Bacaan Ekaristi
: Yeh. 47:1-2,8-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; 1Kor 3:10-17; Yoh. 2:13-22
Sore ini, dalam perayaan Pesta Pemberkatan
Basilika Lateran ini, saya ingin menawarkan kepadamu tiga ayat yang diambil dari
Sabda Allah sehingga kamu dapat menjadikannya obyek meditasi dan doa.
Saya merasa ayat yang pertama dialamatkan
kepada kita semua, kepada seluruh umat Keuskupan Roma. Ayat tersebut adalah
Mazmur Tanggapan : "Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh
aliran-aliran sebuah sungai" (46:5). Umat kristiani yang tinggal di kota
ini seperti sungai yang mengalir dari bait suci : aliran-aliran tersebut
membawa sebuah Sabda kehidupan dan Sabda harapan yang sanggup membuat gurun
hati berbuah, seperti aliran air yang deras yang digambarkan dalam penglihatan
Yehezkiel (lihat bab 47) menyuburkan gurun Arab dan memulihkan perairan Laut
Mati yang asin dan tanpa kehidupan. Hal yang penting yakni aliran sungai keluar
dari bait suci dan menuju ke tanah yang tampak berseteru. Kota tersebut tidak
bisa tidak bersukacita ketika melihat umat kristiani menjadi para pewarta yang penuh
sukacita, bertekad untuk membagikan khazanah Sabda Allah kepada orang lain dan
bekerja demi kebaikan bersama. Tanah yang tampaknya ditakdirkan selamanya gersang
mengungkapkan suatu potensi yang luar biasa : tanah itu menjadi sebuah taman
dengan pohon-pohon hijau dan dedaunan serta buah-buahan dengan khasiat penyembuhan.
Yehezkiel menjelaskan alasan dari begitu banyak kelimpahan tersebut :
"mendapat air dari tempat kudus itu" (47:12). Allah adalah rahasia
kekuatan kehidupan yang baru ini!
Semoga Tuhan bersukacita melihat kita bergerak,
siap mendengarkan dengan hati kita kaum miskin-Nya yang berseru kepada-Nya.
Semoga Gereja Induk Roma mengalami penghiburan karena melihat sekali lagi
ketaatan dan keberanian anak-anaknya yang penuh antusiasme terhadap masa baru
penginjilan ini. Bertemu orang lain, berdialog dengan mereka, mendengarkan
mereka dengan kerendahan hati, kesabaran dan kemiskinan hati ... Saya
mengundang kalian untuk mengalami semua ini bukan sebagai sebuah upaya yang
berat, tetapi dengan terang rohani : alih-alih terjebak dalam kecemasan
kinerja, memperluas persepsi untuk memahami kehadiran dan tindakan Allah di
kota tersebut semakin penting. Suatu permenungan yang berasal dari kasih.
Kepada kamu para imam, saya ingin mempersembahkan
sebuah ayat dari Bacaan Kedua, dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada jemaat
Korintus : "Tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari
pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus" (3:11). Inilah
tugasmu, inti pelayananmu : membantu umat untuk senantiasa berada di bawah kaki
Tuhan untuk mendengarkan Sabda-Nya; menjauhkannya dari segala keduniawian, dari
permufakatan jahat; menjaga dasar dan akar suci bangunan rohani; membelanya
dari serigala yang rakus, dari orang-orang yang ingin membuatnya menyimpang
dari jalan Injil. Seperti Paulus, kamu juga adalah para "ahli bangunan
yang cakap" (lihat 3:10), cakap karena kamu tahu betul bahwa gagasan atau situasi
lain apapun yang ingin kita tempatkan pada dasar Gereja, sebagai pengganti
Injil, mungkin dapat menjamin kita semakin berhasil, mungkin segera puas,
tetapi pasti melibatkan keruntuhan, runtuhnya seluruh bangunan rohani!
Karena saya adalah Uskup Roma, saya mengenal
lebih dekat kebanyakan dari kamu, para imam yang terkasih : saya mengagumi iman
dan kasih bagi Tuhan, kedekatanmu dengan umat dan kemurahan hatimu dalam
merawat kaum miskin. Kamu tiada duanya mengenal wilayah-wilayah kota dan menyimpan
dalam hatimu wajah, senyuman dan air mata dari begitu banyak umat. Kamu telah
mengesampingkan perbedaan-perbedaan ideologis dan “lampu sorot” pribadi untuk
memberikan ruang bagi apa yang diminta Allah daripadamu. Kenyataan mereka
berpijak di tanah dan mengenal "jalan dunia" tidak menghalangimu
terbang tinggi bersama Tuhan dan bermimpi besar. Semoga Allah memberkatimu.
Semoga sukacita keintiman dengan-Nya menjadi ganjaran yang paling sejati atas segenap
kebaikan yang kamu lakukan setiap hari.
Dan
terakhir, sebuah ayat untukmu, para anggota tim pastoral yang ada di sini untuk
menerima mandat khusus dari Uskup. Saya tidak bisa tidak memilihnya dari Injil
(Yoh 2:13-22), di mana Yesus bertindak secara provokatif ilahi. Untuk
mengguncang kebodohan umat manusia dan menuntun umat untuk membuat perubahan yang
radikal, Allah kadang-kadang memilih bertindak tegas untuk membuat terobosan
dalam situasi tersebut. Dengan tindakan-Nya, Yesus ingin memperkenalkan
perubahan kecepatan, perubahan arah. Banyak orang kudus mengambil langgam yang
sama: beberapa perilaku mereka yang tidak dapat dipahami dari sudut pandang
manusia, adalah hasil dari gerak batin yang disebabkan oleh Roh Kudus, dengan
maksud membangkitkan orang-orang sezaman mereka dan membantu mereka memahami
bahwa “rancangan-Ku bukanlah rancanganmu” (Yes 55:8), yang dikatakan Allah melalui
nabi Yesaya.
Untuk
dapat semakin memahami perikop Injil hari ini, kita harus menyoroti sebuah ciri
khas yang penting. Para pedagang berada di pelataran yang disediakan untuk
orang-orang bukan Yahudi, daerah yang dapat dimasuki oleh orang-orang bukan Yahudi.
Pelataran ini telah berubah menjadi pasar. Tetapi Allah ingin agar bait-Nya
menjadi "rumah doa bagi segala bangsa" (Yes 56:7). Karena itu, Yesus memutuskan
untuk menggulingkan meja penukaran mata uang dan mengusir hewan-hewan.
Pemurnian tempat kudus ini diperlukan agar Israel dapat menemukan kembali
panggilannya: menjadi terang bagi segala bangsa, sekelompok kecil orang yang
dipilih untuk melayani keselamatan yang ingin diberikan Allah kepada semua
orang. Yesus tahu bahwa perilaku provokatif ini akan merugikan-Nya. Dan ketika
mereka bertanya kepada-Nya, ”Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami,
bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” (Yoh 2:18), Tuhan menjawab dengan
mengatakan, ”Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya
kembali" (Yoh 2:19).
Dan
ayat inilah yang ingin saya tawarkan kepadamu tim pastoral, sore ini. Kamu
telah dipercayakan dengan tugas membantu umat dan para pekerja pastoralmu untuk
menjangkau semua penduduk kota, mengenali cara-cara baru untuk berjumpa dengan orang-orang
yang jauh dari iman dan dari Gereja. Akan tetapi, dalam menjalankan pelayanan
ini, kamu memiliki kesadaran ini, kepercayaan ini : tidak ada satupun hati
manusia yang di dalamnya tidak diinginkan Kristus dan tidak bisa dilahirkan
kembali. Dalam kehidupan kita sebagai orang-orang berdosa, kita sering
menjauhkan diri kita dari Tuhan dan meredam Roh Kudus. Kita menghancurkan bait Allah
yang adalah diri kita masing-masing. Namun ini bukanlah situasi yang pasti :
tiga hari sudah cukup bagi Tuhan untuk membangun kembali bait-Nya di dalam diri
kita!
Seberapa
banyak mereka telah terluka oleh kejahatan, tak seorangpun dikutuk untuk
selamanya terpisah dari Allah di bumi ini. Dengan cara yang sering misterius
tetapi nyata, Tuhan membuka celah-celah kecil baru di dalam hati, keinginan
akan kebenaran, kebaikan dan keindahan yang memberi ruang bagi penginjilan.
Kadang-kadang, kita dapat menemukan ketidakpercayaan dan permusuhan. Kita seharusnya
tidak membiarkan diri dihentikan tetapi malahan mempertahankan keyakinan bahwa bagi
Allah tiga hari sudah cukup untuk menghidupkan kembali Putra-Nya di dalam hati
manusia. Itu juga merupakan sejarah sebagian dari kita : pertobatan mendalam
yang merupakan buah dari tindakan rahmat yang tak terduga! Saya memikirkan
Konsili Vatikan II : “Dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu,
yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka
kemungkinan bagi semua orang, untuk dengan cara yang diketahui oleh Allah
digabungkan dengan misteri Paskah itu” (Gaudium et Spes, no. 22).
Semoga
Tuhan memberi kita kesempatan untuk mengalami semua hal ini dalam tindakan
penginjilan kita. Semoga kita bertumbuh dalam iman dalam Misteri Paskah dan terkait
dengan “kegairahan-Nya” untuk rumah kita. Nikmatilah perjalananmu.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.