Bacaan
Ekaristi : Yes. 7:10-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6a; Luk. 1:26-38.
Sebuah
perikop dari Injil Lukas (Luk 1:26-38) yang "sulit untuk
dikhotbahkan", yang di dalamnya "Allah kejutan" mengubah takdir
manusia. Hal inilah yang digarisbawahi Paus Fransiskus dalam homilinya pada
Misa harian Kamis pagi 20 Desember 2018 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.
“Perikop
dari Injil Lukas yang telah kita dengar memberitahu kita saat yang menentukan
dalam sejarah, saat yang paling revolusioner. Saat itu adalah situasi yang
bergejolak, semuanya berubah, sejarah terjungkir balik. Berkhotbah tentang
perikop ini sulit. Dan pada hari Natal atau pada Hari Raya Kabar Sukacita
ketika kita mengakui iman dengan mengucapkan misteri ini, kita berlutut. Saat
itu adalah saat di mana segalanya berubah, segalanya, dari pangkalnya. Secara
liturgis, hari ini adalah hari pangkal tersebut. Antifon yang menandai arti
hari ini adalah pangkal Isai, "daripadanya taruk akan lahir". Allah
merendahkan diri-Nya, Allah memasuki sejarah dan melakukannya dengan gaya
asli-Nya : sebuah kejutan. Allah kejutan mengejutkan kita (lagi)".
Selama
homili, Paus Fransiskus membaca ulang Injil hari Kamis sehingga umat yang hadir
dapat berkaca tentang pentingnya Kabar Sukacita. Jawab malaikat itu kepada
Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan
menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus,
Putra Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung
seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia,
yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil". Kata
Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu". Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.