Bacaan
Ekaristi : 2Mak 12:43-46; Flp 3:20-21; Yoh 6:37-40
Bacaan-bacaan
yang telah kita dengar mengingatkan kita bahwa kita datang ke dunia untuk
dibangkitkan : kita tidak dilahirkan untuk kematian, tetapi untuk kebangkitan.
Faktanya, Santo Paulus menulis dalam Bacaan Kedua, bahkan sekarang “kewargaan
kita adalah di dalam surga” (Flp 3:20) dan, seperti yang dikatakan Yesus dalam
Bacaan Injil, kita akan dibangkitkan pada akhir zaman (lihat Yoh 6:40). Dan
dalam Bacaan Pertama juga terlintas pemikiran akan kebangkitan dalam diri Yudas
Makabe “sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat" (2Mak 12.43).
Hari ini kita juga dapat bertanya pada diri sendiri : apa yang terlintas dalam
pikiranku sehubungan dengan kebangkitan? Bagaimana aku menanggapi panggilanku
untuk bangkit kembali?
Pertolongan
pertama datang kepada kita dari Yesus, yang dalam Bacaan Injil hari ini
mengatakan : "Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang"
(Yoh 6:37). Inilah undangan-Nya: “Marilah kepada-Ku” (lihat Mat.11:28).
Pergilah kepada Yesus, Pribadi yang hidup, untuk mendapatkan vaksinasi melawan
kematian, melawan ketakutan bahwa segalanya akan berakhir. Pergi kepada Yesus :
ini mungkin tampak seperti nasihat rohani yang didiskon dan generik. Tetapi
marilah kita mencoba mewujudnyatakannya, mempertanyakan pada diri kita sendiri
pertanyaan-pertanyaan seperti ini : Hari ini, dalam praktek yang kujalani di
kantor, apakah aku mendekati Tuhan? Apakah aku telah membuat berbagai alasan
untuk berdialog dengan-Nya? Dan dalam diri orang-orang yang kutemui, apakah aku
melibatkan Yesus, apakah aku membawa mereka kepada-Nya dalam doa? Atau apakah
aku melakukan segalanya seraya tetap memikirkan diriku, hanya bersukacita dalam
apa yang baik bagiku dan mengeluh tentang apa yang tidak berkenan kepadaku?
Singkatnya, apakah aku hidup dengan pergi kepada Tuhan atau berputar di sekitar
diriku? Apakah arah perjalananku? Apakah aku hanya berusaha membuat kesan yang
baik, melindungi peranku, waktuku dan ruangku, atau apakah aku akan pergi
kepada Tuhan?
Kalimat
Yesus mengusik : Ia yang datang kepadaku, aku tidak akan mengusir-Nya. Seolah
ingin mengatakan bahwa pengusiran itu diramalkan bagi orang kristiani yang
tidak pergi kepada-Nya. Bagi mereka yang percaya tidak ada jalan tengah : kita
tidak mungkin berasal dari Yesus dan berputar pada dirinya sendiri. Barangsiapa
yang berasal dari Yesus hidup di pintu keluar menuju diri-Nya.
Hidup
adalah seluruhnya pintu keluar: dari rahim ibu untuk datang kepada terang, dari
masa kanak-kanak hingga memasuki masa remaja, dari masa remaja hingga kehidupan
dewasa dan seterusnya, hingga ke pintu keluar dari dunia ini. Hari ini, seraya
kita sedang mendoakan saudara kita, para kardinal dan para uskup, yang telah
keluar dari kehidupan ini untuk pergi menemui Yesus yang bangkit, kita tidak
dapat melupakan pintu keluar yang paling penting dan paling sulit, yang memberi
makna kepada semua yang lainnya : keluar dari diri kita sendiri. Hanya dengan
keluar dari diri kita sendiri kita membuka pintu yang menuntun kepada Tuhan.
Kita memohon rahmat ini: “Tuhan, aku ingin datang kepada-Mu, melalui berbagai
jalan dan sahabat sehari-hari. Tolonglah aku keluar dari diriku sendiri, untuk
pergi menemui Engkau, yang adalah kehidupan“.
Saya
ingin mengambil pemikiran kedua, merujuk pada kebangkitan, dari Bacaan Pertama,
dari tindakan mulia yang dilakukan oleh Yudas Makabe terhadap orang mati.
Dengan melakukan hal itu ia, ada tertulis, “ingat bahwa tersedialah pahala yang
amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh” (2Mak 12.45).
Artinya, orang yang meninggal dengan saleh menghasilkan pahala yang amat indah.
Kesalehan terhadap orang lain membuka pintu keabadian. Membungkuk pada
orang-orang yang membutuhkan guna melayani mereka adalah membuat ruang depan
untuk surga. Jika memang, seperti diingatkan Santo Paulus kepada kita, “kasih
tidak berkesudahan” (1 Kor 13:8), maka justru jembatan itulah yang
menghubungkan bumi ke surga. Oleh karena itu, kita dapat bertanya pada diri
kita sendiri apakah kita sedang berkembang di jembatan ini: apakah aku
memperkenankan diriku tergerak oleh situasi seseorang yang membutuhkan? Bisakah
aku menangis untuk mereka yang menderita? Aku mendoakan mereka yang tidak ada
di pikiranku? Apakah aku membantu seseorang yang tidak dapat mengembalikannya
kepadaku? Itu bukan berbuat baik, itu bukan amal remeh-teemeh; mereka adalah
pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan, pertanyaan-pertanyaan tentang
kebangkitan.
Akhirnya,
rangsangan ketiga mengingat kebangkitan. Saya mengambilnya dari Latihan Rohani,
yang disarankan oleh Santo Ignasius, sebelum membuat keputusan penting, membayangkan
diri sendiri di hadapan Allah pada akhir zaman. Itulah panggilan untuk tampil
tanpa bisa ditunda, titik kedatangan untuk semua orang, untuk kita semua.
Kemudian, setiap pilihan hidup yang dihadapi dalam sudut pandang itu
berorientasi dengan baik, karena lebih dekat dengan kebangkitan, yang merupakan
makna dan tujuan hidup. Karena kepergian dihitung dari tujuan, sebagaimana
penaburan dinilai dari panen, demikian pula kehidupan dinilai dengan baik mulai
dari ujungnya, dari ujungnya. Santo Ignasius menulis : “Memikirkan bagaimana
aku akan menemukan diriku pada hari penghakiman, kemudian memikirkan
seolah-olah aku memutuskan tentang hal yang sekarang; dan kemudian peraturan
yang ingin saya simpan, diambil sekarang” (Latihan Rohani, 187). Latihan Rohani
bisa bermanfaat untuk melihat kenyataan dengan mata Tuhan dan tidak hanya
dengan mata kita; memiliki pandangan yang diproyeksikan ke masa depan, kepada
kebangkitan, dan tidak hanya kepada masa kini yang berlalu; membuat berbagai
pilihan yang memiliki rasa keabadian, citarasa kasih.
Apakah
aku pergi kepada Tuhan setiap hari? Apakah aku memiliki perasaan dan tindakan
kesalehan terhadap orang-orang yang membutuhkan? Apakah aku membuat berbagai
keputusan penting di hadapan Allah? Marilah kita dihasut oleh setidaknya satu
dari tiga rangsangan ini. Kita akan semakin selaras dengan keinginan Yesus
dalam Bacaan Injil hari ini : supaya dari semua yang telah diberikan Bapa
kepada-Nya jangan ada yang hilang (lihat Yoh 6:39). Di antara banyak suara
dunia yang membuat kita kehilangan makna keberadaan, marilah kita mendengarkan
kehendak Yesus, dibangkitkan dan hidup : hari ini kita akan menjadikan hidup
kita rekah fajar kebangkitan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.