Bacaan
Ekaristi : Ibr. 5:1-10; Mzm. 110:1,2,3,4; Mrk. 2:18-22.
Injil,
Sabda Tuhan, adalah "anggur yang baru" yang telah dikaruniakan kepada
kita, tetapi untuk menjadi orang Kristiani yang baik kita membutuhkan
"perilaku yang baru", "langgam yang baru" yang benar-benar
merupakan "langgam Kristiani", dan langgam ini ditunjukkan oleh Sabda
Bahagia. Inilah makna dari "kata kunci" yang mengakhiri Bacaan Injil
liturgi hari itu (2:18-22) : "Anggur yang baru dalam kantong yang
baru". Paus Fransiskus menjadikan hal ini tema homilinya dalam Misa harian
Senin pagi 21 Januari 2019 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Menurut
Paus Fransiskus, kita dapat belajar tentang langgam Kristiani dengan terlebih
dahulu mengetahui sikap kita yang bukan langgam Kristiani. Berkenaan hal ini,
beliau menunjuk pada tiga langgam di antaranya : "langgam menuduh",
"langgam duniawi" dan "langgam mementingkan diri sendiri" :
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa langgam menuduh adalah langgam orang-orang yang
selalu berusaha dan hidup dengan menuduh orang lain, tidak memberlakukan orang
lain, bertindak sebagai pembela keadilan yang tidak ada di tempat. Tetapi
mereka tidak menyadari bahwa itu adalah langgam iblis : dalam Kitab Suci, iblis
disebut "penuduh besar", yang selalu menuduh orang lain.
Hal
ini sama dengan zaman Yesus yang dalam beberapa kasus mencela para penuduh :
"Ketimbang melihat selumbar di mata orang lain, lihatlah balok di
hatimu"; atau pula : "Barangsiapa tidak berdosa dapat melempar batu
yang pertama". Hidup dengan menuduh orang lain dan mencari cacat, kata
Paus Fransiskus, tidak bersifat "Kristiani", bukan kulit anggur yang
baru.
Berbicara
tentang keduniawian, Paus Fransiskus menyebutnya sebagai sikap umat Katolik
yang dapat "mendaraskan Pengakuan Iman", tetapi hidup dengan
"kesombongan, keangkuhan, dan keterikatan pada uang", meyakini diri
mereka memadai.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan telah menawarkanmu anggur yang baru tetapi
kamu tidak mengganti kantong, kamu tidak mengubah dirimu. Keduniawian inilah
yang menghancurkan begitu banyak orang yang baik, membuat mereka masuk ke dalam
semangat kesombongan, kebanggaan, agar dilihat orang ... Kerendahan hati yang
merupakan bagian dari langgam Kristiani, seperti yang dimiliki Bunda Maria dan
Santo Yosef, tidak ada, kata Paus Fransiskus.
Mengulas
langgam ketiga yang bersifat tidak Kristiani, Paus Fransiskus mengatakan
langgam itu adalah semangat mementingkan diri sendiri, semangat ketidakpedulian
yang bersifat umum di dalam komunitas kita. Kita meyakini diri kita adalah
orang Katolik yang baik tetapi tidak khawatir terhadap masalah orang lain -
perang, penyakit, dan penderitaan sesama kita. Ini, kata Paus Frasiskus, adalah
kemunafikan para ahli Taurat yang dicela Yesus. Lalu seperti apa langgam
Kristiani?
Menurut
Paus Fransiskus, langgam Kristiani adalah langgam Sabda Bahagia : kelemahlembutan,
kerendahan hati, kesabaran dalam penderitaan, cinta akan keadilan, kemampuan
untuk menanggung penganiayaan, tidak menghakimi orang lain ... Jika seorang
Katolik ingin mempelajari langgam Kristiani tersebut, agar tidak jatuh ke dalam
langgam yang suka menuduh ini, langgam duniawi dan langgam mementingkan diri
sendiri, ia harus membaca Sabda Bahagia. Sabda Bahagia adalah kantong anggur,
jalan yang harus kita ambil. Untuk menjadi orang Kristiani yang baik kita harus
memiliki kemampuan tidak hanya untuk mendaraskan Pengakuan Iman dengan hati
tetapi juga doa Bapa Kami dengan hati.
____
(Peter Suriadi - Bogor, 21 Januari 2019)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.