Bacaan
Ekaristi : Ef. 4:14-21; Mzm. 33:1-2,4-5,11-12,18-19; Luk. 12:49-53.
Siapa
Yesus Kristus bagimu? Paus Fransiskus mengajukan pertanyaan ini dalam homilinya
pada Misa harian Kamis pagi 25 Oktober 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Jika
seseorang mengajukan pertanyaan kepada kita, “Siapakah Yesus Kristus?”, kita
seharusnya mengatakan apa yang telah kita pelajari : Dialah Juruselamat dunia,
Putra Bapa, yang “kita ucapkan dalam Syahadat”. Tetapi, Paus Fransiskus
mengatakan bahwa menjawab pertanyaan tentang siapakah Yesus Kristus
"bagiku" sedikit lebih sulit. pertanyaan tersebut adalah pertanyaan
yang dapat sedikit membuat kita canggung, karena untuk menjawab pertanyaan itu,
"Aku harus menggali ke dalam hatiku"; yaitu, kita harus memulai dari
pengalaman kita sendiri.
Santo
Paulus justru mengalami kesukaran ini dalam memberikan kesaksian tentang Yesus
Kristus. Ia mengenal Yesus melalui pengalamannya sendiri terhempas dari
kudanya, ketika Tuhan berbicara kepada hatinya. Ia tidak mulai mengenal Kristus
dengan mempelajari teologi, bahkan jika kemudian ia “pergi untuk melihat
bagaimana Yesus diwartakan dalam Kitab Suci”.
Paulus
ingin umat Kristiani merasakan apa yang ia rasakan sendiri. [Menanggapi]
pertanyaan yang dapat kita ajukan kepada Paulus - “Paulus, siapakah Kristus
bagimu?” - ia berbicara hanya tentang pengalamannya sendiri : “Ia mengasihiku,
dan memberikan diri-Nya bagiku”. Tetapi ia terlibat dengan Kristus yang
menebusnya. Dan Paulus menginginkan setiap orang Kristiani - dalam hal ini,
umat Kristiani di Efesus - memiliki pengalaman ini, masuk ke dalam pengalaman
ini, sampai pada titik di mana kita masing-masing dapat mengatakan, “Ia
mengasihiku, dan memberikan diri-Nya bagiku”, tetapi mengatakan dari pengalaman
pribadi kita sendiri.
Mengucapkan
Syahadat dapat membantu kita mengenal tentang Yesus, kata Paus Fransiskus.
Tetapi untuk benar-benar mengenal-Nya, seperti Santo Paulus mulai mengenal-Nya,
lebih baik memulainya dengan mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa.
Inilah, kata Paus Fransiskus, langkah pertama. Ketika Paulus mengatakan bahwa
Yesus memberikan diri-Nya baginya, ia sedang mengatakan bahwa Ia menebusnya,
dan hal ini muncul dalam seluruh suratnya. Dan definisi pertama yang diberikan
Paulus tentang dirinya berasal dari hal ini : Ia mengatakan ia adalah “orang
berdosa", ia mengakui bahwa ia menganiaya umat Kristiani. Ia mulai
tepatnya dengan mengakui bahwa ia “dipilih melalui kasih, meskipun ia adalah
orang berdosa”.
“Langkah
pertama dalam mengenal Kristus”, Paus Fransiskus menekankan, terletak tepatnya
dengan mengenali bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Beliau mengatakan bahwa
dalam Sakramen Tobat, kita mengakui dosa-dosa kita - tetapi, beliau mencatat,
“mengatakan dosa-dosa kita adalah satu hal” dan hal lainnya adalah mengakui
diri kita orang-orang berdosa, mampu melakukan apa saja. Santo Paulus “memiliki
pengalaman kemalangan ini”, dan mengakui bahwa ia perlu ditebus, mengakui bahwa
ia membutuhkan seseorang yang“ akan membayar haknya sehingga dirinya disebut
'anak Allah'” : “Kita semua orang berdosa, tetapi untuk mengatakannya, untuk
merasakannya, kita membutuhkan pengorbanan Kristus".
Tetapi
untuk mengenal Yesus, ada juga langkah kedua : kita dapat mengenal-Nya melalui
kontemplasi dan doa. Paus Fransiskus mengingat “doa yang indah, dari seorang
santo : 'Tuhan, biarkan aku mengenal-Mu, dan kenalilah diriku”. Kita seharusnya
tidak berpuas diri ”dengan mengatakan tiga atau empat hal baik tentang Yesus”,
beliau melanjutkan, karena mengenal Yesus “adalah petualangan, tetapi
petualangan yang sungguh-sungguh, bukan petualangan seorang anak”, karena kasih
Yesus tanpa batas.
Paulus
mengatakan bahwa Ia “mampu mengerjakan jauh lebih banyak daripada yang dapat
kita minta atau bayangkan”. Ia memiliki kekuatan untuk melakukannya. Tetapi
kita harus bertanya kepada-Nya: “Tuhan, biarkanlah aku mrngenal-Mu; sehingga ketika
aku berbicara mengenai Engkau, aku tidak sedang mengulangi kata-kata seperti
seekor burung beo, [tetapi] aku mengatakan kata-kata yang berasal dari
pengalamanku sendiri. Sehingga seperti Paulus aku dapat mengatakan : "Ia
mengasihiku, dan memberikan diri-Nya bagiku" - dan mengatakannya dengan
keyakinan. "Inilah kekuatan kita, inilah kesaksian kita. Umat Kristiani
kata-kata, kita memiliki banyak kata; kita juga, begitu banyak [kata]. Dan ini
bukanlah kekudusan. Kekudusan adalah menjadi umat Kristiani yang berkarya dalam
kehidupan yang telah diajarkan Yesus dan apa yang telah ditaburkan Yesus di
dalam hati kita.
Sebagai
penutup, Paus Fransiskus mengulangi dua langkah yang perlu kita ambil untuk
benar-benar mengenal Yesus Kristus : Langkah pertama adalah mengenal diri kita
sendiri : [bahwa kita adalah] orang-orang berdosa, orang-orang berdosa. Tanpa
pemahaman ini, dan tanpa pengakuan batin ini - bahwa saya orang berdosa - kita
tidak bisa berjalan maju. Langkah kedua adalah berdoa kepada Tuhan, yang dengan
kuasa-Nya membuat kita mengenal misteri Yesus ini, yang merupakan api yang
telah Ia bawa ke atas bumi. Akan menjadi kebiasaan yang baik jika setiap hari,
di setiap saat, kita bisa berkata, "Tuhan, biarkanlah aku mengenal Engkau,
dan kenalilah diriku".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.