Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI CAMERINO, ITALIA, 16 Juni 2019 : MENGINGAT, HARAPAN DAN KEDEKATAN


Bacaan Ekaristi : Ams. 8:22-31; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Rm. 5:1-5; Yoh. 16:12-15.

“Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?”, kita mendoakan Mazmur (8:5) tersebut. Kata-kata ini muncul di benak saya ketika sedang memikirkan kalian. Di hadapan apa yang kalian lihat dan derita, di hadapan berbagai rumah dan bangunan yang runtuh menjadi puing-puing, pertanyaan ini muncul : “Apakah manusia? Apakah dia, jika apa yang ia bangun bisa runtuh dalam sekejap? Apakah ia, jika harapannya bisa berakhir menjadi debu? Apakah manusia? Jawabannya tampaknya berasal dari kelanjutan ungkapan tersebut : Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Tentang kita, sama seperti kita, dengan kerapuhan-kerapuhan kita, Allah mengingat <kita>. Dalam ketidakpastian yang kita rasakan secara lahiriah dan batiniah, Tuhan memberi kita kepastian : Ia mengingat kita. Ia berbalik dengan hati-Nya kepada kita, karena Ia peduli tentang kita. Dan sementara di sini terlalu banyak hal yang dilupakan dengan tergesa-gesa, Allah tidak membiarkan kita terlupakan. Tidak ada seorang pun yang hina di mata-Nya; masing-masing orang memiliki nilai tak terbatas bagi-Nya : kita kecil di bawah langit dan tidak berdaya ketika gempa bumi, tetapi bagi Allah, kita lebih berharga daripada apa pun.


Kenangan adalah kata kunci untuk kehidupan. Marilah kita memohon rahmat untuk mengingat setiap hari bahwa kita tidak dilupakan oleh Allah, bahwa kita adalah anak-anak-Nya yang terkasih, unik dan tak tergantikan : mengingatnya memberi kita kekuatan untuk tidak menyerah dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Kita ingat betapa berharganya kita, dalam menghadapi godaan untuk bersedih dan terus menggali hal yang lebih buruk itu, yang tampaknya tidak ada habisnya. Berbagai kenangan buruk datang, bahkan ketika kita tidak memikirkannya; namun, berbagai kenangan tersebut membayar dengan buruk : berbagai kenangan hanya meninggalkan melankolis dan nostalgia. Tetapi, betapa sulitnya membebaskan diri dari berbagai kenangan buruk! Perkataan itu benar, menurutnya lebih mudah bagi Allah untuk mengeluarkan Israel dari Mesir daripada Mesir keluar dari hati Israel.

Membebaskan hati dari masa lalu yang kembali, dari ingatan negatif yang memenjarakan kita dari penyesalan yang melumpuhkan kita, akan berguna jika seseorang membantu kita menanggung beban yang dimiliki hati kita. Faktanya, Yesus berkata kepada kita hari ini bahwa kita “tidak sanggup menanggung beban” dari begitu banyak hal (bdk. Yoh 16:12). Dan apa yang dilakukan-Nya di hadapan kelemahan kita? Ia tidak mengambil beban, seperti yang kita inginkan, yang selalu mencari penyelesaian cepat dan dangkal; tidak, Tuhan memberikan Roh Kudus kepada kita. Kita membutuhkan-Nya karena Ia adalah Sang Penghibur, yaitu, Ia yang tidak meninggalkan kita sendirian di bawah berbagai beban hidup. Dialah yang mengubah ingatan perbudakan kita menjadi ingatan yang bebas, luka-luka masa lalu menjadi berbagai ingatan akan keselamatan. Ia melakukan di dalam diri kita apa yang dilakukan-Nya bagi Yesus: luka-luka-Nya, luka-luka yang mengerikan itu, dilubangi oleh kejahatan, oleh kuasa Roh Kudus menjadi saluran belas kasihan, luka-luka yang bercahaya yang di dalamnya kasih Allah bersinar, sebuah kasih yang membangkitkan, yang membuat kita bangun lagi. Roh Kudus melakukan hal ini ketika kita mengundang Dia dalam luka-luka kita. Ia mengurapi berbagai ingatan yang mengerikan tersebut dengan minyak urapan harapan karena Roh Kudus adalah Sang Pembangun kembali harapan.

Harapan. Harapan macam apakah? Harapan tersebut bukanlah harapan yang sedang berlalu. Harapan-harapan duniawi sedang berlalu; harapan-harapan tersebut selalu memiliki tanggal kadaluwarsa; harapan-harapan tersebut terbuat dari benda-benda duniawi, yang cepat atau lambat memburuk. Harapan akan Roh Kudus adalah harapan umur panjang; harapan tersebut tidak kadaluwarsa, karena didasarkan pada kesetiaan Allah. Harapan akan Roh Kudus bahkan bukanlah optimisme. Harapan akan Roh Kudus semakin lahir dalam kedalaman; harapan akan Roh Kudus menghidupkan kembali di dalam hati kepastian dihargai karena kita dikasihi. Harapan akan Roh Kudus menanamkan kepercayaan bahwa tidak sendirian. Harapan akan Roh Kudus adalah harapan yang meninggalkan kedamaian dan sukacita di dalam batin, terlepas dari apa yang terjadi secara lahiriah. Harapan akan Roh Kudus adalah harapan yang memiliki akar yang kuat, yang tidak dapat dihancurkan oleh badai dalam kehidupan. Harapan akan Roh Kudus adalah sebuah harapan, kata Santo Paulus hari ini, yang “tidak mengecewakan” (Rm 5:5) - harapan tidak mengecewakan! -, yang memberikan kekuatan untuk mengatasi setiap kesengsaraan (bdk. ayat 2-3). Ketika kita bermasalah atau terluka - dan kamu tahu benar apa yang bermasalah, apa yang terluka -, kita dituntun untuk "membuat sarang" di sekitar kesedihan dan ketakutan kita. Sebaliknya, Roh Kudus membebaskan kita dari sarang kita; Ia membuat kita terbang tinggi, Ia mengungkapkan takdir yang luar biasa yang untuknya kita dilahirkan. Roh Kudus memelihara kita dengan harapan yang hidup. Marilah kita undang Dia. Marilah kita meminta Dia untuk datang ke dalam diri kita dan Ia akan menjadikan-Nya dekat. Datanglah, Roh Penghibur! Datang dan berilah kami sedikit terang, berilah kami arti dari tragedi ini, berilah kami harapan yang tidak mengecewakan. Datanglah, Roh Kudus!

Kedekatan adalah kata ketiga dan terakhir yang ingin saya bagikan dengan kalian. Hari ini kita merayakan Tritunggal Mahakudus. Tritunggal bukanlah teka-teki teologis, tetapi misteri yang megah tentang kedekatan Allah. Tritunggal memberitahu kita bahwa kita tidak memiliki Allah yang sendirian di Surga - jauh dan tidak peduli, tidak. Ia adalah seorang Bapa yang telah memberi kita Putra-Nya, yang menjadikan diri-Nya manusia seperti kita, dan menjadikan diri-Nya sungguh semakin dekat, untuk membantu kita menanggung berbagai beban kehidupan, mengutus Roh-Nya sendiri kepada kita. Ia, yang adalah Roh, datang ke roh kita dan dengan demikian menghibur batin kita; Ia membawa kita jauh ke dalam kelembutan Allah. Bersama Allah, berbagai beban hidup tidak berada di pundak kita: Roh Kudus, yang nama-Nya kita sebut setiap kali kita membuat tanda salib tepat ketika kita menyentuh bahu, Ia datang untuk memberi kita kekuatan, mendorong kita, mendukung beban kita. Faktanya, Ia adalah pakar dalam membangkitkan, mengangkat, dan membangun kembali. Diperlukan lebih banyak kekuatan untuk memperbaiki daripada membangun, memulihkan kembali daripada memulai, didamaikan daripada berada dalam kesepakatan. Inilah kekuatan yang diberikan Allah kepada kita. Oleh karena itu, orang yang mendekat kepada Allah tidak jatuh, berjalan maju: memulai lagi, mencoba lagi, memulihkan kembali. Ia menderita tetapi mampu memulai lagi, mencoba lagi, membangun kembali.

Saudara dan saudari terkasih, saya datang hari ini hanya untuk dekat dengan kalian; di sini bersama kalian saya berdoa kepada Allah yang mengingat kita sehingga tidak ada seorang pun yang melupakan orang yang berada dalam kesulitan. Saya berdoa kepada Allah harapan agar apa yang berubah-ubah di bumi tidak membuat orang bimbang tentang kepastian yang kita miliki. Saya berdoa kepada “Allah yang dekat", untuk membangkitkan gerakan kedekatan yang nyata. Hampir tiga tahun telah berlalu dan resikonya yaitu, setelah pada awalnya ada keterlibatan emosi dan media, perhatian menurun dan janji-janji akhirnya terlupakan, meningkatkan rasa frustrasi orang yang melihat wilayah itu semakin berkurang penduduknya. Sebaliknya, Tuhan mendorong kita untuk mengingat, memperbaiki, membangun kembali, dan melakukannya bersama-sama, tanpa pernah melupakan mereka yang menderita.

Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Allah yang mengingat kita; Allah yang menyembuhkan kenangan kita yang terluka mengurapinya dengan harapan; Allah yang dekat dengan kita untuk mengangkat batin kita, semoga Allah ini membantu kita menjadi pembangun kebaikan, penghibur hati. Kita masing-masing dapat melakukan kebaikan, tanpa menunggu orang lain memulai. "Aku mulai, aku mulai, aku mulai" : kita masing-masing harus mengatakan hal ini. Kita masing-masing dapat menghibur seseorang, tanpa mengharapkan permasalahannya terselesaikan. Juga membawa salib saya, saya mencoba untuk mendekati untuk menghibur orang lain. Apakah manusia? Ia adalah impian-Mu yang besar, Tuhan, yang selalu Engkau ingat. Manusia adalah impian-Mu yang besar, Tuhan, yang selalu Engkau ingat. Tidak mudah untuk memahaminya dalam keadaan ini, Tuhan. Manusia melupakan kita; mereka tidak ingat tragedi ini. Tetapi Engkau, Tuhan, jangan lupa. Manusia adalah impian-Mu yang besar, Tuhan, yang selalu Engkau ingat. Tuhan, ingatkan juga kami agar kami berada di dunia untuk memberikan harapan dan kedekatan karena kami adalah anak-anak-Mu, “Allah sumber segala penghiburan” (2 Kor 1:3).

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.