Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM NATAL DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 24 Desember 2019 : NATAL MENGATAKAN BAHWA KAMU DIKASIHI


Bacaan Ekaristi : Yes. 9:1-6; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14.

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yes. 9:1). Nubuat yang kita dengar dalam Bacaan Pertama tergenapi dalam Injil : ketika gembala-gembala menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam, “kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka” (Luk 2:9). Di tengah-tengah malam duniawi kita, sebuah cahaya muncul dari surga. Apa arti cahaya yang bersinar dalam kegelapan ini? Santo Paulus memberitahu kita : “Kasih karunia Allah telah muncul”. Kasih karunia Allah, “yang menyelamatkan semua manusia” (Tit 2:11), telah bersinar di dunia kita malam ini. Tetapi apakah kasih karunia ini? Kasih karunia adalah kasih ilahi, kasih yang mengubah hidup, memperbarui sejarah, membebaskan dari kejahatan, memenuhi hati dengan kedamaian dan sukacita.


Malam ini kasih Allah telah dinyatakan kepada kita : kasih Allah adalah Yesus. Di dalam Yesus, Yang Mahatinggi menjadikan diri-Nya kecil, sehingga kita dapat mengasihi-Nya. Tetapi kita masih bisa bertanya pada diri sendiri : mengapa Santo Paulus menggambarkan kedatangan Allah ke dunia kita sebagai "kasih karunia"? Untuk memberi tahu kita bahwa kasih karunia sungguh cuma-cuma. Sedangkan di bumi segala sesuatu tampaknya berkenaan dengan memberi dengan tujuan untuk mendapatkan, Allah turun secara cuma-cuma.

Kasih-Nya tidak dapat ditawar-tawar : kita tidak melakukan apa pun untuk menerimanya dan kita tidak akan pernah dapat membayarnya kembali. Kasih karunia Allah telah muncul. Malam ini kita menyadari bahwa, ketika kita gagal menakar, Allah menjadi kecil demi kita; sementara kita melakukan urusan kita sendiri, Ia datang ke tengah-tengah kita.

Natal mengingatkan kita bahwa Allah terus mengasihi kita semua, bahkan yang terburuk dari kita. Bagi saya, bagi kamu, bagi kita masing-masing, Ia mengatakan hari ini : “Aku mengasihimu dan Aku akan senantiasa mengasihimu, karena kamu berharga di mata-Ku”. Allah tidak mengasihimu karena kamu berpikir dan bertindak secara benar. Ia mengasihimu, lugu dan sederhana. Kasih-Nya tanpa syarat; kasih-Nya tidak tergantung padamu. Kamu mungkin memiliki gagasan-gagasan yang keliru, kamu mungkin telah mengacaukan segalanya, tetapi Tuhan terus mengasihimu.

Betapa sering kita berpikir bahwa Allah baik jika kita baik dan menghukum kita jika kita jahat. Namun sesungguhnya Ia bukan seperti itu. Karena seluruh dosa kita, Ia terus mengasihi kita. Kasih-Nya tidak berubah. Kasih-Nya tidak berubah-ubah; kasih-Nya setia. Kasih-Nya sabar. Inilah karunia yang kita temukan saat Natal. Kita menemukan keheranan kita bahwa Tuhan adalah mutlak kecuma-cumaan, kasih yang mutlak lembut. Kemuliaan-Nya tidak membebani kita; kehadiran-Nya tidak menakutkan kita. Ia dilahirkan sama sekali miskin untuk memenangkan hati kita dengan kekayaan kasih-Nya. Kasih karunia Allah telah muncul.

Kasih karunia adalah persamaan kata dari keindahan. Malam ini, dalam keindahan kasih Allah, kita juga menemukan keindahan kita, karena kita dikasihi Allah. Karena baik atau buruk, dalam keadaan sakit dan sehat, entah bahagia atau sedih, di mata-Nya kita indah, bukan karena apa yang kita lakukan tetapi karena apa adanya kita. Jauh di dalam diri kita, ada keindahan yang tak terhapuskan dan tak berwujud, keindahan tak tertahankan, yang merupakan inti dari keberadaan kita. Hari ini Allah mengingatkan kita akan hal ini. Ia dengan penuh kasih mengambil atas diri-Nya kemanusiaan kita dan menjadikannya milik-Nya, “menyokong”-nya selamanya. "Sukacita besar" yang diwartakan malam ini kepada para gembala memang "untuk semua orang". Kita juga, dengan segenap kelemahan dan kegagalan kita, adalah di antara para gembala itu, yang tentu saja bukan orang-orang kudus.

Dan sama seperti allah memanggil para gembala, Ia juga memanggil kita, karena Ia mengasihi kita. Dalam malam gelap kehidupan, Ia mengatakan kepada kita seperti yang dikatakan-Nya kepada mereka, "Jangan takut!" (Luk 2:10). Beranilah, jangan kehilangan kepercayaan, jangan kehilangan pengharapan, jangan berpikir bahwa mengasihi adalah membuang-buang waktu! Malam ini kasih telah menaklukkan rasa takut, pengharapan baru telah tiba, cahaya kebaikan Allah telah mengatasi kegelapan kesombongan manusia.

Umat manusia, Allah mengasihimu; demi kamu Ia menjadi manusia. Kamu tidak lagi sendirian! Saudara-saudari terkasih, apa yang harus kita lakukan dengan kasih karunia ini? Hanya satu hal : terimalah karunia tersebut. Sebelum kita pergi mencari Allah, marilah kita memperkenankan diri kita dicari oleh-Nya.

Janganlah kita mulai dengan kemampuan kita sendiri tetapi dengan kasih karunia-Nya, karena Ia, Yesus, adalah Juru Selamat. Marilah kita merenungkan Sang Anak dan memperkenankan diri kita terperangkap dalam kasih-Nya yang lembut. Maka kita tidak memiliki alasan lebih lanjut untuk tidak memperkenankan diri kita dikasihi oleh-Nya.

Apa pun yang keliru dalam hidup kita, apa pun yang tidak bekerja di dalam Gereja, apa pun masalah yang ada di dunia, tidak akan lagi berfungsi sebagai alasan. Semuanya akan menjadi nomor dua, karena berhadapan dengan kasih Yesus yang mahabesar, kasih yang sangat lemah lembut dan kedekatan, kita tidak mempunyai alasan. Saat Natal, inilah pertanyaannya : “Apakah aku memperkenankan diriku dikasihi oleh Allah? Apakah aku meninggalkan diriku menuju kasih-Nya yang datang untuk menyelamatkanku?"

Karunia yang begitu luar biasa patut disyukuri. Menerima kasih karunia ini berarti siap untuk mengucap syukur sebagai gantinya. Seringkali kita menjalani hidup kita dengan sedikit rasa terima kasih. Hari ini adalah hari yang tepat untuk mendekati tabernakel, benteng, palungan, dan mengucapkan terima kasih. Mari kita menerima hadiah yaitu Yesus, untuk kemudian menjadi hadiah seperti Yesus.

Menjadi karunia berarti memberi makna pada kehidupan. Dan memberi makna pada kehidupan adalah cara terbaik untuk mengubah dunia : kita berubah, Gereja berubah, sejarah berubah, begitu kita berhenti berusaha mengubah orang lain, tetapi mencoba untuk mengubah diri kita sendiri dan menjadikan hidup kita sebagai karunia. Yesus menunjukkan hal ini kepada kita malam ini. Ia tidak mengubah sejarah dengan menekan siapa pun atau dengan membanjiri kata-kata, tetapi oleh karunia hidup-Nya. Ia tidak menunggu sampai kita baik sebelum Ia mengasihi kita, tetapi memberikan diri-Nya secara cuma-cuma kepada kita.

Semoga kita tidak menunggu sesama kita menjadi baik sebelum kita berbuat baik kepada mereka, karena Gereja sempurna sebelum kita mengasihinya, karena orang lain menghormati diri kita sebelum kita melayani mereka. Marilah kita mulai dengan diri kita sendiri. Inilah yang dimaksud secara cuma-cuma menerima karunia kasih karunia. Dan kekudusan tidak lain adalah melestarikan kebebasan ini.

Sebuah legenda yang mempesona menceritakan bahwa pada saat kelahiran Yesus, para gembala bergegas ke kandang dengan beraneka macam hadiah. Masing-masing membawa apa yang mereka miliki; beberapa membawa hasil kerja mereka, lainnya membawa beberapa barang berharga. Tetapi ketika mereka semua memberikan hadiah, ada seorang gembala yang tidak memiliki apapun untuk diberikan. Ia sangat miskin; ia tidak punya hadiah untuk diberikan.

Ketika yang lain berlomba menawarkan hadiah, Ia berdiri terpisah, tersipu malu. Pada titik tertentu, Santo Yusuf dan Bunda Maria merasa sulit menerima semua hadiah, terutama Maria, yang harus menggendong bayi itu. Melihat gembala dengan tangan kosong itu, Maria memintanya untuk mendekat. Dan Maria meletakkan bayi Yesus di tangan gembala tersebut.

Gembala itu, dengan menerima Sang Bayi, menjadi sadar telah menerima apa yang tidak pantas ia dapatkan, sadar tangannya menerima karunia terbesar sepanjang masa. Ia melihat tangannya, tangan yang baginya selalu kosong; tangannya telah menjadi tempat kelahiran Allah. Ia merasa dirinya dikasihi dan, mengatasi rasa malunya, mulai menunjukkan Yesus kepada orang lain, karena ia tidak dapat menyimpan bagi dirinya sendiri karunia dari segala karunia.

Saudara-saudari terkasih, jika tanganmu terasa kosong, jika kamu mengira hatimu miskin akan kasih, malam ini adalah untukmu. Kasih karunia Allah telah muncul, bersinar dalam hidupmu. Terimalah dan cahaya Natal akan bersinar di dalam dirimu.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.