Bacaan
Ekaristi : 1Sam. 16:1-13; Mzm. 89:20,21-22,27-28; Mrk. 2:23-28.
Menjadi
orang Kristiani, seorang imam atau seorang uskup adalah semata-mata karunia
dari Tuhan serta kekudusan berupa "menjaga" karunia ini yang kita
terima dengan cuma-cuma, dan bukan berkat jasa kita. Paus Fransiskus
menyampaikan hal tersebut dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 21
Januari 2020, di Casa Santa Marta, Vatikan.
Paus
Fransiskus menyampaikan homilinya dengan mengacu pada Mazmur Tanggapan (Mzm.
89:20,21-22,27-28) dan Bacaan Pertama (1Sam. 16:1-13) liturgi hari itu. Beliau
menjelaskan bahwa Mazmur Tanggapan mengingatkan pemilihan Daud sebagai raja
Israel, setelah Tuhan menolak Saul karena tidak taat. Sedangkan dalam Bacaan
Pertama, Tuhan mengutus Samuel untuk mengurapi sebagai raja salah seorang anak
laki-laki Isai, orang Betlehem. Pengurapan, beliau mengatakan, menunjukkan
pilihan Allah, dan dewasa ini dipergunakan untuk menahbiskan para imam dan para
uskup.
Dengan
memperhatikan bahwa kita umat Kristiani diurapi dengan minyak selama
pembaptisan, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Allah mendesak Samuel untuk
melihat melampaui penampilan karena, "bukan yang dilihat manusia yang
dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat
hati". Saudara-saudara Daud berperang melawan orang-orang Filistin untuk
mempertahankan kerajaan Israel. "Mereka telah berjasa", tetapi Allah
tidak memilih mereka. Allah memilih anak yang terakhir.
Paus
Fransiskus menggambarkan anak yang terakhir itu sebagai ”anak yang tidak bisa
duduk diam”, yang sedang menggembalakan kambing domba. Lebih lanjut, Kitab Suci
memberitahu kita bahwa ia bernama Daud dan adalah seorang pemuda yang tampan,
"berparas elok”. Setelah pengurapan, beliau melanjutkan, “Roh Tuhan
berkuasa atas Daud".
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa kisah tersebut mendorong kita untuk bercermin dan
bertanya-tanya mengapa Tuhan memilih seorang anak yang “biasa”, yang
kadang-kadang berperilaku konyol seperti yang dilakukan banyak anak muda. Ia
bahkan bukan anak yang saleh, "yang berdoa setiap hari", dan ia
memiliki tujuh saudara yang baik "yang lebih berjasa daripadanya".
Namun,
Paus Fransiskus menunjukkan, yang terkecil, "yang paling terbatas, orang
yang tidak memiliki gelar", yang tidak berperang, adalah orang yang
dipilih. Hal ini menunjukkan kepada kita "kecuma-cumaan pilihan Allah".
Menyoroti
kecuma-cumaan pilihan Allah tersebut, Paus Fransiskus juga berbicara tentang
bagaimana para imam dan para uskup menerima pengurapan secara cuma-cuma. “Ya,
ada orang-orang yang ingin maju dalam apa yang disebut karier gerejawi, yang
berperilaku "menjual Gereja", mencari pengaruh, menjadi para
pendaki”, kata Paus Fransiskus, tetapi itu bukan jalan Kristiani. “Menjadi
orang Kristiani, dibaptis, ditahbiskan sebagai imam dan uskup adalah
semata-mata karunia. Kamu tidak dapat membeli karunia Tuhan.
Bapa
Suci mengundang umat yang hadir untuk bercermin pada kehadiran mereka dalam
Misa dengan mengatakan "mengapa Tuhan memilih kita?". Bukan karena,
ia berasal dari keluarga Kristiani atau budaya Kristiani, pada kenyataannya,
banyak orang seperti itu akhirnya menolak Tuhan.
Paus
Fransiskus kemudian berbicara tentang apa yang dapat kita lakukan "untuk
menjadi kudus" dan mengatakan bahwa kekudusan Kristiani adalah
"memelihara karunia Tuhan, tidak lebih", berperilaku sedemikian rupa
sehingga Tuhan senantiasa tinggal bersama kita. Paus Fransiskus mencela sikap
beberapa orang yang bertujuan untuk menaiki tangga karier dalam Gereja dan
mengatakan bahwa diurapi sebagai seorang uskup adalah karunia.
Paus
Fransiskus mendesak umat Kristiani untuk hidup dengan kerendahan hati, dengan
demikian menjaga karunia kita telah dipilih Allah. Dan berkenaan dengan karunia
Roh Kudus yang luar biasa, beliau mengatakan, “Ketika Tuhan memilih kita, Ia
memberikan Roh Kudus kepada kita. Dan itu adalah semata-mata rahmat".
Paus
Fransiskus mengakhiri homilinya dengan memperingatkan umat Kristiani agar
jangan pernah melupakan umat Allah. “Jika kita para imam melupakan kawanan
domba kita, jika kita para uskup melupakan hal ini dan merasa lebih penting
daripada yang lain, kita menyangkal karunia Allah", beliau mengatakan.
"Melupakan umat Allah ibarat memberitahu Roh Kudus bahwa kita bisa
mengelola diri sendiri, (...) dan melupakan umat Allah tidak kristiani. Hal
tersebut tidak menjaga karunia".
Marilah
hari ini kita mohon kepada Tuhan, beliau berdoa, guna memberikan kita rahmat untuk
mengucap syukur atas karunia yang indah dan luar biasa yang telah Ia berikan
kepada kita, dan memeliharanya dengan penuh kesetiaan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.