Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI PAROKI SANTO KRISPINUS DARI VITERBO, LABARO (KEUSKUPAN ROMA) 4 Maret 2019 : KITA SEMUA ADALAH PAKAR PERGUNJINGAN

Bacaan Pertama : Sir. 27:4-7; Mzm. 92:2-3,13-14,15-26; 1Kor. 15:54-58; Luk. 6:39-45.

Kita telah mendengar Injil yang di dalamnya Yesus menjelaskan kebijaksanaan kristiani kepada orang-orang dengan perumpamaan. Misalnya, seorang buta tidak dapat menuntun orang buta lainnya; maka, seorang murid tidak lebih besar dari pada gurunya; maka tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang buruk. Jadi, dengan perumpamaan ini, Ia mengajar orang-orang.


Saya ingin berhenti sejenak pada satu hal, yang belum saya sebutkan. Sekarang saya akan mengatakannya [Bapa Suci membaca] : “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”. Dan dengan hal ini, Tuhan ingin mengajar kita untuk tidak mengritik orang lain dan melihat aib orang lain : pertama-tama lihatlah aibmu sendiri - aibmu. "Tetapi, Bapa, aku tidak memilikinya!" - Ah, selamat! Saya meyakinkanmu bahwa jika kamu merasa tidak memilikinya, kamu akan mengetahuinya di dalam api penyucian! Lebih baik melihatnya di sini. Kita semua memiliki aib - kita semua. Namun, kita terbiasa - sedikit oleh karena kelembaman, sedikit oleh karena gaya gravitasi egoisme, melihat aib orang lain. Kita semua adalah para pakar dalam hal ini. Kita segera menemukan aib orang lain, dan kita membicarakannya karena mempergunjingkan orang lain sepertinya menyenangkan, mempergunjingkan orang lain menyenangkan kita. Tidak, mungkin mempergunjingkan orang lain tidak terjadi di paroki ini [umat tertawa] tetapi di tempat lain, mempergunjingkan orang lain sangat lumrah. Mempergunjingkan orang lain selalu terjadi demikian : "Ah, apa kabarmu?" - Baik, baik, dengan cuaca ini aku baik-baik saja ....? "Tetapi, apakah kamu telah melihat orang itu ....?" Dan dengan segera [kita jatuh ke dalam hal ini].

Saya tidak tahu apakah kamu pernah mendengar hal-hal ini, tetapi mempergunjingkan orang lain adalah mengerikan. Dan mempergunjingkan orang lain bukan sesuatu yang baru : hal ini dilakukan pada zaman Yesus. Mempergunjingkan orang lain adalah sesuatu yang kita miliki dengan dosa asal, mempergunjingkan orang lain membawa kita untuk mengutuk orang lain - untuk mengutuk. Dan sekarang juga kita adalah para pakar dalam melihat hal-hal buruk orang lain, tanpa melihat hal-hal buruk kita sendiri. Dan Yesus berkata, “Engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui”. Dan hal ini benar. Keburukan kita tidak begitu hebat karena kita terbiasa tidak melihat keterbatasan kita, tidak melihat aib kita, tetapi kita adalah para pakar dalam melihat aib orang lain.

Dan kepada kita Yesus mengatakan sepatah kata yang sangat mengerikan, sangat mengerikan : "jika kamu terus begini, kamu adalah orang-orang munafik". Dikatakan munafik adalah mengerikan. Yesus mengatakannya kepada orang-orang Farisi, kepada para ahli Taurat, yang mengatakan sesuatu dan melakukan sebaliknya. Orang-orang munafik. Orang munafik berarti orang yang memiliki pikiran ganda, penilaian ganda : ia mengatakan yang satu secara terbuka, dan yang lain secara tersembunyi, yang dengannya ia mengutuk orang lain. Munafik adalah memiliki cara berpikir ganda, cara ganda dalam melihat diri sendiri. Mereka menjadikan diri mereka terlihat sebagai orang yang baik dan sempurna, tetapi di balik semua itu mereka mengutuk. Oleh karena itu, Yesus mengambil langkah seribu terhadap kemunafikan ini dan menasehati kita : "Lebih baik kamu melihat aibmu sendiri dan membiarkan orang lain hidup dalam damai. Jangan terjebak dalam kehidupan orang lain : lihatlah kehidupankmu".

Dan inilah sesuatu yang tidak berakhir di sana; para penggunjing tidak berhenti bergunjing. Penggunjing melampaui, ia menabur perselisihan; ia menabur permusuhan, ia menabur kejahatan. Dengarkanlah hal ini, saya tidak melebih-lebihkan : perang dimulai dengan lidah. Kamu, dengan menjelek-jelekkan orang lain, memulai perang - mengambil langkah menuju perang, menuju kehancuran. Karena menghancurkan dengan lidah sama halnya menghancurkan dengan bom atom; hal yang sama. Kamu menghancurkan. Dan lidah memiliki kekuatan untuk menghancurkan seperti bom atom. Lidah sangat berkuasa. Dan saya tidak mengatakan hal ini, Rasul Yakobus mengatakannya dalam Suratnya. Ambil Kitab Suci dan lihatlah hal ini. Lidah sangat berkuasa! Lidah mampu menghancurkan. Dan dengan penghinaan, dengan menjelek-jelekkan orang lainnya, banyak perang dimulai : perang rumah tangga - kita mulai berteriak-teriak -, perang di lingkungan tetangga, di tempat kerja, di sekolah, di paroki ... Maka Yesus berkata, ”Sebelum mempergunjingkan orang lain, ambillah cermin dan lihatlah dirimu sendiri; lihatlah aibmu dan malulah karena memilikinya. Dan kemudian kamu akan membisu tentang aib orang lain". "Tidak, Bapa, sering kali ada orang jahat, yang memiliki begitu banyak aib ...“. Baiklah, ya, beranilah, beranilah dan ucapkanlah ke wajah mereka : “Kamu jahat karena kamu sedang melakukan ini dan itu”. Katakanlah ke wajah mereka, bukan di belakang mereka, bukan dari belakang. Katakanlah ke wajah mereka. Tetapi lebih baik tidak mengatakannya dalam bergunjing, karena bergunjing tidak menyelesaikan apa pun, melainkan membuat segalanya menjadi lebih buruk dan mengarah kepada perang.

[Sebentar lagi] kita akan memulai Masa Prapaskah : akan sangat baik bagi kita semua untuk merenungkan Masa Prapaskah ini. Bagaimana aku berperilaku dengan orang lain? Bagaimana hatiku di hadapan orang? Apakah aku seorang munafik, yang tersenyum dan kemudian di belakang mereka, akua mengritik dan menghancurkan mereka dengan lidahku? Dan, jika pada akhir Masa Prapaskah kita dapat sedikit memperbaiki hal ini, dan tidak selalu mengkritik orang lain di belakang mereka, saya meyakinkanmu bahwa kebangkitan Yesus akan terlihat lebih indah, lebih agung di antara kita. "Oh, Bapa, ini sangat sulit, karena aku suka mengritik orang lain" - salah seorang dari kita dapat mengatakan karena itu adalah kebiasaan yang ditempatkan iblis di dalam diri kita. Memang benar; tidaklah mudah. Namun, ada dua penyembuh yang banyak membantu. Pertama-tama, doa. Jika “menguliti” orang lain, mengritik orang lain datang kepadamu, doakanlah dia, dan mintalah Tuhan untuk menyelesaikan masalah; bagianmu adalah menutup mulut. Penyembut pertama : doa. Tanpa doa, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dan yang kedua, ada penyembuh lain seperti doa, penyembuh tersebut juga harus diterapkan : ketika kamu merasa seperti seseorang yang bermulut jahat, gigitlah lidahmu. Keras-keras! Karena dengan begitu lidah akan membengkak dan kamu tidak akan dapat berbicara [Umat tertawa]. Sebuah penyembuh yang mudah diterapkan; sebuah penyembuh yang sangat mudah diterapkan.

Pikirkanlah dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan Yesus : "Mengapa kamu melihat aib orang lain dan tidak melihat aibmu, yang lebih besar?". Pikirkanlah hal itu. Pikirkanlah bahwa kebiasaan yang mengerikan ini adalah awal dari begitu banyak perpecahan, dari begitu banyak perang rumah tangga, perang di lingkungan tetangga, perang di tempat kerja, dari begitu banyak permusuhan. Pikirkanlah hal itu. Dan berdoalah kepada Tuhan, berdoalah agar Ia memberimu rahmat untuk tidak menjelek-jelekkan orang lain. Dan setiap hari siapkanlah gigi palsumu untuk menjadi penyembuh yang kedua!

Semoga Tuhan memberkatimu!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.