Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA UNTUK PARA MIGRAN 8 JulI 2019 : MIGRAN MELAMBANGKAN ORANG YANG DICAMPAKKAN MASYARAKAT


Bacaan Ekaristi : Kej. 28:10-22a; Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab; Mat. 9:18-26.

Hari ini sabda Allah berbicara kepada kita tentang keselamatan dan pembebasan.

Keselamatan. Selama perjalanannya dari Bersyeba ke Haran, Yakub memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di tempat yang sunyi. Dalam mimpi, ia melihat sebuah tangga : pijakannya terletak di bumi dan puncaknya sampai di langit (bdk. Kej 28:10-22). Tangga, tempat malaikat Allah naik dan turun, melambangkan hubungan antara yang ilahi dan yang manusiawi, tergenapi secara historis dalam penjelmaan Kristus (bdk. Yoh 1:51), yang merupakan karunia pewahyuan dan keselamatan yang penuh kasih dari Bapa. Tangga adalah sebuah kiasan tindakan ilahi yang mendahului segala kegiatan manusiawi. Tangga adalah kebalikan dari Menara Babel, yang dibangun oleh orang-orang dengan kekuatan mereka sendiri, yang ingin mencapai surga untuk menjadi allah. Namun dalam hal ini, Allahlah yang turun; Tuhanlah yang mewahyukan diri-Nya; Allahlah yang menyelamatkan. Dan Imanuel, Allah beserta kita, menggenapi janji saling memiliki antara Tuhan dan umat manusia, dalam tanda kasih yang menjelma dan murah hati yang memberi kehidupan dalam kelimpahan.


Menghadapi pewahyuan ini, Yakub membuat sebuah tindakan percaya kepada Tuhan, yang menjadi karya pengakuan dan penyembahan yang menandai saat pokok dalam sejarah keselamatan. Ia meminta Tuhan untuk melindunginya dalam perjalanan yang sulit yang harus ia lakukan, dan berkata : "Tuhan akan menjadi Allahku" (Kej 28:21).

Mengucapkan kata-kata sang bapa bangsa, kita mengulangi dalam Mazmur : "Allahku, yang kupercayai". Dialah perlindungan dan kekuatan kita, perisai dan pagar tembok kita, jangkar kita di saat-saat pencobaan. Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat beriman yang memanggil-Nya pada masa-masa kesusahan besar. Karena memang pada saat-saat seperti itulah doa kita menjadi lebih murni, ketika kita menyadari bahwa keamanan yang ditawarkan dunia hanya memiliki sedikit nilai, dan hanya Allah yang tersisa. Hanya Allahlah yang membuka surga bagi mereka yang hidup di bumi. Hanya Allahlah yang menyelamatkan.

Kepercayaan penuh dan mutlak ini dimiliki juga baik oleh kepala rumat ibadat dan perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan dalam Injil (lih. Mat 9:18-26). Inilah adegan pembebasan. Keduanya mendekat kepada Yesus untuk mendapatkan apa yang tidak dapat diberikan oleh orang lain kepada mereka : pembebasan dari penyakit dan dari maut. Di satu sisi, ada putri dari salah seorang penguasa kota; di sisi lain, seorang perempuan yang menderita penyakit yang membuatnya menjadi orang terlantar, terpinggirkan, dan najis. Tetapi Yesus tidak membeda-bedakan : pembebasan diberikan dengan murah hati kepada mereka masing-masing. Kerinduan mereka menempatkan baik perempuan maupun gadis tersebut di antara "orang-orang kecil" yang harus dikasihi dan dibangkitkan.

Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya tentang perlunya pilihan untuk mengistimewakan orang-orang kecil, yaitu orang-orang yang harus diberi barisan depan dalam menjalankan kegiatan amal. Ada banyak bentuk kemiskinan saat ini; seperti yang ditulis Santo Yohanes Paulus II : “Kaum miskin, dalam berbagai kondisi penderitaan mereka, adalah orang-orang yang tertindas, orang-orang yang berada di pinggiran masyarakat, orang-orang tua, orang-orang sakit, orang-orang muda, siapa saja dan semua orang yang dianggap dan diperlakukan sebagai 'orang-orang kecil'” (Seruan Apostolik Vita Consecrata, 82).

Pada ulang tahun keenam kunjungan ke Lampedusa ini, pikiran saya tertuju kepada "orang-orang kecil" yang setiap hari berseru kepada Tuhan, meminta untuk dibebaskan dari kejahatan yang menimpa mereka. Orang-orang kecil ini diterlantarkan dan diperdaya sehingga meninggal di padang gurun; orang-orang kecil ini disiksa, dilecehkan dan ditindas di kamp-kamp tahanan; orang-orang kecil ini menghadapi gelombang laut yang tak kenal ampun; orang-orang kecil ini dibiarkan di tempat penampungan terlalu lama sehingga tidak bisa disebut sementara. Ini hanya beberapa orang kecil yang Yesus minta agar kita kasihi dan bangkitkan. Sayangnya pinggiran keberadaan kota-kota kita padat dihuni oleh orang-orang yang terlantar, terpinggirkan, tertindas, terdiskriminasi, dilecehkan, dieksploitasi, ditelantarkan, miskin dan menderita. Dalam semangat Sabda Bahagia kita dipanggil untuk menghibur mereka dalam kesengsaraan mereka dan menawarkan belas kasih kepada mereka; untuk memuaskan rasa lapar dan dahaga mereka akan keadilan; memperkenankan mereka mengalami kebapaan Allah yang penuh kepedulian; menunjukkan kepada mereka jalan menuju Kerajaan Surga. Mereka adalah pribadi-pribadi; ini bukan sekadar masalah sosial atau migran! “Ini bukan hanya tentang migran”, dalam arti ganda, para migran adalah orang-orang yang pertama dari segenap pribadi manusia, dan mereka adalah lambang dari semua orang yang ditolak oleh masyarakat global saat ini.

Kita dengan sendirinya kembali ke gambar tangga Yakub. Dalam Kristus Yesus, hubungan antara bumi dan surga dijamin dan dapat diakses oleh semua orang. Namun menaiki tangga ini membutuhkan keteguhan hati, upaya dan rahmat. Orang-orang yang paling lemah dan paling rentan harus ditolong. Saya suka berpikir bahwa kita bisa menjadi para malaikat yang naik dan turun, mengambil di bawah sayap kita orang-orang kecil, orang-orang lumpuh, orang-orang sakit, orang-orang terlantar : jika sebaliknya, orang-orang kecil akan tinggal di belakang dan hanya akan mengalami kemiskinan yang melanda bumi, tanpa sekilas pun mengalami kecerahan surga dalam kehidupan ini.

Saudara dan saudari sekalian, ini adalah sebuah tanggung jawab yang luar biasa, yang tak seorangpun terbebas jika kita ingin memenuhi misi keselamatan dan pembebasan di mana Tuhan sendiri telah memanggil kita untuk bekerja sama. Saya tahu bahwa banyak dari kalian, yang tiba hanya beberapa bulan yang lalu, sudah membantu saudara-saudari yang datang lebih kemudian. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas teladan kemanusiaan, rasa syukur dan kesetiakawanan yang paling indah ini.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.