Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 Januari 2020 : "CACING" KECEMBURUAN DAN KEDENGKIAN DALAM DIRI KITA MEMBUAT KITA SALAH MENILAI ORANG LAIN


Bacaan Ekaristi : 1Sam. 24:3-21; Mzm. 57:2,3-4,6,11; Mrk. 3:13-19.

Kita harus berhati-hati terhadap kecemburuan dan kedengkian yang membuat kita “salah menilai” orang lain. Paus Fransiskus mengawali homilinya dalam Misa harian Jumat pagi, 24 Januari 2020, di Casa Santa Marta, Vatikan, dengan mengulas bahwa kedua kata merupakan "benih peperangan". Beliau mengacu pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (1Sam. 24:3-21), yang menggambarkan memudarnya kecemburuan Raja Saul terhadap Daud.


Kecemburuan dan kedengkian, kata Paus Fransiskus, mengarah pada percakapan batin dengan diri sendiri yang membunuh orang lain. Pada kenyataannya, jika kita memikirkannya, “tidak ada kesesuaian dalam penerapan” terhadap keduanya.

Lebih lanjut Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kecemburuan Raja Saul berasal dari fakta bahwa meskipun ia telah membunuh sepuluh ribu musuh, dan Daud 'hanya' membunuh seribu musuh, para perempuan muda menyanyikan lagu-lagu tentang kemenangan Daud. Inilah, kata Paus Fransiskus, tempat dimulainya "kegelisahan kecemburuan". Akibatnya, Raja Saul berangkat dengan pasukannya untuk membunuh Daud.

"Kecemburuan bersifat jahat", kata Paus Fransiskus, kecemburuan "selalu berusaha membunuh". Dan bagi orang-orang yang mengatakan "ya, aku cemburu ... tetapi aku bukan seorang pembunuh", Paus Fransiskus menjawab, belum. "Tetapi jika kamu melanjutkannya, pada akhirnya bisa berakibat buruk". Karena, beliau mengingatkan, mudahnya membunuh, bahkan "dengan lidahmu, dengan fitnah".

Orang-orang yang cemburu, kata Paus Fransiskus, "tidak mampu melihat kenyataan", dan hanya "fakta yang sangat kuat" yang bisa membuka mata mereka. Jadi dalam pikiran Saul, "kecemburuan menuntunnya untuk percaya bahwa Daud adalah seorang pembunuh, seorang musuh".

Ketika seseorang yang cemburu akhirnya menemukan "fakta" ini, kenyataan ini, kata Paus Fransiskus, ada "rahmat yang berasal dari Allah". Ketika hal ini terjadi, "kecemburuan meletus seperti gelembung sabun", karena kecemburuan dan kedengkian tidak memiliki "kesesuaian dalam penerapan".

Beliau menjelaskan bahwa kecemburuan lahir dari percakapan dengan diri sendiri, salah mengartikan sesuatu dengan cara mencegah kita "melihat kenyataan". Ketika Allah memberikan kita rahmat untuk melihat kenyataan situasi tersebut, Ia mengundang kita untuk melihat diri kita sendiri, kata Paus Fransiskus. Kita harus “melindungi hati kita dari penyakit ini, dari percakapan dengan diri sendiri ini”.

Kita harus "berhati-hati" terhadap "cacing" yang memasuki diri kita masing-masing ini, kata Paus Fransiskus. "Ketika kita merasakan ketidaksukaan terhadap seseorang, kita harus bertanya pada diri sendiri mengapa".

Akhirnya Paus Fransiskus berdoa kepada Tuhan agar kita mempunyai rahmat memiliki hati yang jernih - hati yang bersahabat, tambahnya, yang “hanya mencari keadilan” dan kedamaian.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.