Bacaan Ekaristi : Yes. 9:1-6; Mzm.
96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14.
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah
melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang
telah bersinar” (Yes. 9:1). Nubuat yang kita dengar dalam Bacaan Pertama
tergenapi dalam Injil : ketika gembala-gembala menjaga kawanan ternak mereka pada
waktu malam, “kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka” (Luk 2:9). Di
tengah-tengah malam duniawi kita, sebuah cahaya muncul dari surga. Apa arti
cahaya yang bersinar dalam kegelapan ini? Santo Paulus memberitahu kita :
“Kasih karunia Allah telah muncul”. Kasih karunia Allah, “yang menyelamatkan
semua manusia” (Tit 2:11), telah bersinar di dunia kita malam ini. Tetapi
apakah kasih karunia ini? Kasih karunia adalah kasih ilahi, kasih yang mengubah
hidup, memperbarui sejarah, membebaskan dari kejahatan, memenuhi hati dengan
kedamaian dan sukacita.
Malam ini kasih Allah telah dinyatakan kepada kita
: kasih Allah adalah Yesus. Di dalam Yesus, Yang Mahatinggi menjadikan diri-Nya
kecil, sehingga kita dapat mengasihi-Nya. Tetapi kita masih bisa bertanya pada
diri sendiri : mengapa Santo Paulus menggambarkan kedatangan Allah ke dunia
kita sebagai "kasih karunia"? Untuk memberi tahu kita bahwa kasih
karunia sungguh cuma-cuma. Sedangkan di bumi segala sesuatu tampaknya berkenaan
dengan memberi dengan tujuan untuk mendapatkan, Allah turun secara cuma-cuma.
Kasih-Nya tidak dapat ditawar-tawar : kita tidak
melakukan apa pun untuk menerimanya dan kita tidak akan pernah dapat
membayarnya kembali. Kasih karunia Allah telah muncul. Malam ini kita menyadari
bahwa, ketika kita gagal menakar, Allah menjadi kecil demi kita; sementara kita
melakukan urusan kita sendiri, Ia datang ke tengah-tengah kita.
Natal mengingatkan kita bahwa Allah terus mengasihi
kita semua, bahkan yang terburuk dari kita. Bagi saya, bagi kamu, bagi kita
masing-masing, Ia mengatakan hari ini : “Aku mengasihimu dan Aku akan
senantiasa mengasihimu, karena kamu berharga di mata-Ku”. Allah tidak
mengasihimu karena kamu berpikir dan bertindak secara benar. Ia mengasihimu,
lugu dan sederhana. Kasih-Nya tanpa syarat; kasih-Nya tidak tergantung padamu.
Kamu mungkin memiliki gagasan-gagasan yang keliru, kamu mungkin telah
mengacaukan segalanya, tetapi Tuhan terus mengasihimu.
Betapa sering kita berpikir bahwa Allah baik jika
kita baik dan menghukum kita jika kita jahat. Namun sesungguhnya Ia bukan
seperti itu. Karena seluruh dosa kita, Ia terus mengasihi kita. Kasih-Nya tidak
berubah. Kasih-Nya tidak berubah-ubah; kasih-Nya setia. Kasih-Nya sabar. Inilah
karunia yang kita temukan saat Natal. Kita menemukan keheranan kita bahwa Tuhan
adalah mutlak kecuma-cumaan, kasih yang mutlak lembut. Kemuliaan-Nya tidak
membebani kita; kehadiran-Nya tidak menakutkan kita. Ia dilahirkan sama sekali
miskin untuk memenangkan hati kita dengan kekayaan kasih-Nya. Kasih karunia Allah
telah muncul.
Kasih karunia adalah persamaan kata dari keindahan.
Malam ini, dalam keindahan kasih Allah, kita juga menemukan keindahan kita,
karena kita dikasihi Allah. Karena baik atau buruk, dalam keadaan sakit dan
sehat, entah bahagia atau sedih, di mata-Nya kita indah, bukan karena apa yang
kita lakukan tetapi karena apa adanya kita. Jauh di dalam diri kita, ada
keindahan yang tak terhapuskan dan tak berwujud, keindahan tak tertahankan,
yang merupakan inti dari keberadaan kita. Hari ini Allah mengingatkan kita akan
hal ini. Ia dengan penuh kasih mengambil atas diri-Nya kemanusiaan kita dan
menjadikannya milik-Nya, “menyokong”-nya selamanya. "Sukacita besar"
yang diwartakan malam ini kepada para gembala memang "untuk semua orang".
Kita juga, dengan segenap kelemahan dan kegagalan kita, adalah di antara para
gembala itu, yang tentu saja bukan orang-orang kudus.
Dan sama seperti allah memanggil para gembala, Ia
juga memanggil kita, karena Ia mengasihi kita. Dalam malam gelap kehidupan, Ia
mengatakan kepada kita seperti yang dikatakan-Nya kepada mereka, "Jangan
takut!" (Luk 2:10). Beranilah, jangan kehilangan kepercayaan, jangan
kehilangan pengharapan, jangan berpikir bahwa mengasihi adalah membuang-buang
waktu! Malam ini kasih telah menaklukkan rasa takut, pengharapan baru telah
tiba, cahaya kebaikan Allah telah mengatasi kegelapan kesombongan manusia.
Umat manusia, Allah mengasihimu; demi kamu Ia
menjadi manusia. Kamu tidak lagi sendirian! Saudara-saudari terkasih, apa yang
harus kita lakukan dengan kasih karunia ini? Hanya satu hal : terimalah karunia
tersebut. Sebelum kita pergi mencari Allah, marilah kita memperkenankan diri
kita dicari oleh-Nya.
Janganlah kita mulai dengan kemampuan kita sendiri
tetapi dengan kasih karunia-Nya, karena Ia, Yesus, adalah Juru Selamat. Marilah
kita merenungkan Sang Anak dan memperkenankan diri kita terperangkap dalam
kasih-Nya yang lembut. Maka kita tidak memiliki alasan lebih lanjut untuk tidak
memperkenankan diri kita dikasihi oleh-Nya.
Apa pun yang keliru dalam hidup kita, apa pun yang
tidak bekerja di dalam Gereja, apa pun masalah yang ada di dunia, tidak akan
lagi berfungsi sebagai alasan. Semuanya akan menjadi nomor dua, karena
berhadapan dengan kasih Yesus yang mahabesar, kasih yang sangat lemah lembut
dan kedekatan, kita tidak mempunyai alasan. Saat Natal, inilah pertanyaannya :
“Apakah aku memperkenankan diriku dikasihi oleh Allah? Apakah aku meninggalkan diriku
menuju kasih-Nya yang datang untuk menyelamatkanku?"
Karunia yang begitu luar biasa patut disyukuri.
Menerima kasih karunia ini berarti siap untuk mengucap syukur sebagai gantinya.
Seringkali kita menjalani hidup kita dengan sedikit rasa terima kasih. Hari ini
adalah hari yang tepat untuk mendekati tabernakel, benteng, palungan, dan
mengucapkan terima kasih. Mari kita menerima hadiah yaitu Yesus, untuk kemudian
menjadi hadiah seperti Yesus.
Menjadi karunia berarti memberi makna pada
kehidupan. Dan memberi makna pada kehidupan adalah cara terbaik untuk mengubah dunia :
kita berubah, Gereja berubah, sejarah berubah, begitu kita berhenti berusaha
mengubah orang lain, tetapi mencoba untuk mengubah diri kita sendiri dan
menjadikan hidup kita sebagai karunia. Yesus menunjukkan hal ini kepada kita
malam ini. Ia tidak mengubah sejarah dengan menekan siapa pun atau dengan
membanjiri kata-kata, tetapi oleh karunia hidup-Nya. Ia tidak menunggu sampai
kita baik sebelum Ia mengasihi kita, tetapi memberikan diri-Nya secara
cuma-cuma kepada kita.
Semoga kita tidak menunggu sesama kita menjadi baik
sebelum kita berbuat baik kepada mereka, karena Gereja sempurna sebelum kita
mengasihinya, karena orang lain menghormati diri kita sebelum kita melayani
mereka. Marilah kita mulai dengan diri kita sendiri. Inilah yang dimaksud
secara cuma-cuma menerima karunia kasih karunia. Dan kekudusan tidak lain
adalah melestarikan kebebasan ini.
Sebuah legenda yang mempesona menceritakan bahwa
pada saat kelahiran Yesus, para gembala bergegas ke kandang dengan beraneka
macam hadiah. Masing-masing membawa apa yang mereka miliki; beberapa membawa
hasil kerja mereka, lainnya membawa beberapa barang berharga. Tetapi ketika
mereka semua memberikan hadiah, ada seorang gembala yang tidak memiliki apapun
untuk diberikan. Ia sangat miskin; ia tidak punya hadiah untuk diberikan.
Ketika yang lain berlomba menawarkan hadiah, Ia
berdiri terpisah, tersipu malu. Pada titik tertentu, Santo Yusuf dan Bunda
Maria merasa sulit menerima semua hadiah, terutama Maria, yang harus
menggendong bayi itu. Melihat gembala dengan tangan kosong itu, Maria
memintanya untuk mendekat. Dan Maria meletakkan bayi Yesus di tangan gembala
tersebut.
Gembala itu, dengan menerima Sang Bayi, menjadi
sadar telah menerima apa yang tidak pantas ia dapatkan, sadar tangannya menerima
karunia terbesar sepanjang masa. Ia melihat tangannya, tangan yang baginya
selalu kosong; tangannya telah menjadi tempat kelahiran Allah. Ia merasa
dirinya dikasihi dan, mengatasi rasa malunya, mulai menunjukkan Yesus kepada
orang lain, karena ia tidak dapat menyimpan bagi dirinya sendiri karunia dari
segala karunia.
Saudara-saudari terkasih, jika tanganmu terasa
kosong, jika kamu mengira hatimu miskin akan kasih, malam ini adalah untukmu.
Kasih karunia Allah telah muncul, bersinar dalam hidupmu. Terimalah dan cahaya
Natal akan bersinar di dalam dirimu.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.