Bacaan
Ekaristi : 1Tim. 2:1-8; Mzm. 28:2,7,8-9; Luk. 7:1-10.
Paus
Fransiskus kembali merayakan Misa harian pagi di Casa Santa Marta, Vatikan,
pada hari Senin, 16 September 2019, setelah jeda liburan musim panas. Dalam
homilinya beliau mengajak umat yang hadir untuk mendoakan aparat pemerintahan
dan para pemimpin politik, ketimbang mencerca mereka. Mendoakan agar mereka
“dapat bekerja demi kebaikan bersama”.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa Santo Paulus, dalam suratnya kepada Timotius (1Tim
2:1-8), memanggil kita untuk mendoakan semua orang, “raja-raja dan semua pembesar”
serta itu seharusnya dilakukan “tanpa amarah atau alasan”. Santo Paulus
menambahkan bahwa kita melakukan hal ini agar "kita dapat hidup tenang dan
tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan".
“Paulus
menekankan lingkungan di sekitar orang percaya : doa. Di sini ia berfokus pada
doa syafaat : ‘Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua
orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang
dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan'. Doa membantu mewujudkan
hal ini. Tetapi ada penekanan yang ingin saya bicarakan : 'untuk semua orang'
dan kemudian beliau menambahkan 'untuk raja-raja dan untuk semua pembesar'.
Jadi, ia berbicara tentang mendoakan aparat pemerintahan, para politisi, dan
orang-orang yang bertanggung jawab atas lembaga-lembaga politik, bangsa, dan
wilayah".
Paus
Fransiskus melanjutkan dengan mengatakan bahwa para politisi sering menerima
“pujian maupun cercaan dari pendukung mereka”. Para imam dan para uskup
menerima perlakuan yang sama. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka akan
mendoakan imam atau uskup mereka “hanya jika mereka layak”, serta selanjutnya
mendaftar sebuah litani “kata-kata cercaan dan kutukan”, kata Paus Fransiskus.
Namun,
beliau mencatat, orang-orang yang memiliki kewenangan "bertanggung jawab
untuk menuntun bangsa mereka". "Bagaimana kita bisa meninggalkan
mereka sendirian, tanpa meminta Allah untuk memberkati mereka?", beliau
bertanya. Paus Fransiskus mengatakan bahwa beberapa orang mendoakan aparat
pemerintahan, sebagian besar menghabiskan waktu mereka "untuk mencerca
mereka". Santo Paulus, kata Paus Fransiskus, menjelaskan bahwa kita harus
"mendoakan mereka semua". Paus Fransiskus kemudian mengingat krisis
yang baru saja terselesaikan dalam pemerintah Italia.
“Siapa
di antara kita yang mendoakan aparat pemerintahan? Siapa di antara kita yang
mendoakan anggota dewan perwakilan rakyat, agar mereka dapat mencapai
kesepakatan dan menuntun bangsa ke depan? Tampaknya semangat patriotik tidak
menjangkau ke dalam doa. Tentu, kritik, kebencian, perseteruan, dan itu
berakhir di sana. Maka saya berharap agar di setiap tempat orang-orang
seharusnya berdoa, mengangkat tangan yang kudus, tanpa amarah atau alasan.
’Diskusi harus terjadi, dan inilah peran dewan perwakilan rakyat. Diskusi harus
terjadi, tetapi tanpa membinasakan orang lain. Sebaliknya, masing-masing orang
harus mendoakan orang lain, mereka yang berbeda pendapat dengan saya”.
Di
hadapan orang-orang yang mengatakan para politisi tertentu "terlalu
komunis" atau "korup", Paus Fransiskus - mengutip bacaan Injil
hari itu (7:1-10) - mengajak kita untuk tidak membahas politik tetapi
mendoakan. Paus Fransiskus mengatakan bahwa beberapa orang mengatakan
"politik itu kotor", tetapi Paus Paulus VI berpendapat bahwa politik
adalah "bentuk amal kasih yang tertinggi".
“Politik
mungkin kotor, sama seperti mata pencaharian apa pun bisa kotor ... Kita adalah
orang yang mengotori sesuatu tetapi pada dasarnya tidak demikian. Saya percaya
bahwa kita harus mempertobatkan hati kita dan mendoakan para politisi dari segenap
kalangan, semuanya! Mendoakan aparat pemerintahan. Inilah yang diminta Paulus
dari diri kita. Ketika saya mendengarkan Sabda Tuhan, saya memikirkan peristiwa
Injil yang indah ini - aparat pemerintahan mendoakan salah seorang bawahannya :
perwira yang mendoakan hambanya. Bahkan aparat pemerintahan harus mendoakan
rakyat mereka, dan orang ini mendoakan hambanya, yang mungkin adalah seorang
pembantu rumah tangga. ‘Tetapi tidak, ia adalah hambaku. aku bertanggung jawab
atas dirinya. 'Aparat pemerintahan bertanggung jawab atas kehidupan negara
mereka. Sebaiknya berpikir bahwa, jika rakyat mendoakan aparat pemerintahan,
aparat pemerintahan akan sudi mendoakan rakyat mereka, sama seperti perwira
yang mendoakan hamba-Nya”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.