Bacaan
Pertama : Sir. 27:4-7; Mzm. 92:2-3,13-14,15-26; 1Kor. 15:54-58; Luk. 6:39-45.
Kita
telah mendengar Injil yang di dalamnya Yesus menjelaskan kebijaksanaan
kristiani kepada orang-orang dengan perumpamaan. Misalnya, seorang buta tidak
dapat menuntun orang buta lainnya; maka, seorang murid tidak lebih besar dari
pada gurunya; maka tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang buruk.
Jadi, dengan perumpamaan ini, Ia mengajar orang-orang.
Saya
ingin berhenti sejenak pada satu hal, yang belum saya sebutkan. Sekarang saya
akan mengatakannya [Bapa Suci membaca]
: “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok
di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata
kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam
matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang
munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan
jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”. Dan dengan hal ini,
Tuhan ingin mengajar kita untuk tidak mengritik orang lain dan melihat aib
orang lain : pertama-tama lihatlah aibmu sendiri - aibmu. "Tetapi, Bapa,
aku tidak memilikinya!" - Ah, selamat! Saya meyakinkanmu bahwa jika kamu
merasa tidak memilikinya, kamu akan mengetahuinya di dalam api penyucian! Lebih
baik melihatnya di sini. Kita semua memiliki aib - kita semua. Namun, kita
terbiasa - sedikit oleh karena kelembaman, sedikit oleh karena gaya gravitasi
egoisme, melihat aib orang lain. Kita semua adalah para pakar dalam hal ini.
Kita segera menemukan aib orang lain, dan kita membicarakannya karena
mempergunjingkan orang lain sepertinya menyenangkan, mempergunjingkan orang
lain menyenangkan kita. Tidak, mungkin mempergunjingkan orang lain tidak
terjadi di paroki ini [umat tertawa]
tetapi di tempat lain, mempergunjingkan orang lain sangat lumrah.
Mempergunjingkan orang lain selalu terjadi demikian : "Ah, apa
kabarmu?" - Baik, baik, dengan cuaca ini aku baik-baik saja ....?
"Tetapi, apakah kamu telah melihat orang itu ....?" Dan dengan segera
[kita jatuh ke dalam hal ini].
Saya
tidak tahu apakah kamu pernah mendengar hal-hal ini, tetapi mempergunjingkan
orang lain adalah mengerikan. Dan mempergunjingkan orang lain bukan sesuatu
yang baru : hal ini dilakukan pada zaman Yesus. Mempergunjingkan orang lain
adalah sesuatu yang kita miliki dengan dosa asal, mempergunjingkan orang lain
membawa kita untuk mengutuk orang lain - untuk mengutuk. Dan sekarang juga kita
adalah para pakar dalam melihat hal-hal buruk orang lain, tanpa melihat hal-hal
buruk kita sendiri. Dan Yesus berkata, “Engkau melihat selumbar di dalam mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui”. Dan
hal ini benar. Keburukan kita tidak begitu hebat karena kita terbiasa tidak
melihat keterbatasan kita, tidak melihat aib kita, tetapi kita adalah para
pakar dalam melihat aib orang lain.
Dan
kepada kita Yesus mengatakan sepatah kata yang sangat mengerikan, sangat
mengerikan : "jika kamu terus begini, kamu adalah orang-orang
munafik". Dikatakan munafik adalah mengerikan. Yesus mengatakannya kepada
orang-orang Farisi, kepada para ahli Taurat, yang mengatakan sesuatu dan
melakukan sebaliknya. Orang-orang munafik. Orang munafik berarti orang yang
memiliki pikiran ganda, penilaian ganda : ia mengatakan yang satu secara
terbuka, dan yang lain secara tersembunyi, yang dengannya ia mengutuk orang
lain. Munafik adalah memiliki cara berpikir ganda, cara ganda dalam melihat
diri sendiri. Mereka menjadikan diri mereka terlihat sebagai orang yang baik
dan sempurna, tetapi di balik semua itu mereka mengutuk. Oleh karena itu, Yesus
mengambil langkah seribu terhadap kemunafikan ini dan menasehati kita :
"Lebih baik kamu melihat aibmu sendiri dan membiarkan orang lain hidup
dalam damai. Jangan terjebak dalam kehidupan orang lain : lihatlah kehidupankmu".
Dan
inilah sesuatu yang tidak berakhir di sana; para penggunjing tidak berhenti
bergunjing. Penggunjing melampaui, ia menabur perselisihan; ia menabur
permusuhan, ia menabur kejahatan. Dengarkanlah hal ini, saya tidak
melebih-lebihkan : perang dimulai dengan lidah. Kamu, dengan menjelek-jelekkan
orang lain, memulai perang - mengambil langkah menuju perang, menuju
kehancuran. Karena menghancurkan dengan lidah sama halnya menghancurkan dengan
bom atom; hal yang sama. Kamu menghancurkan. Dan lidah memiliki kekuatan untuk
menghancurkan seperti bom atom. Lidah sangat berkuasa. Dan saya tidak
mengatakan hal ini, Rasul Yakobus mengatakannya dalam Suratnya. Ambil Kitab
Suci dan lihatlah hal ini. Lidah sangat berkuasa! Lidah mampu menghancurkan.
Dan dengan penghinaan, dengan menjelek-jelekkan orang lainnya, banyak perang
dimulai : perang rumah tangga - kita mulai berteriak-teriak -, perang di
lingkungan tetangga, di tempat kerja, di sekolah, di paroki ... Maka Yesus
berkata, ”Sebelum mempergunjingkan orang lain, ambillah cermin dan lihatlah
dirimu sendiri; lihatlah aibmu dan malulah karena memilikinya. Dan kemudian
kamu akan membisu tentang aib orang lain". "Tidak, Bapa, sering kali
ada orang jahat, yang memiliki begitu banyak aib ...“. Baiklah, ya, beranilah,
beranilah dan ucapkanlah ke wajah mereka : “Kamu jahat karena kamu sedang
melakukan ini dan itu”. Katakanlah ke wajah mereka, bukan di belakang mereka,
bukan dari belakang. Katakanlah ke wajah mereka. Tetapi lebih baik tidak
mengatakannya dalam bergunjing, karena bergunjing tidak menyelesaikan apa pun,
melainkan membuat segalanya menjadi lebih buruk dan mengarah kepada perang.
[Sebentar
lagi] kita akan memulai Masa Prapaskah : akan sangat baik bagi kita semua untuk
merenungkan Masa Prapaskah ini. Bagaimana aku berperilaku dengan orang lain?
Bagaimana hatiku di hadapan orang? Apakah aku seorang munafik, yang tersenyum
dan kemudian di belakang mereka, akua mengritik dan menghancurkan mereka dengan
lidahku? Dan, jika pada akhir Masa Prapaskah kita dapat sedikit memperbaiki hal
ini, dan tidak selalu mengkritik orang lain di belakang mereka, saya
meyakinkanmu bahwa kebangkitan Yesus akan terlihat lebih indah, lebih agung di
antara kita. "Oh, Bapa, ini sangat sulit, karena aku suka mengritik orang
lain" - salah seorang dari kita dapat mengatakan karena itu adalah
kebiasaan yang ditempatkan iblis di dalam diri kita. Memang benar; tidaklah
mudah. Namun, ada dua penyembuh yang banyak membantu. Pertama-tama, doa. Jika
“menguliti” orang lain, mengritik orang lain datang kepadamu, doakanlah dia,
dan mintalah Tuhan untuk menyelesaikan masalah; bagianmu adalah menutup mulut.
Penyembut pertama : doa. Tanpa doa, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dan yang
kedua, ada penyembuh lain seperti doa, penyembuh tersebut juga harus diterapkan
: ketika kamu merasa seperti seseorang yang bermulut jahat, gigitlah lidahmu.
Keras-keras! Karena dengan begitu lidah akan membengkak dan kamu tidak akan
dapat berbicara [Umat tertawa].
Sebuah penyembuh yang mudah diterapkan; sebuah penyembuh yang sangat mudah
diterapkan.
Pikirkanlah
dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan Yesus : "Mengapa kamu melihat
aib orang lain dan tidak melihat aibmu, yang lebih besar?". Pikirkanlah
hal itu. Pikirkanlah bahwa kebiasaan yang mengerikan ini adalah awal dari
begitu banyak perpecahan, dari begitu banyak perang rumah tangga, perang di
lingkungan tetangga, perang di tempat kerja, dari begitu banyak permusuhan.
Pikirkanlah hal itu. Dan berdoalah kepada Tuhan, berdoalah agar Ia memberimu
rahmat untuk tidak menjelek-jelekkan orang lain. Dan setiap hari siapkanlah
gigi palsumu untuk menjadi penyembuh yang kedua!
Semoga
Tuhan memberkatimu!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.