Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PENUTUPAN HARI ORANG MUDA SEDUNIA DI KOTA PANAMA (PANAMA) 27 Januari 2019

Bacaan Ekaristi : Neh. 8:3-5a,6-7,9-11; Mzm. 19:8,9,10,15; 1Kor. 12:12-30; Luk. 1:1-4;4:14-21.

"Mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: 'Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya'" (Luk 4:20-21)

Dengan kata-kata ini, Injil menghadirkan awal pelayanan Yesus di muka umum. Awal pelayanan tersebut dimulai di rumah ibadat yang melihat-Nya bertumbuh dewasa; Ia berada di tengah-tengah tetangga dan orang-orang yang Ia kenal, dan mungkin bahkan beberapa “katekis” masa kecil-Nya yang telah mengajari-Nya Hukum Taurat. Awal pelayanan tersebut adalah saat penting dalam kehidupan Sang Guru : anak yang dididik dan dibesarkan dalam komunitas itu, berdiri dan duduk kembali untuk mewartakan dan melaksanakan impian Allah. Sebuah nas yang sebelumnya diwartakan hanya sebagai sebuah janji masa depan, tetapi sekarang, di bibir Yesus sendiri, dapat diucapkan dalam bentuk saat ini, karena nas itu menjadi kenyataan : "Pada hari ini genaplah nas ini".


Yesus mengungkapkan kekinian Allah, yang datang untuk menemui kita dan memanggil kita untuk ambil bagian dalam kekinian-Nya berkenaan dengan “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin ... memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk 4:18-19). Inilah kekinian Allah. Kekinian Allah hadir bersama Yesus : kekinian Allah memiliki wajah, kekinian Allah merupakan daging. Kekinian Allah adalah kasih yang murah hati yang tidak menunggu situasi ideal atau sempurna untuk menunjukkan dirinya, juga tidak menerima alasan untuk penampilannya. Yang membuat setiap situasi dan tempat menjadi baik dan layak adalah waktu Allah. Di dalam Yesus, masa depan yang dijanjikan dimulai dan menjadi kehidupan.

Kapan? Kini. Namun tidak semua orang yang sedang mendengarkan merasa diundang atau terpanggil. Tidak semua penduduk Nazaret siap untuk percaya pada seseorang yang mereka kenal dan melihat-Nya tumbuh dewasa, serta yang kini mengundang mereka untuk mewujudkan impian yang telah lama dinanti-nantikan. Bukan hanya itu, tetapi “kata mereka : 'Bukankah Ia ini anak Yusuf?'" (Luk 4:22).

Hal yang sama juga bisa terjadi pada kita. Kita tidak selalu percaya bahwa Allah bisa menjadi yang berwujud dan kejadian sehari-hari, begitu dekat dan nyata, dan apalagi Ia bisa begitu hadir dan bekerja melalui seseorang seperti tetangga, sahabat, kerabat. Kita tidak selalu percaya bahwa Tuhan dapat mengundang kita untuk bekerja dan menumpangkan tangan kita bersama-Nya dalam Kerajaan-Nya secara sederhana dan tanpa basa-basi. Menerima "kasih Allah dapat berwujud dan hampir-hampir dapat dialami dalam sejarah dengan segala kemalangannya yang menyakitkan dan luhur" adalah sulit (Benediktus XVI, Audiensi Umum, 28 September 2005).

Seringkali kita juga berperilaku seperti para tetangga di Nazaret : kita lebih suka Allah yang jauh : menyenangkan, baik, murah hati tetapi jauh, Allah yang tidak membuat kita tidak nyaman. Karena Allah yang dekat dan sehari-hari, seorang sahabat dan saudara, menuntut agar kita peduli dengan lingkungan sekitar kita, urusan sehari-hari, dan terutama persaudaraan. Allah memilih untuk tidak mengungkapkan diri-Nya sebagai malaikat atau dengan cara yang spektakuler, tetapi memberi kita wajah yang penuh persaudaraan dan ramah, berwujud dan akrab. Allah itu nyata karena kasih itu nyata; Allah itu berwujud karena kasih itu berwujud. Memang, "pengejawantahan kasih yang berwujud ini adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan umat Kristiani" (Benediktus XVI, Homili, 1 Maret 2006).

Kita juga dapat menanggung resiko yang sama dengan para tetangga di Nazaret, ketika di dalam komunitas-komunitas kita Injil berusaha dihayati secara nyata. Kita mulai mengatakan : Tetapi orang-orang muda ini, bukankah mereka anak-anak Maria, Yosef, bukankah mereka saudara dan saudari dari Maria dan Yosef? Bukankah ini anak-anak muda yang kita lihat bertumbuh dewasa? Yang di sana, bukankah dia yang terus memecahkan jendela dengan bolanya? Apa yang dilahirkan sebagai nubuat dan pemberitaan kerajaan Allah akan dijinakkan dan dimiskinkan. Upaya menjinakkan sabda Allah muncul setiap hari.

Kalian juga, orang-orang muda yang terkasih, dapat mengalami hal ini kapan pun kalian memikirkan bahwa perutusan kalian, panggilan kalian, bahkan hidup kalian sendiri, adalah janji yang jauh di masa depan, tidak ada hubungannya dengan masa kini. Seolah-olah masih muda adalah semacam ruang tunggu, tempat kita duduk-duduk sampai dipanggil. Dan pada "sementara itu", kita orang-orang dewasa atau kalian sendiri menciptakan masa depan yang tertutup secara higienis, tanpa akibat, di mana semuanya aman, terjamin, dan “diasuransikan dengan baik”. Sebuah kebahagiaan yang "berkeyakinan". Jadi kami “menenangkan” kalian, kami membuat kalian mati rasa, tidak bertanya atau mempertanyakan; dan dalam “sementara itu” impian-impian kalian kehilangan daya apungnya, impian-impian mulai menjadi datar dan suram, remeh-temeh dan sayu (bdk. Homili Hari Minggu Palma, 25 Maret 2018). Hanya karena kita berpikir, atau kalian berpikir, bahwa sekarang kekinian kalian belum tiba, bahwa kalian terlalu muda untuk terlibat dalam bermimpi dan bekerja untuk masa depan.

Salah satu buah dari Sinode terakhir adalah pengayaan yang datang karena dapat bertemu dan terutama saling mendengarkan. Pengayaan dialog antargenerasi, pengayaan pertukaran dan nilai menyadari bahwa kita saling membutuhkan, bahwa kita harus bekerja untuk menciptakan saluran dan ruang yang mendorong impian dan bekerja untuk hari esok, mulai hari ini. Dan hal ini, bukan dalam keterasingan, melainkan berdampingan, menciptakan ruang bersama. Ruang yang tidak hanya dianugerahkan begitu saja, atau dimenangkan dalam lotre, tetapi ruang yang juga harus kalian perjuangkan.

Kalian, orang-orang muda yang terkasih, bukanlah masa depan tetapi kekinian Allah. Ia mengundang kalian dan memanggil kalian dalam komunitas-komunitas dan kota-kota kalian untuk pergi keluar dan menemukan para kakek-nenek kalian, kaum tua kalian; berdiri dan bersama mereka berbicara dan mewujudkan impian yang telah diimpikan Tuhan bagi kalian.

Bukan besok tetapi kini, karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (bdk. Mat 6:21). Apa pun yang membuat kalian jatuh cinta, itu tidak hanya akan menguasai khayalan kalian, itu akan memengaruhi segalanya. Itu akan menjadi apa yang membuat kalian bangun di pagi hari, apa yang membuat kalian tetap pergi pada saat-saat kelelahan, apa yang akan menghancurkan hati kalian dan membuat kalian takjub, bersukacita, dan bersyukur. Sadarilah bahwa kalian memiliki perutusan dan jatuh cinta; yang akan memutuskan segalanya (bdk. Pedro Arrupe, S.J., Nada es más práctico). Kita mungkin memiliki segalanya, tetapi jika kita tidak memiliki hasrat cinta, kita tidak akan memiliki apa-apa. Marilah kita memperkenankan Tuhan membuat kita jatuh cinta!

Bagi Yesus, tidak ada "sementara itu", tetapi hanya kasih yang murah hati yang ingin memasuki dan menguasai hati kita. Ia ingin menjadi harta kita, karena Ia bukan "sementara itu", rentang waktu dalam kehidupan atau anutan yang sedang berlalu; Ia adalah kasih yang murah hati yang mengundang kita untuk mempercayakan diri kita.

Ia berwujud, dekat, cinta sejati. Ia adalah sukacita pesta, lahir dari memilih dan mengambil bagian dalam rancangan harapan dan amal kasih yang menakjubkan, kesetiakawanan dan persaudaraan, meskipun tatapan yang melumpuhkan dan sedang melumpuhkan yang lahir dari rasa takut dan pengucilan, spekulasi dan manipulasi.

Saudara dan saudari, Tuhan dan perutusan-Nya bukanlah “sementara itu” dalam hidup kita, sesuatu yang bersifat sementara; Tuhan dan perutusan-Nya adalah hidup kita.

Secara khusus sepanjang hari-hari ini, ya Maria telah berbisik seperti semacam musik di latar belakang. Ia tidak hanya percaya pada Allah dan pada janji-janji-Nya sebagai sesuatu yang mungkin, ia percaya Allah saja dan berani mengatakan "ya" untuk ambil bagian dalam kekinian Tuhan ini. Ia merasakan ia mempunyai perutusan; ia jatuh cinta dan hal itu memutuskan segalanya.

Seperti di rumat ibadat Nazaret, Tuhan kembali berdiri di antara kita para sahabat dan para kenalan-Nya; Ia mengambil kitab itu dan berkata kepada kita, "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya" (Luk 4:21).

Apakah kalian ingin menjalani cinta kalian dengan mudah diamalkan? Semoga "ya" kalian terus menjadi pintu gerbang bagi Roh Kudus untuk memberi kita Pentakosta baru bagi dunia dan bagi Gereja.

****

[Salam Perpisahan]

Pada akhir perayaan ini, saya bersyukur kepada Allah karena telah memberikan kita kesempatan untuk berbagi hari-hari ini bersama-sama dan kembali mengalami Hari Orang Muda Sedunia ini.

Secara khusus, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Panama, Juan Carlos Varela Rodríguez, para presiden negara-negara lain serta penguasa politik dan sipil lainnya atas kehadiran mereka pada perayaan ini.

Saya berterima kasih kepada Uskup José Domingo Ulloa Mendieta, Uskup Agung Panama, atas kemurahan hati dan kerja kerasnya untuk menjadi tuan rumah Hari Orang Muda Sedunia ini di keuskupannya, serta para uskup lainnya ini dan negara-negara tetangga, atas semua yang telah mereka lakukan di dalam komunitas-komunitas mereka untuk menyediakan akomodasi dan bantuan bagi banyak orang muda.

Terima kasih juga kepada semua orang yang telah mendukung kita dengan doa-doa mereka, dan yang telah berupaya membantu dan bekerja keras untuk mewujudkan impian Hari Orang Muda Sedunia ini menjadi kenyataan di negara ini.

Dan kepada kalian, orang-orang muda yang terkasih, “terima kasih” yang besar. Iman dan sukacita kalian telah membuat Panama, Amerika, dan seluruh dunia bergetar! Seperti yang telah kita dengar berkali-kali pada hari-hari ini dalam lagu Hari Orang Muda Sedunia ini : “Sebagai umat peziarah, kita berkumpul di sini hari ini dari setiap benua dan kota”. Kita sedang berada dalam sebuah perjalanan, terus berjalan, terus hidup dalam iman dan membagikannya. Jangan lupa bahwa kalian bukan hari esok, kalian bukan "sementara itu"; kalian adalah kekinian Allah.

Ajang untuk Hari Orang Muda Sedunia berikutnya telah diumumkan (bertempat di Lisbon, Portugal). Saya meminta kalian untuk tidak membiarkan semangat hari-hari ini menjadi dingin. Kembalilah ke paroki-paroki dan komunitas-komunitas kalian, ke keluarga-keluarga kalian dan sahabat-sahabat kalian, dan bagikanlah pengalaman ini, sehingga orang lain dapat bergetar dengan kekuatan dan antusiasme kalian. Bersama Maria, teruslah mengatakan "ya" terhadap impian yang telah ditaburkan Allah di dalam diri kalian.

Dan, tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.