Bacaan Ekaristi : Hak. 13:2-7,24-25a; Mzm. 71:3-4a,5-6ab,16-17; Luk.
1:5-25.
Kecuma-cumaan Allah. Itulah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa
harian Kamis pagi 19 Desember 2019 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Paus
Fransiskus mengatakan kecuma-cumaan Allah menjadikan padang gurun berkembang
biak seperti ibu Simson dan ibu Yohanes Pembaptis yang tadinya mandul.
Membangkitkan nubuat nabi Yesaya, Paus Fransiskus berkutat pada
berkembang biaknya padang gurun. Beliau mengingatkan bahwa Allah sanggup mengubah
segalanya, secara cuma-cuma. Allah menyelamatkan kita secara cuma-cuma, tetapi
kita berdosa ketika kita berhasrat untuk menyelamatkan diri kita.
Dengan Natal yang kurang dari satu minggu lagi, Paus Fransiskus berkaca
pada bacaan-bacaan hari itu, yang "menempatkan kita di depan dua padang
gurun", atau dua perempuan mandul, yaitu Elisabet, ibu Santo Yohanes
Pembaptis dalam Injil (Luk. 1:5-25) dan ibu Simson dalam Perjanjian Lama (Hak. 13:2-7,24-25a).
Berbicara tentang Elisabet, kata Paus Fransiskus, mengingatkan kita
tentang kisah Abraham dan Sara. "Kemandulan adalah padang gurun",
beliau menjelaskan, karena "seorang perempuan mandul berakhir di sana,
tanpa keturunan". Baik Sara maupun Elisabet adalah "perempuan beriman"
dan percaya pada Tuhan. Baik mengandung maupun melahirkan.
Paus Fransiskus menunjukkan bahwa keduanya mengandung karena Allah mampu
mengubah segalanya, bahkan hukum alam. Ia sanggup memberi jalan bagi sabda-Nya.
"Karunia Allah bersifat cuma-cuma", kata Paus Fransiskus,
seraya menambahkan, kehidupan kedua perempuan itu mengungkapkan kecuma-cumaan
Allah.
Menurut Paus Fransiskus, Yohanes Pembaptis dan Simson adalah
"kecuma-cumaan Allah", malahan, keduanya adalah lambang, boleh
dikatakan, "kecuma-cumaan keselamatan kita", karena "tidak ada
seorangpun yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri". Hanya Tuhan yang
sanggup menyelamatkan kita dari kesengsaraan dan kebrutalan kita. Dan jika
seseorang tidak mempercayakan dirinya pada kecuma-cumaan keselamatan Tuhan, ia
tidak akan diselamatkan. Untuk ini, seseorang harus memiliki iman, yang juga
merupakan karunia dari Allah.
Paus Fransiskus menekankan makna rahmat dengan menggunakan kata-kata
Santo Agustinus agar kita sudi membuka hati terhadap kecuma-cumaan Allah.
Jika seseorang mengatakan ia adalah seorang Katolik, pergi ke Misa pada
hari Minggu, adalah anggota sebuah lembaga dan seterusnya, tidak ada sesuatupun
yang bisa menyelamatkannya kecuali ia “percaya pada kecuma-cumaan karunia
Allah”. Karena segalanya adalah rahmat, semua orang dipanggil untuk menyembah
Tuhan dan bersyukur kepada-Nya atas rahmat tersebut.
Di antara kedua orang terkenal yang lahir dari kedua perempuan mandul
dari bacaan-bacaan hari itu, Paus Fransiskus tertarik pada Simson, seorang
manusia dan petarung yang kuat, yang menyelamatkan orang-orang Israel dari
orang-orang Filistin, tetapi yang mungkin tidak peduli dengan kecuma-cumaan
karunia yang diterima dari Allah. Ia membuat kesalahan dan jatuh ke tangan
seorang perempuan yang menjualnya kepada orang-orang Filistin. Namun, ia pulih.
Paus Fransiskus mengingat Simson untuk mengingatkan umat Kristiani bahwa kita
semua adalah orang-orang berdosa dan bahwa dosa tidak sedang menjamin
kecuma-cumaan Allah ini.
Paus Fransiskus mengatakan, kita juga bisa tergelincir seperti Simson
dan meyakini diri kita adalah penebus diri kita sendiri. Inilah, beliau
menekankan, dosa, yaitu keinginan untuk menebus diri kita sendiri.
“Dalam hari-hari sebelum Natal ini”, Paus Fransiskus mengakhiri
homilinya, “kita memuji Tuhan atas kecuma-cumaan keselamatan, atas kecuma-cumaan
hidup, atas segala sesuatu yang Ia berikan kepada kita secara cuma-cuma. Segala
sesuatu adalah rahmat”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.