Dengan
bersukacita dan bersyukur kepada Allah, saya bergabung dengan kalian hari ini,
saudara dan saudari terkasih, di Gua Maria yang dicintai ini, yang begitu kaya
akan sejarah dan iman. Kita datang ke sini sebagai anak-anak untuk bertemu
dengan Bunda kita dan mengakui bahwa kita semua adalah saudara dan saudari.
Berbagai gua Maria adalah laksana "sakramen-sakramen" dari sebuah
Gereja yang merupakan sebuah rumah sakit darurat : berbagai gua Maria tetap
menghidupkan ingatan umat Allah yang, di tengah-tengah kesusahan besar, terus
mencari sumber air hidup yang memperbarui pengharapan kita. Berbagai gua Maria
adalah tempat pesta dan perayaan, air mata dan permohonan. Kita tiba di kaki
Bunda kita, dengan sedikit kata-kata, guna memperkenankan dia menatap kita, dan
dengan tatapan itu membawa kita kepada Yesus, yang adalah Jalan, Kebenaran dan
Hidup (Yoh 14:6).
Kita
telah datang ke sini karena suatu alasan : kita adalah para peziarah. Di sini,
setiap tahun, pada hari Sabtu sebelum Pentakosta, kalian datang berziarah untuk
menghormati kaul yang dibuat oleh para leluhur kalian, serta memperkuat iman
kalian sendiri kepada Allah dan devosi kalian kepada Bunda Maria, di hadapan
patung kayunya yang monumental. Peziarahan tahunan ini merupakan bagian dari
peninggalan Transilvania, tetapi pada saat yang sama menghormati tradisi
keagamaan Rumania dan Hungaria. Umat penganut agama lain ambil bagian di
dalamnya, dan dengan demikian merupakan lambang dialog, persatuan dan
persaudaraan. Kita diundang untuk menemukan kembali kesaksian iman yang hidup
dan kehidupan yang dipenuhi pengharapan.
Melakukan
peziarahan berarti menyadari bahwa kita sedang dalam perjalanan pulang ke rumah
sebagai suatu umat, suatu umat yang kekayaannya terlihat dari segudang wajah,
budaya, bahasa, dan tradisi. Umat Allah yang kudus dan setia yang bersatu
dengan Maria bergerak maju dalam perjalanan peziarahan mereka menyanyikan
kemurahan Tuhan. Di Kana di Galilea, Maria sebagai perantara memohon kepada
Yesus untuk melakukan mukjizat-Nya yang pertama; di setiap gua Maria, ia
mengawasi kita dan menjadi perantara, tidak hanya bersama Putranya tetapi juga
bersama kita masing-masing, memohon agar kita tidak memperkenankan kasih
persaudaraan di dalam diri kita dirampok oleh suara-suara dan luka-luka yang
memicu perpecahan dan pengotak-ngotakan tersebut. Berbagai situasi yang rumit
dan penuh kesedihan dari masa lalu tidak boleh dilupakan atau disangkal, namun
berbagai situasi tersebut juga tidak boleh menjadi penghalang atau alasan yang
menghalangi keinginan kita untuk hidup bersama sebagai saudara dan saudari.
Melakukan
peziarahan berarti merasa terpanggil dan terdorong untuk melakukan perjalanan
bersama, memohon rahmat Tuhan untuk mengubah kebencian masa lalu dan sekarang
serta ketidakpercayaan menjadi peluang-peluang baru untuk persekutuan. Itu
berarti meninggalkan keamanan dan kenyamanan kita serta berangkat ke negeri
baru yang ingin diberikan Tuhan kepada kita. Melakukan peziarahan berarti
berani untuk menemukan dan membagikan dimensi "mistik" hidup bersama,
dan tidak takut untuk berbaur, merangkul dan saling mendukung. Melakukan
peziarahan berarti ikut serta dalam lautan manusia yang agak bergolak liar yang
dapat memberi kita pengalaman persaudaraan yang sesungguhnya, menjadi sebuah
kafilah yang dapat bersama-sama, dalam kesetiakawanan, menciptakan sejarah
(bdk. Evangelii Gaudium, 87).
Melakukan
peziarahan berarti tidak melihat apa yang mungkin (dan tidak) terjadi, tetapi
pada segala sesuatu yang menanti kita dan tidak bisa ditunda-tunda. Percaya
kepada Tuhan yang sedang datang dan bahkan sekarang ada di tengah-tengah kita
mengilhami dan menghasilkan kesetiakawanan, persaudaraan, dan kehendak akan
kesejahteraan, kebenaran dan keadilan (bdk. Evangelii Gaudium, 71). Kita
berketetapan hati untuk memastikan bahwa orang-orang yang kemarin tersesat bisa
menjadi para pelaku utama di masa depan, dan bahwa para pelaku utama hari ini
tidak menjadi orang-orang yang tersesat di hari esok. Hal ini membutuhkan
keterampilan tertentu, seni menenun benang masa depan. Itulah sebabnya kita
berada di sini hari ini, untuk mengucapkan bersama-sama : Bunda Maria
mengajarkan kita untuk menenun masa depan.
Sebagai
para peziarah ke Gua Maria ini, kita mengalihkan pandangan kita kepada Maria
dan kepada misteri pemilihan Allah. Dengan mengatakan "ya" terhadap
pesan malaikat, Maria - seorang perempuan muda dari Nazaret, sebuah kota kecil
di Galilea di pinggiran Kekaisaran Romawi dan juga pinggiran Israel -
melancarkan revolusi kelembutan (bdk. Evangelii Gaudium, 88). Demikianlah
misteri pemilihan Allah : Ia memandang orang yang lemah dan membingungkan orang
yang berkuasa; Ia mendorong dan mengilhami kita untuk mengatakan
"ya", seperti Maria, dan melancarkan jalan pendamaian.
Tuhan
tidak mengecewakan orang-orang yang mengambil resiko. Marilah kita melakukan
perjalanan, dan perjalanan bersama, memperkenankan Injil menjadi ragi yang
merasuki segala sesuatu dan memenuhi umat kita dengan sukacita keselamatan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.