Bacaan
Ekaristi : Ibr. 10:32-39; Mzm. 37:3-4,5-6,23-24,39-40; Mrk. 4:26-34.
Kehancuran
dan saat-saat kelam membuat kita kehilangan makna akan berbagai hal yang harus
dipertahankan umat Kristiani untuk menggapai janji Tuhan tanpa jatuh atau
mundur. Inilah permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian
Jumat pagi, 1 Februari 2019, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau merujuk
pada Bacaan Pertama (Ibr. 10:32-39), yang dialamatkan penulisnya kepada umat
Kristiani yang sedang melalui saat penganiayaan yang kelam, sama seperti yang
dilalui oleh setiap orang, termasuk Yesus yang mengalami saat-saat kehancuran.
Paus
Fransiskus mengatakan kehidupan Kristiani bukanlah kirab atau pesta dan
sukacita yang berkesinambungan. Kehidupan Kristiani memiliki saat-saat yang
baik maupun saat-saat yang buruk, saat-saat kehangatan dan keterpisahan, di
mana tidak semuanya memiliki makna ... saat-saat kehancuran.
Paus
Fransiskus berkata, “Pada saat penganiayaan batiniah dan keadaan batin jiwa,
penulis surat kepada orang-orang Ibrani mendesak umat Kristiani untuk
bertekun". "Kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan
kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu”. Kita membutuhkan
ketekunan untuk menggapai janji tersebut.
Paus
Fransiskus kemudian berfokus pada dua hal, atau sebuah resep, yang membantu
kita memerangi kehancuran : ingatan dan harapan. Seperti rasul Paulus, beliau
menunjukkan bahwa pertama-tama kita harus mengingat saat-saat indah, hari-hari
bahagia perjumpaan kita dengan Tuhan, saat kasih. Dan, kedua, kita harus
memiliki harapan untuk apa yang telah dijanjikan kepada kita. Dengan kehidupan
yang terdiri dari masa-masa baik dan buruk, Paus Fransiskus mengatakan tidak
"membiarkan diri kita jatuh" dan "kembali" dalam saat-saat
sulit adalah penting.
Paus
Fransiskus mendesak umat Kristiani untuk tidak menyerah pada masa-masa sulit,
mendesak mereka untuk bertahan dalam ingatan dan harapan - suatu daya tahan
hati yang, beliau mengatakan, mengingatkan saat-saat yang baik dan
"bernafas saat melihat harapan". Menemukan penghiburan janji Tuhan
adalah apa yang harus kita lakukan di saat-saat kehancuran, kata Paus
Fransiskus.
Berbicara
tentang ketekunan, Bapa Suci mengingat kembali kunjungan kerasulannya ke
Lituania, pada bulan September 2018, di mana beliau mengatakan tersentuh oleh
keberanian dari begitu banyak umat Kristiani dan martir yang bertekun dalam
iman.
Paus
Fransiskus mencatat bahwa bahkan hari ini, banyak pria dan wanita yang
menderita karena iman mereka tetapi mengingat perjumpaan pertama dengan Yesus
serta mendapatkan harapan dan terus maju. “Ketekunan”, kata Paus Fransiskus,
“adalah saran dari penulis surat kepada orang-orang Ibrani kepada umat
Kristiani pada saat penganiayaan dan serangan.
Bapa
Suci mendesak umat Kristiani untuk selalu memandang Tuhan ketika iblis
menyerang kita dengan berbagai pencobaan. Dengan kesengsaraan kita, beliau
mengatakan, kita harus selalu memandang Tuhan, memiliki "ketekunan Salib
untuk mengingat kembali saat-saat kasih pertama yang indah, saat-saat
perjumpaan kita dengan Tuhan dan harapan yang menanti kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.