Bacaan
Ekaristi : Rm. 7:8-25a; Mzm. 119:66,68,76,77,93,94; Luk. 12:54-59.
Paus
Fransiskus mendesak umat Kristiani untuk memohon terang kepada Tuhan agar
mengetahui dengan baik apa sedang yang terjadi di dalam diri kita. Hal tersebut
disampaikannya dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 24 Oktober 2019, di
Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau berkaca pada Bacaan Pertama (Rm. 7:8-25a)
yang di dalamnya Santo Paulus berbicara kepada umat Roma tentang pergulatan
batin yang terus-menerus terjadi di dalam dirinya, pergulatan antara keinginan
untuk berbuat baik dan tidak mampu melakukannya.
Beberapa
orang mungkin berpikir bahwa dengan melakukan "kejahatan yang tidak ia
inginkan", Santo Paulus mungkin berada di neraka atau takluk. Namun, kata
Paus Fransiskus, Paulus adalah seorang santo karena bahkan para kudus pun
mengalami peperangan ini di dalam diri mereka, antara kebaikan yang diilhami
oleh Roh Kudus dan keburukan dari roh jahat, itulah “hukum untuk semua orang”,
“peperangan setiap hari”.
Siapa
pun yang mengatakan bahwa ia tidak memiliki pergulatan ini di dalam dirinya dan
merasa berbahagia dan damai, Paus Fransiskus mengatakan kepadanya : "Kamu
tidak berbahagia. Kamu adalah seorang yang tidak memahami apa yang sedang
terjadi”.
Dalam
pergulatan setiap hari ini, Paus Fransiskus mengatakan, kita menang hari ini,
besok dan lusa. Para martir "harus bergulat sampai akhir untuk
mempertahankan iman mereka". Hal yang sama dengan para kudus, seperti
Santa Teresa dari Kanak-kanak Yesus, yang baginya "pergulatan terberat
adalah saat menjelang ajal", di ranjang kematiannya, karena ia merasa
bahwa "roh jahat" ingin merebutnya dari Tuhan.
Dalam
kehidupan sehari-hari, kata Paus Fransiskus, ada "saat-saat pergulatan
yang luar biasa" serta "saat-saat biasa". Itulah sebabnya dalam
Injil hari itu, Yesus mengatakan kepada orang banyak : “Hai orang-orang
munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat
menilai zaman ini?"
Menurut
Paus Fransiskus, kita umat Kristiani sering sibuk dengan berbagai hal, termasuk
hal-hal yang baik, tetapi beliau bertanya-tanya apakah kita bertanya apa yang
sedang terjadi di dalam diri kita dan siapa yang membawa kita kepada hal-hal
tersebut. "Kehidupan kita," kata Paus Fransiskus, "laksana
kehidupan jalanan". “Ketika kita menyusuri jalanan, kita hanya melihat
hal-hal yang menarik minat kita; hal-hal lainnya, kita tidak pedul”.
Paus
Fransiskus berkata bahwa selalu ada pergulatan antara rahmat dan dosa, antara
Tuhan yang ingin menyelamatkan dan menarik kita keluar dari pencobaan ini dan
roh jahat yang selalu menjatuhkan kita agar menang. Oleh karena itu, beliau
mendesak umat Kristiani untuk bertanya pada diri sendiri apakah mereka berjalan
di jalan seperti orang yang datang dan pergi tanpa menyadari apa yang sedang
terjadi dan memahami apakah keputusan mereka berasal "dari Tuhan"
atau didikte oleh "keegoisan" kita, "oleh setan".
Sebelum
akhir hari, kata Paus Fransiskus, kita perlu berhenti selama dua hingga tiga
menit untuk memeriksa diri apakah ada hal penting yang telah terjadi hari itu.
Kita dapat menemukan sedikit kebencian, berbicara buruk tentang orang lain
serta berbuat amal. Untuk memahami apa yang sedang terjadi di dalam kita, kita
seharusnya bertanya siapa yang mengilhami tindakan-tindakan ini. Kadang-kadang,
Paus Fransiskus berkata, dengan mentalitas pergunjingan kita, kita tahu apa
yang terjadi di dalam lingkungan dan rumah sekitar, tetapi kita tidak tahu apa
yang sedang terjadi di dalam diri kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.