Bacaan
Ekaristi : Yeh. 47:1-2,8-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; 1Kor. 3:9b-11,16-17; Yoh.
2:13-22.
Dalam
homilinya pada Misa harian Jumat pagi 9 November 2018, bertepatan dengan Pesta
Pemberkatan Basilika Lateran, Paus Fransiskus mendesak agar gereja-gereja
dihormati sebagai “rumah Allah” dan tidak berubah rupa menjadi pasar atau
tempat umum yang dikuasai oleh “keduniawian”. Gereja-gereja beresiko mengubah
rupa diri mereka menjadi pasar dengan berbagai sakramen yang diobral secara
cuma-cuma.
Paus
Fransiskus merenungkan Bacaan Injil hari itu (Yoh. 2:13-22) yang menceritakan
Yesus membersihkan Bait Allah di Yerusalem dari seluruh pembeli dan penjual.
Yesus memperingatkan mereka agar tidak mengubah rumah Bapa-Nya menjadi sebuah
pasar.
Yesus
mencatat bahwa bait Allah dihuni oleh para penyembah berhala - orang-orang siap
untuk melayani "uang" ketimbang melayani Allah. Di balik uang ada
berhala. Paus Fransiskus menambahkan bahwa berhala selalu terbuat dari emas
yang memperbudak.
Paus
Fransiskus mempertanyakan apakah kita memperlakukan “bait suci, gereja” kita
sebagai rumah Allah, rumah doa, tempat bertemu dengan Tuhan, dan apakah para
imam memperlakukannya seperti itu.
Paus
Fransiskus mengingatkan perihal daftar harga sakramen yang bebas biaya. Bagi
mereka yang berpendapat bahwa itu adalah suatu persembahan, kata Paus
Fransiskus, persembahan harus dimasukkan secara diam-diam ke dalam kotak tanpa
ada orang yang memperhatikannya. Beliau memperingatkan bahwa ada bahaya ini
bahkan sampai hari ini. Paus Fransiskus mengakui bahwa Gereja perlu dipelihara
oleh umat tetapi hal ini dilakukan dalam kotak persembahan, bukan dengan daftar
harga.
Bahaya
lain yang diperingatkan oleh Paus Fransiskus adalah godaan keduniawian. Beliau
mencatat bahwa dalam beberapa perayaan atau peringatan dalam Gereja kita tidak
bisa membayangkan apakah rumah Allah adalah tempat ibadah atau tempat duduk
umum.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa beberapa perayaan gereja tergelincir ke dalam ke
keduniawian. Perayaan harus indah tetapi tidak duniawi, karena, beliau
mengatakan, keduniawian bergantung pada ilah uang. Beliau menyebut penyembahan
berhala ini dan mengatakan seharusnya itu membuat kita memikirkan kegairahan
kita terhadap gereja-gereja kita dan rasa hormat yang kita berikan ketika kita
memasuki gereja-gereja tersebut.
Paus
Fransiskus kemudian memberi perhatian pada Surat Pertama Santo Paulus kepada
jemaat Korintus yang berbicara tentang hati kita sebagai bait Allah. Terlepas
dari keberdosaan kita, kata Paus Fransiskus, kita masing-masing harus bertanya
kepada diri kita apakah hati kita "duniawi dan menyembah berhala".
Bapa
Suci mengatakan bahwa ini bukan pertanyaan tentang apa dosa-dosa kita, tetapi
tentang menyelidiki apakah ada ilah uang di dalam diri kita. Jika ada sebuah
dosa, beliau mengatakan, kita memiliki Tuhan, Allah yang berbelas kasih, yang
mengampuni jika kita pergi kepada-Nya. Tetapi jika ada tuhan lainnya, ilah
uang, kita adalah seorang penyembah berhala, orang yang korup, dan bukan mantan
pendosa.
Paus
Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mengatakan bahwa inti dari korupsi
adalah penyembahan berhala, telah menjual jiwa kita kepada ilah uang, kepada
ilah kekuasaan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.