Bacaan
Ekaristi : Kis. 9:1-20; Mzm. 117:1,2; Yoh. 6:52-59.
Dalam
homilinya pada Misa harian Jumat pagi 10 Mei 2019 di Casa Santa Marta, Vatikan,
Paus Fransiskus mengundang umat Kristiani untuk taat kepada suara Tuhan,
seturut teladan Santo Paulus. Dengan mengacu pada kisah pertobatan Santo Paulus
di jalan menuju Damsyik, yang diceritakan dalam Bacaan Pertama liturgi hari itu
(Kis. 9:1-20), Paus Fransiskus mengatakan bahwa Rasul bagi bangsa-bangsa lain
tersebut keras kepala tetapi tidak keras hati.
Bapa
Suci mengatakan saat pertobatan Santo Paulus “menandai sebuah perubahan dalam
perjalanan sejarah keselamatan”. Pertobatannya, atas perkenan Tuhan, penting
karena mengungkapkan universalitas Gereja dan keterbukaannya terhadap
"bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan
bangsa-bangsa bukan bangsa Israel".
Bercermin
pada karakter Santo Paulus, Paus Fransiskus menyebutnya "seorang yang
bersikeras", yang "terpikat dengan kemurnian hukum Taurat".
Selain itu Santo Paulus "jujur" dan "konsekuen", meskipun
ia memiliki "karakter yang alot".
“Pertama-tama,
ia konsekuen, karena ia orang yang terbuka terhadap Allah. Jika ia menganiaya
umat Kristiani, itu karena ia yakin bahwa Allah menginginkannya. Tetapi
bagaimana mungkin? Entah bagaimana : ia yakin akan hal itu. Inilah semangat
yang ia bawa untuk mentahirkan kediaman Allah, memuliakan Allah. Hati yang
terbuka terhadap suara Tuhan. Dan ia mempertaruhkan segalanya, dan merangsek ke
depan. Ciri khas lain dari berbagai tindakannya yaitu ia adalah orang yang taat
– sepenuhnya patuh - dan tidak keras hati".
Paus
Fransiskus menunjukkan bahwa, meskipun ia keras kepala, Santo Paulus tidak
keras hati. Ia “terbuka terhadap berbagai pertanda Allah”. "Dengan hati
berkobar-kobar" Paulus telah memenjarakan dan membunuh umat Kristiani, tetapi
"begitu ia mendengar suara Tuhan, ia menjadi seperti anak kecil,
memperkenankan dirinya dibimbing".
“Buta,
ia meninggalkan gerbang Yerusalem, berpuasa selama tiga hari, dan menunggu
Tuhan berbicara … Segenap keyakinannya tetap membisu, menunggu suara Tuhan :
'Apa yang harus kuperbuat, Tuhan?'. Dan ia pergi menuju perjumpaan di Damsyik
itu, bertemu dengan orang-orang taat lainnya, dan memperkenankan dirinya diberi
pengajaran seperti anak kecil dan dibaptis seperti anak kecil. Kemudian kekuatannya
pulih, dan apa yang ia perbuat? Ia membisu. Ia berangkat ke Arabia untuk
berdoa, selama berapa lama kita tidak tahu. Mungkin bertahun-tahun, kita tidak
tahu. Ketaatan. Keterbukaan terhadap suara Allah dan ketaatan. Keterbukaan dan
ketaatannya adalah teladan kehidupan kita".
Paus
Fransiskus mengatakan ada sejumlah besar pria dan wanita pemberani dewasa ini
yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menemukan berbagai jalan baru bagi
Gereja. “Marilah kita mencari berbagai jalan baru; mencari berbagai jalan baru
akan ada baiknya bagi kita semua. Sepanjang berbagai jalan baru tersebut adalah
jalan Tuhan. Malahan semakin maju dalam kedalaman doa, ketaatan, dan hati yang
terbuka terhadap Allah. Inilah bagaimana perubahan sejati terjadi di dalam
Gereja, dengan umat yang tahu bagaimana bergumul dalam perkara besar dan dalam perkara
kecil".
Orang
Kristiani, Paus Fransiskus mengakhiri homilinya, harus memiliki karisma perkara
besar dan karisma perkara kecil. Dan beliau berdoa memohonkan “rahmat ketaatan
terhadap suara Tuhan dan hati yang terbuka terhadap Tuhan; rahmat untuk tidak
takut melakukan perkara besar dan kepekaan untuk memperhatikan perkara
kecil".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.