Bacaan
Ekaristi : Hag. 1:1-8; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9; Luk. 9:7-9.
Jangan
berpuas diri dengan kedamaian batin palsu yang tidak menghasilkan buah. Itulah
ajakan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 26
September 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Berkaca pada Bacaan Pertama yang
diambil dari Kitab Hagai (1:1-8), Paus Fransiskus berbicara tentang bagaimana
Tuhan mendesak umat-Nya untuk berkaca pada perilaku mereka dan mengubahnya
dengan bekerja untuk membangun kembali bait Allah.
Nabi
Hagai, Paus Fransiskus menjelaskan, sedang berusaha untuk menggerakkan hati
orang-orang yang malas yang telah mengundurkan diri menuju kehidupan kekalahan.
Bait Allah telah dihancurkan oleh musuh, seluruhnya hancur lebur, tetapi
orang-orang membiarkannya berlalu bertahun-tahun tanpa mengambil tindakan apa
pun. Kemudian, beliau mengatakan, Tuhan mengutus sang nabi untuk “membangun
kembali Bait Allah”, tetapi hati orang-orang getir serta mereka tidak mau
mengambil resiko dan bekerja.
Orang-orang
itu, lanjut Paus Fransiskus, “tidak mau bangkit, untuk memulai lagi. Mereka
tidak sudi memperkenankan Tuhan membantu mereka”, dan alasan mereka yaitu
waktunya belum tiba. Inilah drama yang juga terjadi pada banyak umat Kristiani
yang suam-suam kuku yang mengatakan, “Ya, ya, Tuhan, baiklah ... tetapi
perlahan, perlahan, Tuhan, marilah kita membiarkannya seperti ini ... Aku akan
melakukannya besok!”.
Spiritualitas
yang suam-suam kuku, kata Paus Fransiskus, menyebabkan begitu banyak orang
mencari berbagai alasan dalam ketidakpastian dan terdorong berkecenderungan
untuk menunda-nunda. Spiritualitas yang suam-suam kuku menyebabkan begitu
banyak orang menyia-nyiakan hidup mereka dan berakhir “dalam kehancuran karena
mereka tidak melakukan apa-apa selain memelihara perasaan damai dan tentram di
dalam diri mereka sendiri”. Tetapi itu, beliau mengatakan, "adalah
kedamaian kuburan".
Paus
Fransiskus memperingatkan umat yang hadir agar ketika kita menjadi
"suam-suam kuku", kita menjadi umat kristiani separuh, tanpa hakekat.
Sebaliknya, beliau mengatakan, Tuhan menginginkan pertobatan, hari ini.
Beliau
menggambarkan bahwa spiritualitas yang suam-suam kuku sebagai sesuatu yang
mengubah hidup kita menjadi kuburan : tempat di mana tidak ada kehidupan.
Marilah
kita memohonkan rahmat kepada Tuhan agar tidak jatuh ke dalam semangat
"kristiani separuh" yang menjadikan kita umat kristiani tanpa hakekat
- "umat kristiani air mawar" seperti yang dikatakan oleh beberapa
orang - Paus Fransiskus berkata, umat kristiani yang mungkin "banyak
menabur tetapi sangat sedikit menuai, hidup dengan begitu banyak janji, dan
pada akhirnya tidak berbuat apa-apa”.
Semoga
Tuhan membantu kita, beliau mengakhiri homilinya, untuk "bangun dari
semangat yang suam-suam kuku" dan menentang "kehidupan rohani yang
dengan lembut membius ini" .
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.