Bacaan
Ekaristi : Kel 12:1-8,11-14; Mzm 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor 11:23-26; Yoh
13:1-15.
Saya
menyapa kalian semua dan saya mengucapkan terima kasih atas keramahan kalian.
Saya
menerima sebuah surat yang indah beberapa hari yang lalu, dari beberapa orang
dari kalian yang tidak akan berada di sini hari ini. Mereka mengatakan hal-hal
yang begitu indah kepada saya dan saya berterima kasih kepada mereka atas apa
yang mereka tulis.
Dalam
doa ini saya sungguh bersatu dengan semuanya : mereka yang berada di sini dan
mereka yang tidak berada di sini.
Kita
mendengar apa yang dilakukan Yesus; ini menarik. Injil mengatakan : "Yesus
tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya”, yaitu, Yesus
memiliki segenap kekuatan - seluruhnya. Dan kemudian, Ia mulai melakukan ritual
pembasuhan kaki ini. Sebuah ritual yang dilakukan para budak pada waktu itu,
karena jalanan tidak beraspal dan ketika orang-orang datang, kaki mereka
berdebu. Ketika mereka tiba di sebuah rumah untuk berkunjung atau untuk makan
siang, ada para budak yang membasuh kaki mereka. Dan Yesus melakukan ritual ini
: Ia membasuh kaki; Ia melakukan ritual seorang budak. Ia, yang memiliki
segenap kekuatan, Ia yang adalah Tuhan, melakukan ritual seorang budak. Dan
kemudian Ia menasihati semua murid : "Kamu juga berbuat sama seperti yang
telah Kuperbuat kepadamu", yaitu, saling melayani, menjadi saudara dalam
pelayanan, bukan dalam ambisi, sebagai seseorang yang menguasai orang lain atau
orang yang menyerang orang lain. Tidak. Jadilah saudara dalam pelayanan. Kalian
membutuhkan sesuatu, membutuhkan sebuah pelayanan? Saya akan melakukannya untuk
kalian. Inilah persaudaraan. Persaudaraan bersifat rendah hati - selalu :
persaudaraan berada pada pelayanan. Dan saya akan melakukan ritual ini - Gereja
menginginkan uskup melakukannya setiap tahun, setahun sekali, setidaknya pada
Hari Kamis Putih - untuk meneladan ritual Yesus dan keteladanan tersebut juga
baik untuk dirinya, karena uskup bukan yang paling penting, tetapi ia harus
menjadi pelayan yang lebih besar. Dan kita masing-masing harus menjadi pelayan
orang lain.
Inilah
kaidah Yesus dan kaidah Injil : kaidah pelayanan, bukan kaidah menguasai,
melecehkan, menghina orang lain. Pelayanan! Suatu ketika, saat para rasul
sedang mempertengkarkan di antara mereka, mereka sedang membahas "siapa
yang paling penting di antara kita", Yesus mengambil seorang anak dan
berkata : "Seorang anak : jika hatimu bukan hati seorang anak, kamu tidak
dapat menjadi murid-Ku”. Hati seorang anak, sederhana, rendah hati tetapi
melayani. Dan Ia menambahkan sebuah hal yang menarik di sana, yang dapat kita
tautkan dengan ritual hari ini. Ia berkata : “Janganlah pula kamu disebut
pemimpin. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu". Yang terbesar harus melayani yang terkecil. Barangsiapa yang
merasa dirinya yang terbesar harus menjadi pelayan. Kita semua juga harus
menjadi pelayan. Memang benar bahwa dalam kehidupan ada berbagai masalah : kita
bertengkar di antara kita ... namun, hal ini pasti merupakan sesuatu yang
berlalu, suatu hal yang berlalu, karena di dalam hati kita harus selalu ada
kasih pelayanan kepada orang lain ini; berada pada pelayanan orang lain.
Dan
semoga ritual yang akan saya lakukan hari ini, bagi kita semua merupakan ritual
yang membantu kita semakin saling melayani, semakin bersahabat, semakin bersaudara
dalam pelayanan. Dengan kepekaan perasaan ini, kita melanjutkan perayaan dengan
pembasuhan kaki.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.