Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI KAMIS PUTIH DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN VELLETRI, ROMA 18 April 2019

Bacaan Ekaristi : Kel 12:1-8,11-14; Mzm 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15.

Saya menyapa kalian semua dan saya mengucapkan terima kasih atas keramahan kalian.

Saya menerima sebuah surat yang indah beberapa hari yang lalu, dari beberapa orang dari kalian yang tidak akan berada di sini hari ini. Mereka mengatakan hal-hal yang begitu indah kepada saya dan saya berterima kasih kepada mereka atas apa yang mereka tulis.


Dalam doa ini saya sungguh bersatu dengan semuanya : mereka yang berada di sini dan mereka yang tidak berada di sini.

Kita mendengar apa yang dilakukan Yesus; ini menarik. Injil mengatakan : "Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya”, yaitu, Yesus memiliki segenap kekuatan - seluruhnya. Dan kemudian, Ia mulai melakukan ritual pembasuhan kaki ini. Sebuah ritual yang dilakukan para budak pada waktu itu, karena jalanan tidak beraspal dan ketika orang-orang datang, kaki mereka berdebu. Ketika mereka tiba di sebuah rumah untuk berkunjung atau untuk makan siang, ada para budak yang membasuh kaki mereka. Dan Yesus melakukan ritual ini : Ia membasuh kaki; Ia melakukan ritual seorang budak. Ia, yang memiliki segenap kekuatan, Ia yang adalah Tuhan, melakukan ritual seorang budak. Dan kemudian Ia menasihati semua murid : "Kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu", yaitu, saling melayani, menjadi saudara dalam pelayanan, bukan dalam ambisi, sebagai seseorang yang menguasai orang lain atau orang yang menyerang orang lain. Tidak. Jadilah saudara dalam pelayanan. Kalian membutuhkan sesuatu, membutuhkan sebuah pelayanan? Saya akan melakukannya untuk kalian. Inilah persaudaraan. Persaudaraan bersifat rendah hati - selalu : persaudaraan berada pada pelayanan. Dan saya akan melakukan ritual ini - Gereja menginginkan uskup melakukannya setiap tahun, setahun sekali, setidaknya pada Hari Kamis Putih - untuk meneladan ritual Yesus dan keteladanan tersebut juga baik untuk dirinya, karena uskup bukan yang paling penting, tetapi ia harus menjadi pelayan yang lebih besar. Dan kita masing-masing harus menjadi pelayan orang lain.

Inilah kaidah Yesus dan kaidah Injil : kaidah pelayanan, bukan kaidah menguasai, melecehkan, menghina orang lain. Pelayanan! Suatu ketika, saat para rasul sedang mempertengkarkan di antara mereka, mereka sedang membahas "siapa yang paling penting di antara kita", Yesus mengambil seorang anak dan berkata : "Seorang anak : jika hatimu bukan hati seorang anak, kamu tidak dapat menjadi murid-Ku”. Hati seorang anak, sederhana, rendah hati tetapi melayani. Dan Ia menambahkan sebuah hal yang menarik di sana, yang dapat kita tautkan dengan ritual hari ini. Ia berkata : “Janganlah pula kamu disebut pemimpin. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu". Yang terbesar harus melayani yang terkecil. Barangsiapa yang merasa dirinya yang terbesar harus menjadi pelayan. Kita semua juga harus menjadi pelayan. Memang benar bahwa dalam kehidupan ada berbagai masalah : kita bertengkar di antara kita ... namun, hal ini pasti merupakan sesuatu yang berlalu, suatu hal yang berlalu, karena di dalam hati kita harus selalu ada kasih pelayanan kepada orang lain ini; berada pada pelayanan orang lain.

Dan semoga ritual yang akan saya lakukan hari ini, bagi kita semua merupakan ritual yang membantu kita semakin saling melayani, semakin bersahabat, semakin bersaudara dalam pelayanan. Dengan kepekaan perasaan ini, kita melanjutkan perayaan dengan pembasuhan kaki.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.