Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA PEMBERKATAN BASILIKA LATERAN 9 November 2019



Bacaan Ekaristi : Yeh. 47:1-2,8-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; 1Kor 3:10-17; Yoh. 2:13-22

Sore ini, dalam perayaan Pesta Pemberkatan Basilika Lateran ini, saya ingin menawarkan kepadamu tiga ayat yang diambil dari Sabda Allah sehingga kamu dapat menjadikannya obyek meditasi dan doa.

Saya merasa ayat yang pertama dialamatkan kepada kita semua, kepada seluruh umat Keuskupan Roma. Ayat tersebut adalah Mazmur Tanggapan : "Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai" (46:5). Umat kristiani yang tinggal di kota ini seperti sungai yang mengalir dari bait suci : aliran-aliran tersebut membawa sebuah Sabda kehidupan dan Sabda harapan yang sanggup membuat gurun hati berbuah, seperti aliran air yang deras yang digambarkan dalam penglihatan Yehezkiel (lihat bab 47) menyuburkan gurun Arab dan memulihkan perairan Laut Mati yang asin dan tanpa kehidupan. Hal yang penting yakni aliran sungai keluar dari bait suci dan menuju ke tanah yang tampak berseteru. Kota tersebut tidak bisa tidak bersukacita ketika melihat umat kristiani menjadi para pewarta yang penuh sukacita, bertekad untuk membagikan khazanah Sabda Allah kepada orang lain dan bekerja demi kebaikan bersama. Tanah yang tampaknya ditakdirkan selamanya gersang mengungkapkan suatu potensi yang luar biasa : tanah itu menjadi sebuah taman dengan pohon-pohon hijau dan dedaunan serta buah-buahan dengan khasiat penyembuhan. Yehezkiel menjelaskan alasan dari begitu banyak kelimpahan tersebut : "mendapat air dari tempat kudus itu" (47:12). Allah adalah rahasia kekuatan kehidupan yang baru ini!


Semoga Tuhan bersukacita melihat kita bergerak, siap mendengarkan dengan hati kita kaum miskin-Nya yang berseru kepada-Nya. Semoga Gereja Induk Roma mengalami penghiburan karena melihat sekali lagi ketaatan dan keberanian anak-anaknya yang penuh antusiasme terhadap masa baru penginjilan ini. Bertemu orang lain, berdialog dengan mereka, mendengarkan mereka dengan kerendahan hati, kesabaran dan kemiskinan hati ... Saya mengundang kalian untuk mengalami semua ini bukan sebagai sebuah upaya yang berat, tetapi dengan terang rohani : alih-alih terjebak dalam kecemasan kinerja, memperluas persepsi untuk memahami kehadiran dan tindakan Allah di kota tersebut semakin penting. Suatu permenungan yang berasal dari kasih.

Kepada kamu para imam, saya ingin mempersembahkan sebuah ayat dari Bacaan Kedua, dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada jemaat Korintus : "Tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus" (3:11). Inilah tugasmu, inti pelayananmu : membantu umat untuk senantiasa berada di bawah kaki Tuhan untuk mendengarkan Sabda-Nya; menjauhkannya dari segala keduniawian, dari permufakatan jahat; menjaga dasar dan akar suci bangunan rohani; membelanya dari serigala yang rakus, dari orang-orang yang ingin membuatnya menyimpang dari jalan Injil. Seperti Paulus, kamu juga adalah para "ahli bangunan yang cakap" (lihat 3:10), cakap karena kamu tahu betul bahwa gagasan atau situasi lain apapun yang ingin kita tempatkan pada dasar Gereja, sebagai pengganti Injil, mungkin dapat menjamin kita semakin berhasil, mungkin segera puas, tetapi pasti melibatkan keruntuhan, runtuhnya seluruh bangunan rohani!

Karena saya adalah Uskup Roma, saya mengenal lebih dekat kebanyakan dari kamu, para imam yang terkasih : saya mengagumi iman dan kasih bagi Tuhan, kedekatanmu dengan umat dan kemurahan hatimu dalam merawat kaum miskin. Kamu tiada duanya mengenal wilayah-wilayah kota dan menyimpan dalam hatimu wajah, senyuman dan air mata dari begitu banyak umat. Kamu telah mengesampingkan perbedaan-perbedaan ideologis dan “lampu sorot” pribadi untuk memberikan ruang bagi apa yang diminta Allah daripadamu. Kenyataan mereka berpijak di tanah dan mengenal "jalan dunia" tidak menghalangimu terbang tinggi bersama Tuhan dan bermimpi besar. Semoga Allah memberkatimu. Semoga sukacita keintiman dengan-Nya menjadi ganjaran yang paling sejati atas segenap kebaikan yang kamu lakukan setiap hari.

Dan terakhir, sebuah ayat untukmu, para anggota tim pastoral yang ada di sini untuk menerima mandat khusus dari Uskup. Saya tidak bisa tidak memilihnya dari Injil (Yoh 2:13-22), di mana Yesus bertindak secara provokatif ilahi. Untuk mengguncang kebodohan umat manusia dan menuntun umat untuk membuat perubahan yang radikal, Allah kadang-kadang memilih bertindak tegas untuk membuat terobosan dalam situasi tersebut. Dengan tindakan-Nya, Yesus ingin memperkenalkan perubahan kecepatan, perubahan arah. Banyak orang kudus mengambil langgam yang sama: beberapa perilaku mereka yang tidak dapat dipahami dari sudut pandang manusia, adalah hasil dari gerak batin yang disebabkan oleh Roh Kudus, dengan maksud membangkitkan orang-orang sezaman mereka dan membantu mereka memahami bahwa “rancangan-Ku bukanlah rancanganmu” (Yes 55:8), yang dikatakan Allah melalui nabi Yesaya.

Untuk dapat semakin memahami perikop Injil hari ini, kita harus menyoroti sebuah ciri khas yang penting. Para pedagang berada di pelataran yang disediakan untuk orang-orang bukan Yahudi, daerah yang dapat dimasuki oleh orang-orang bukan Yahudi. Pelataran ini telah berubah menjadi pasar. Tetapi Allah ingin agar bait-Nya menjadi "rumah doa bagi segala bangsa" (Yes 56:7). Karena itu, Yesus memutuskan untuk menggulingkan meja penukaran mata uang dan mengusir hewan-hewan. Pemurnian tempat kudus ini diperlukan agar Israel dapat menemukan kembali panggilannya: menjadi terang bagi segala bangsa, sekelompok kecil orang yang dipilih untuk melayani keselamatan yang ingin diberikan Allah kepada semua orang. Yesus tahu bahwa perilaku provokatif ini akan merugikan-Nya. Dan ketika mereka bertanya kepada-Nya, ”Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” (Yoh 2:18), Tuhan menjawab dengan mengatakan, ”Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" (Yoh 2:19).

Dan ayat inilah yang ingin saya tawarkan kepadamu tim pastoral, sore ini. Kamu telah dipercayakan dengan tugas membantu umat dan para pekerja pastoralmu untuk menjangkau semua penduduk kota, mengenali cara-cara baru untuk berjumpa dengan orang-orang yang jauh dari iman dan dari Gereja. Akan tetapi, dalam menjalankan pelayanan ini, kamu memiliki kesadaran ini, kepercayaan ini : tidak ada satupun hati manusia yang di dalamnya tidak diinginkan Kristus dan tidak bisa dilahirkan kembali. Dalam kehidupan kita sebagai orang-orang berdosa, kita sering menjauhkan diri kita dari Tuhan dan meredam Roh Kudus. Kita menghancurkan bait Allah yang adalah diri kita masing-masing. Namun ini bukanlah situasi yang pasti : tiga hari sudah cukup bagi Tuhan untuk membangun kembali bait-Nya di dalam diri kita!

Seberapa banyak mereka telah terluka oleh kejahatan, tak seorangpun dikutuk untuk selamanya terpisah dari Allah di bumi ini. Dengan cara yang sering misterius tetapi nyata, Tuhan membuka celah-celah kecil baru di dalam hati, keinginan akan kebenaran, kebaikan dan keindahan yang memberi ruang bagi penginjilan. Kadang-kadang, kita dapat menemukan ketidakpercayaan dan permusuhan. Kita seharusnya tidak membiarkan diri dihentikan tetapi malahan mempertahankan keyakinan bahwa bagi Allah tiga hari sudah cukup untuk menghidupkan kembali Putra-Nya di dalam hati manusia. Itu juga merupakan sejarah sebagian dari kita : pertobatan mendalam yang merupakan buah dari tindakan rahmat yang tak terduga! Saya memikirkan Konsili Vatikan II : “Dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk dengan cara yang diketahui oleh Allah digabungkan dengan misteri Paskah itu” (Gaudium et Spes, no. 22).

Semoga Tuhan memberi kita kesempatan untuk mengalami semua hal ini dalam tindakan penginjilan kita. Semoga kita bertumbuh dalam iman dalam Misteri Paskah dan terkait dengan “kegairahan-Nya” untuk rumah kita. Nikmatilah perjalananmu.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.