Pada
hari Selasa pagi 24 September 2019 Paus Fransiskus merayakan Misa Kudus bersama
anggota Komunitas "Nuovi Orizzonti" selatan Roma. Misa dihadiri oleh
ratusan orang terlantar yang telah dibantu oleh Komunitas "Nuovi
Orizzonti" untuk mengatasi dan menangani bekas luka pelecehan, kemiskinan,
ketergantungan dan penyakit mental.
Dalam
homilinya Paus Fransiskus mendorong umat yang hadir untuk berani terus
membangun kembali hidup mereka, meskipun mereka telah mengalami kesulitan dan
kegagalan yang besar. Berkaca pada Bacaan dari Kitab Ezra yang menceritakan
tentang pembangunan kembali bait Allah yang telah hancur lebur, Paus Fransskus
mengatakan, “bukanlah hal yang mudah untuk membangun kembali”.
Menurut
bacaan, "orang-orang Yahudi berhasil melakukannya karena Tuhan menyertai
mereka", kata Paus Fransiskus. Beliau mencatat bahwa "hanya ketika Tuhan
bersama kita, kita dapat merancang kembali, karena lebih sulit membangun
kembali. Bagi begitu banyak orang yang telah melihat hidup mereka yang hancur
lebur dan mungkin berjuang untuk mengambil reruntuhan yang ada, kata Paus
Fransiskus, situasi yang merusak membutuhkan perubahan mental "karena
orang-orang terbiasa hidup dalam reruntuhan".
Paus
Fransiskus kemudian berkaca pada bagaimana merancang kembali tidak selalu
nyaman untuk semua orang dan beliau ingat bagaimana, "sekelompok pedagang,
pada malam hari membongkar tembok yang dibangun pada siang hari".
"Dan pada akhirnya apa yang dilakukan orang-orang ini, orang-orang yang
ingin membangun?", beliau melanjutkan, "Kitab Suci mengatakan bahwa
di satu sisi mereka memiliki batu bata dan di sisi lain pedang, untuk menjaga
bangunan". Dengan demikian, Paus Fransiskus menjelaskan, pembangunan bait
Allah dipertahankan baik dengan kerja keras maupun dengan pedang, yaitu :
dengan perjuangan.
"Merancang
kembali kehidupan adalah rahmat", kata Bapa Suci, "rahmat yang tidak
layak, tetapi harus dipertahankan, dengan kerja keras dan dengan perjuangan,
agar tidak membiarkan para pedagang kehancuran kembali untuk menjadikan hidup
ini setumpuk batu, reruntuhan, batu bata”.
Paus
Fransiskus mengingatkan bahwa berkali-kali umat Allah harus maju, dikalahkan,
dan kembali lagi, sampai kedatangan Yesus. Yesus juga menjadi reruntuhan di
kayu salib, tetapi karena kuasa Allah.
Paus
Fransiskus mengakhiri homilinya dengan berkaca pada fakta bahwa kisah kehidupan
yang diceritakan kepadanya hari ini, kesaksian mereka akan kekuatan perancangan
kembali dan penebusan harus ditegakkan. Beliau mengatakan mereka menunjukkan
bahwa kita tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi karena Allah menyertai kita
dan inilah akar dari pengharapan kita. Kita adalah manusia pengharapan, kata
Paus Fransiskus, karena Yesus datang untuk membangun kembali umat Allah dan
untuk menyelamatkan kita.
Seraya
mendorong umat yang hadir untuk selalu memiliki keinginan untuk membangun
kembali bait Allah dan untuk percaya kepada Tuhan, Paus Fransiskus
memperingatkan terhadap keinginan manusia untuk menghancurkan diri. Oleh karena
itu beliau berdoa kepada Tuhan agar memberi kita rahmat ini, senantiasa
berkeinginan untuk membangun kembali, dan tidak pernah berkecil hati meskipun
hancur.
“Tuhan
lebih besar dari kehancuran. Ia adalah pedang yang menang. Semoga Tuhan
membantu hati kita untuk memahami hal-hal ini”, kata Bapa Suci.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.