Bacaan
Ekaristi : Ef. 4:1-6; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 12:54-59.
Jalan
menuju perdamaian di dunia, di dalam masyarakat kita dan juga di dalam keluarga
kita adalah kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Inilah inti pesan
Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 26 Oktober 2018 di
Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama hari itu
(Ef 4:1-6), di mana Santo Paulus dalam kesendirian di dalam penjara menulis
kepada jemaat Efesus "madah menuju kesatuan" yang sesungguhnya,
mengingatkan "martabat panggilan".
Paus Fransiskus
mengamati bahwa kesendirian Paulus akan menyertainya hingga wafatnya di Roma,
karena umat Kristiani "terlalu sibuk" dalam "pergumulan
batin" mereka. Dan sebelum Paulus, beliau mengatakan, Yesus sendiri
“memohonkan rahmat kesatuan dari Bapa bagi kita semua”.
Namun,
Paus Fransiskus mengatakan, hari ini kita "terbiasa menghirup udara
pertikaian". Setiap hari, di TV dan di surat kabar, kita mendengar tentang
pertikaian dan peperangan "satu demi satu", "tanpa perdamaian,
tanpa kesatuan". Kesepakatan yang dibuat untuk menghentikan pertikaian,
beliau mengatakan, diabaikan, sehingga perlombaan senjata dan persiapan untuk
berperang dan kerusakan terus berlanjut.
Paus
Fransiskus mencatat bahwa bahkan lembaga-lembaga dunia yang diciptakan dengan
niat terbaik untuk perdamaian dan kesatuan, gagal mencapai kesepakatan karena
hak veto di sini dan kepentingan di sana ... Sementara mereka sedang bergumul
untuk mencapai kesepakatan damai, anak-anak tidak memiliki makanan, tidak
bersekolah, tidak ada pendidikan dan rumah sakit karena peperangan telah
menghancurkan segalanya.
Bapa
Suci mencatat ada kecenderungan menuju kehancuran, peperangan, dan perpecahan
di dalam diri kita. Iblis, musuh dan perusak umat manusia menabur kecenderungan
tersebut di dalam hati kita. Mengacu pada Paulus, Paus Fransiskus mengatakan
bahwa ia mengajarkan kita bahwa perjalanan kesatuan adalah, dengan kata lain,
mengenakan atau “dipersenjatai” ikatan perdamaian. Perdamaian, beliau
mengatakan, menuntun pada kesatuan.
Paus
Fransiskus kemudian mendorong untuk mengambil perilaku yang berpadanan terhadap
"panggilan" yang diterima, "dengan segala kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran". Bapa Suci mengatakan bahwa kita yang
terbiasa saling menghina dan berteriak, harus berdamai dan bersatu di antara
kita dengan kelemahlembutan dan kesabaran.
Paus
Fransiskus mendesak umat Kristiani untuk membuka hati mereka dan menciptakan
perdamaian di dunia dengan mengambil jalan "tiga hal kecil" -
"kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran". Beliau memberi
perhatian pada nasehat Paulus yang mudah dilaksanakan “Tunjukkanlah kasihmu
dalam hal saling membantu”. Bapa Suci mengakui itu tidak mudah karena selalu
ada penghakiman, pengutukan yang mengarah pada pemisahan dan jarak.
Paus
Fransiskus juga menunjukkan bahwa ketika keretakan tercipta di antara para
anggota keluarga, iblis senang dengan dimulainya peperangan. Kemudian,
nasihatnya adalah tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu karena kita
selalu memiliki alasan untuk jengkel dan tidak sabar, karena kita semua orang
berdosa dengan berbagai cacat. Santo Paulus, diilhami oleh Yesus pada Perjamuan
Terakhir yang mendesak demi "satu tubuh dan satu roh", dengan
demikian mendesak kita untuk "memelihara kesatuan roh melalui ikatan
perdamaian".
Langkah
berikutnya, Paus Fransiskus mengatakan, adalah melihat cakrawala perdamaian
dengan Allah, sama seperti Yesus membuat kita melihat cakrawala perdamaian
dengan doa : “Bapa, semoga mereka menjadi satu, sama seperti Engkau dan Aku
adalah satu”. Paus Fransiskus mengingat Injil Lukas dalam liturgi hari itu (Luk
12:54-59) yang di dalamnya Yesus menasehati kita untuk membuat kesepakatan
dengan lawan kita di sepanjang jalan. Paus Fransiskus mengatakan itu adalah
nasehat yang baik, karena "tidaklah sulit untuk mencapai kesepakatan di
awal pertikaian".
Paus
Fransiskus mengatakan nasehat Yesus, yaitu menyelesaikan persoalan dan
menciptakan perdamaian di awal, menyerukan kerendahan hati, kelemahlembutan dan
kesabaran kepada umat manusia. Kita dapat membangun perdamaian di seluruh dunia
dengan hal-hal kecil ini, yaitu sikap Yesus yang rendah hati, lemah lembut dan
mengampuni segalanya.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa hari ini kita, dunia, keluarga-keluarga kita, dan
masyarakat kita membutuhkan perdamaian. Beliau mengundang umat Kristiani untuk
mulai mengamalkan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran dengan
mengatakan bahwa inilah jalan untuk menciptakan perdamaian dan mempererat
kesatuan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.