiap hari, di setiap saat, kita bisa berkata, "Tuhan, biarkanlah aku mengenal Engkau, dan kenalilah diriku".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.