Bacaan
Ekaristi : Bil. 6:22-27; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21.
“Tetapi
setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Putra-Nya, yang lahir dari seorang
perempuan” (Gal 4:4). Lahir dari seorang perempuan : Yesus datang dengan cara
ini. Ia tidak menampakkan diri di dunia sebagai orang dewasa tetapi, seperti
dikatakan Injil kepada kita, Ia "dikandung ibu-Nya" (Luk 2;21). Di
sanalah Ia menjadi manusia seperti kita : hari demi hari, bulan demi bulan. Di
dalam rahim seorang perempuan, Allah dan umat manusia dipersatukan, tidak
pernah terpisah lagi. Bahkan sekarang, di surga, Yesus hidup dalam daging yang
Ia sandang dalam rahim ibu-Nya. Di dalam diri Allah, ada daging manusiawi kita!
Pada
awal tahun, kita merayakan kesatuan perkawinan antara Allah dan umat manusia,
yang dicanangkan dalam rahim seorang perempuan. Di dalam diri Allah, selamanya
akan ada kemanusiaan kita dan Maria akan selamanya menjadi Bunda Allah. Ia
adalah perempuan sekaligus ibu : inilah apa yang penting. Dari Maria, dari
seorang perempuan, muncul keselamatan dan dengan demikian tidak ada keselamatan
tanpa seorang perempuan. Dalam diri Maria, Allah dipersatukan dengan kita, dan
jika kita ingin mempersatukan diri kita dengan-Nya, kita harus mengambil jalan
yang sama : melalui Maria, perempuan dan ibu. Itulah sebabnya kita memulai
tahun dengan merayakan Bunda Maria, perempuan yang menjalin kemanusiaan Allah.
Jika kita ingin menjalin kemanusiaan ke zaman kita ini, kita perlu memulai ulang
dari perempuan.
Lahir
dari seorang perempuan. Kelahiran kembali manusia berawal dari seorang
perempuan. Para perempuan adalah sumber kehidupan. Namun mereka terus menerus
dihina, dipukuli, diperkosa, dipaksa melacurkan diri dan menekan kehidupan yang
mereka kandung di dalam rahim. Setiap bentuk kekerasan yang diderita seorang
perempuan adalah penistaan terhadap Allah, yang lahir dari seorang perempuan.
Keselamatan manusia muncul dari tubuh seorang perempuan : kita dapat mengetahui
taraf kemanusiaan kita dengan cara kita memperlakukan tubuh perempuan. Seberapa
sering tubuh perempuan dikorbankan di altar profan iklan, laba sebanyak
mungkin, pornografi, dieksploitasi laksana sebuah kanvas untuk digunakan. Namun
tubuh perempuan harus dibebaskan dari konsumerisme; tubuh perempuan harus
dihormati dan dihargai. Tubuh mereka adalah daging yang paling luhur di dunia,
karena tubuh perempuan mengandung dan memunculkan kasih yang telah
menyelamatkan kita! Di zaman kita juga, peran ibu direndahkan, karena
satu-satunya yang menarik minat kita adalah pertumbuhan ekonomi. Ada para ibu
yang mengambil resiko dalam perjalanan yang sulit, berusaha mati-matian
memberikan masa depan yang lebih baik untuk buah rahim mereka, namun dianggap
berlebihan oleh orang-orang dengan perut kenyang tetapi hati hampa kasih.
Lahir
dari seorang perempuan. Kitab Suci mengatakan kepada kita bahwa perempuan
datang ke tempat kejadian pada puncak penciptaan, sebagai sajian akhir dari
seluruh dunia yang telah diciptakan. Karena ia berpegang teguh pada tujuan
penciptaan yang sesungguhnya : generasi dan pengamanan kehidupan, persekutuan
dengan segala perkara, peduli terhadap segala perkara. Begitu pula dengan Bunda
Allah dalam Injil hari ini. Teks mengatakan kepada kita, “Tetapi Maria
menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (ayat 19). Ia
menyimpan segala perkara ini : sukacita saat kelahiran Yesus dan dukacita
karena tidak adanya keramahan yang ditunjukkan di Betlehem; kasih Yusuf dan
keheranan para gembala; janji dan ketidakpastian akan masa depan. Ia membawa
segala perkara ke hatinya, dan di dalam hatinya, ia meletakkan segala perkara
di tempat yang benar, bahkan berbagai kesulitan dan persoalan. Di dalam
hatinya, ia dengan penuh kasih menata segala perkara dan mempercayakan
segalanya kepada Allah.
Dalam
Injil, Maria melakukan hal ini untuk kedua kalinya : di akhir kehidupan Yesus
yang tersembunyi, kita diberitahu bahwa "ibu-Nya menyimpan semua perkara
itu di dalam hatinya" (ayat 51). Pengulangan ini membuat kita sadar bahwa
“menyimpan di dalam hatinya” bukanlah sesuatu yang baik yang dilakukan Bunda
Maria dari waktu ke waktu, tetapi sesuatu kebiasaan. Para perempuan biasanya
membawa kehidupan ke hati mereka. Para perempuan menunjukkan kepada kita bahwa
makna kehidupan tidak ditemukan dalam membuat perkara tetapi dalam membawa perkara
ke hati. Hanya orang-orang yang melihat dengan hati dapat melihat perkara
dengan tepat, karena mereka tahu bagaimana "melihat" setiap orang :
melihat seorang saudara terlepas dari kesalahannya, seorang saudari terlepas
dari kesalahannya, harapan di tengah-tengah kesulitan. Mereka melihat Allah
dalam seluruh pribadi dan perkara.
Ketika
kita memulai tahun yang baru ini, marilah kita bertanya pada diri sendiri :
Apakah aku tahu bagaimana melihat dengan hati? Apakah aku tahu cara melihat
orang-orang dengan hati? Apakah aku membawa ke hati orang-orang yang hidup
denganku? Atau apakah aku menjatuhkan mereka dengan pergunjingan? Dan terutama,
apakah aku menempatkan Tuhan di pusat hatiku, atau nilai-nilai lain,
minat-minat lain, seperti kemajuan, kekayaan, kekuasaan? Hanya jika kita
membawa kehidupan ke dalam hati, kita akan tahu bagaimana peduli dan mengatasi
ketidakpedulian di sekitar kita. Jadi marilah kita mohon rahmat untuk menjalani
tahun ini dengan keinginan membawa orang lain ke hati dan peduli terhadap mereka.
Dan jika kita menginginkan dunia yang semakin baik, dunia yang akan menjadi
rumah yang penuh kedamaian dan bukan medan perang, marilah kita membawa martabat
setiap perempuan ke hati kita. Dari seorang perempuan lahir Sang Penguasa
Kedamaian. Para perempuan adalah pemberi dan perantara kedamaian serta
seharusnya sepenuhnya dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Karena
ketika para perempuan dapat berbagi karunia, dunia menemukan dirinya semakin
bersatu, semakin penuh kedamaian. Karenanya, setiap langkah maju bagi para
perempuan adalah sebuah langkah maju bagi umat manusia secara keseluruhan.
Lahir
dari seorang perempuan. Yesus, yang baru lahir, tercermin di dalam mata
perempuan, dalam wajah ibu-Nya. Dari ibu-Nya, Ia menerima belaian pertama; bersama
Maria, Ia bertukar senyuman pertama. Bersama Maria dimulai revolusi kelembutan.
Gereja, memandang Bayi Yesus, dipanggil untuk melanjutkan revolusi itu. Karena
Gereja juga, seperti Maria, adalah perempuan sekaligus ibu. Gereja adalah
perempuan dan ibu, serta di dalam diri Bunda Maria, Gereja menemukan ciri
khasnya. Gereja melihat Maria yang tak bernoda, serta merasa terpanggil untuk
mengatakan tidak terhadap dosa dan keduniawian. Gereja melihat Maria
mengandung, dan merasa terpanggil untuk memberitakan Injil dan melahirkannya
dalam kehidupan umat. Gereja melihat Maria sebagai seorang ibu, dan Gereja
merasa terpanggil untuk menerima setiap laki-laki dan perempuan sebagai seorang
putra atau putri.
Dengan
mendekati Maria, Gereja menemukan dirinya, ia menemukan pusatnya dan
kesatuannya. Musuh sifat manusiawi kita, iblis, sebaliknya berusaha untuk
memecah belah, menyoroti perbedaan, ideologi dan pemikiran berbagai pihak.
Tetapi kita tidak memahami Gereja jika kita memandangnya dengan dimulai dari struktur,
program dan kecenderungan, ideologi, dan fungsi. Kita mungkin memahami sesuatu,
tetapi bukan hati Gereja. Karena Gereja memiliki hati seorang ibu. Dan kita,
sebagai putra dan putrinya, hari ini memohon kepada Bunda Allah, yang
mengumpulkan kita bersama-sama sebagai umat beriman. Ya Bunda, lahirkanlah
harapan dalam diri kami dan bawalah kami menuju kesatuan. Perempuan
keselamatan, kepadamu kami mempercayakan tahun ini. Simpanlah di dalam hatimu.
Kami memujimu, Bunda Allah yang kudus. Bersama-sama sekarang, sebanyak tiga
kali, marilah kita berdiri dan memuji Bunda Maria, Bunda Allah yang kudus. [bersama
umat yang hadir] Bunda Allah yang kudus, Bunda Allah yang kudus, Bunda
Allah yang kudus!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.