Bacaan
Ekaristi : Yes. 8:23b-9:3; Mzm. 27:1,4,13-14; 1Kor. 1:10-13,17; Mat. 4:12-23.
“Yesus
memberitakan” (Mat 4:17). Dengan kata-kata ini, penginjil Matius memperkenalkan
pelayanan Yesus. Dialah Sabda Allah yang telah datang untuk berbicara dengan
kita, dalam perkataan-Nya dan dengan hidup-Nya. Pada Hari Minggu Sabda Allah
yang pertama ini, marilah kita berjalan menuju akar pemberitaan-Nya, menuju
sumber sabda kehidupan yang sesungguhnya. Bacaan Injil hari ini (Mat 4:12-23)
membantu kita untuk memahami bagaimana, di mana dan kepada siapa Yesus mulai
memberitakan.
1. Bagaimana Ia memulai? Dengan ungkapan yang sangat sederhana :
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" (ayat 17). Inilah
pesan utama dari seluruh khotbah Yesus : memberitahu kita bahwa Kerajaan Surga
sudah dekat. Apa artinya ini? Kerajaan Surga berarti pemerintahan Allah, yaitu
cara Allah memerintah melalui hubungan-Nya dengan kita. Yesus memberitahu kita
bahwa Kerajaan Surga sudah dekat, bahwa Allah sudah dekat. Inilah hal baru,
pesan pertama : Allah tidak jauh dari kita. Ia yang tinggal di surga telah
turun ke bumi; Ia menjadi manusia. Ia telah meruntuhkan tembok-tembok dan
memperpendek jarak. Kita sendiri tidak layak untuk menerima hal ini : ia turun
untuk menemui kita.
Inilah
pesan yang penuh sukacita : Allah datang untuk mengunjungi kita secara pribadi,
dengan menjadi manusia. Ia tidak merangkul keadaan manusiawi kita demi sebuah tugas
tetapi demi cinta. Demi cinta, Ia mengambil kodrat manusiawi kita, karena kita
merangkul apa yang kita cintai. Allah mengambil kodrat manusiawi kita karena Ia
mencintai kita dan berkeinginan untuk memberi kita keselamatan yang, sendirian
dan tanpa bantuan, kita tidak bisa harapkan untuk memperolehnya. Ia ingin
tinggal bersama kita dan memberi kita keindahan hidup, kedamaian hati, sukacita
karena diampuni dan merasa dicintai.
Kita
sekarang dapat memahami tuntutan langsung yang dibuat Yesus :
"Bertobatlah", dengan kata lain, "Ubahlah hidupmu". Ubahlah
hidupmu, karena cara hidup yang baru telah dimulai. Saat ketika kamu hidup demi
diri sendiri sudah berakhir; sekarang adalah saatnya untuk hidup bersama dan
demi Allah, dengan dan demi sesama, dengan dan demi cinta. Hari ini Yesus
mengucapkan kata-kata yang sama kepadamu : "Teguhkan hati, Aku berada di
sini bersamamu, perkenankan Aku masuk dan hidupmu akan berubah". Itulah
sebabnya Tuhan memberikan sabda-Nya kepadamu, sehingga kamu dapat menerimanya
laksana sebuah surat cinta yang telah Ia tuliskan kepadamu, untuk membantumu
menyadari bahwa Ia berada di sampingmu. Sabda-Nya menghibur dan membesarkan
hatimu. Pada saat yang sama Sabda-Nya menantang kita, membebaskan kita dari
ikatan keegoisan kita dan memanggil kita untuk bertobat. Karena Sabda-Nya
memiliki kuasa untuk mengubah hidup kita dan menuntun kita keluar dari
kegelapan menuju terang.
2. Jika kita memikirkan di mana Yesus memulai pemberitaan-Nya, kita melihat
bahwa Ia memulainya dari tempat-tempat yang pada saat itu dianggap berada
"dalam kegelapan”. Baik Bacaan Pertama (Yes. 8:23b-9:3) maupun Bacaan
Injil (Mat. 4:12-23) berbicara kepada kita tentang orang-orang yang "duduk
di wilayah dan bayang-bayang maut". Mereka adalah penduduk "tanah
Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan,
Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain" (Mat. 4:15-16; bdk. Yes 8:23-9:1).
Galilea wilayah bangsa-bangsa lain, daerah ini tempat Yesus memulai pelayanan
pemberitaan-Nya, telah diberi nama ini karena terdiri dari orang-orang dengan
berbagai ras serta merupakan tempat tinggal berbagai bangsa, bahasa, dan
budaya. Galilea benar-benar merupakan "jalan ke laut", persimpangan
jalan. Para nelayan, para pengusaha, dan orang-orang asing semuanya berdiam di
sana. Galilea jelas bukan tempat untuk menemukan kemurnian keagamaan bagi umat
pilihan. Namun Yesus memulai dari sana: bukan dari halaman depan Bait Allah di
Yerusalem, tetapi dari sisi sebaliknya dari negeri itu, dari Galilea wilayah
bangsa-bangsa lain, dari wilayah perbatasan, dari pinggiran.
Di
sini ada sebuah pesan untuk kita : sabda keselamatan tidak menyusur mencari
tempat-tempat yang tidak terjamah, bersih dan aman. Sebaliknya, sabda
keselamatan memasuki tempat-tempat yang rumit dan tidak jelas dalam hidup kita.
Sekarang, demikian pula, Allah ingin mengunjungi tempat-tempat yang sungguh
kita pikirkan tidak akan pernah disusur-Nya. Namun seberapa sering kita adalah
orang-orang yang menutup pintu, lebih memilih untuk mempertahankan kebingungan
kita, sisi gelap kita dan kebohongan kita yang tersembunyi. Kita menyimpannya
terkunci di dalam, mendekati Tuhan dengan doa-doa hafalan, jangan sampai
kebenaran-Nya menggerakkan hati kita. Tetapi seperti dikatakan Bacaan Injil hari
ini : "Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam
rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan
segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu" (ayat 23). Ia melintasi
seluruh wilayah yang beragam dan rumit itu. Dengan cara yang sama, Ia tidak
takut untuk menjelajahi medan hati kita dan memasuki sudut-sudut kehidupan kita
yang paling sukar dan paling sulit. Ia tahu bahwa rahmat-Nya semata yang dapat
menyembuhkan kita, kehadiran-Nya semata yang dapat mengubah diri kita dan sabda-Nya
semata yang dapat memperbaharui diri kita. Jadi marilah kita membuka jalan
berliku hati kita terhadap-Nya, yang menyusur "jalan ke laut";
marilah kita menyambut di dalam hati kita sabda-Nya, yang “hidup dan kuat dan
lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun .. dan sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr 4:12).
3. Akhirnya, kepada siapakah Yesus mulai berbicara? Bacaan Injil mengatakan
bahwa, “ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang
bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka
sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata
kepada mereka: 'Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala
manusia'”(Mat 4:18-19). Orang-orang pertama yang dipanggil adalah para nelayan
: bukan orang-orang yang dipilih dengan seksama karena kemampuan mereka atau
orang-orang saleh yang berdoa di Bait Allah, tetapi orang-orang biasa yang
sedang bekerja.
Marilah
kita memikirkan apa yang dikatakan Yesus kepada mereka : Aku akan menjadikanmu para
penjala manusia. Ia sedang berbicara kepada para nelayan, menggunakan bahasa
yang dipahami oleh mereka. Kehidupan mereka berubah di tempat. Ia memanggil
mereka di mana mereka berada dan sebagaimana adanya, untuk menjadikan mereka
ambil bagian dalam perutusan-Nya. "Lalu mereka pun segera meninggalkan
jalanya dan mengikuti Dia" (ayat 20). Mengapa segera? Karena mereka merasa
tertarik. Mereka tidak tergesa-gesa karena mereka telah menerima sebuah perintah,
tetapi karena mereka tertarik oleh cinta. Untuk mengikuti Yesus, perbuatan baik
semata tidaklah memadai; kita harus mendengarkan panggilan-Nya setiap hari. Ia,
yang semata-mata mengenal kita dan yang mencintai kita sepenuhnya, menuntun
kita untuk memasuki kehidupan yang dalam. Sama seperti yang Ia lakukan dengan
para murid yang mendengarkan-Nya.
Itulah
sebabnya kita membutuhkan sabda-Nya: agar kita dapat mendengarkan, di tengah
ribuan kata lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari, satu sabda tersebut yang
berbicara kepada kita bukan tentang sesuatu, tetapi tentang kehidupan.
Saudara
dan saudari yang terkasih, marilah kita memberikan ruang untuk sabda Allah
dalam kehidupan kita! Setiap hari, marilah kita membaca satu atau dua ayat
Kitab Suci. Marilah kita memulainya dengan Injil : marilah kita menjaganya
tetap terbuka di meja kita, membawanya di saku kita, membacanya di gawai kita,
dan memperkenankannya mengilhami diri kita setiap hari. Kita akan menemukan
bahwa Allah dekat dengan kita, Ia mengenyahkan kegelapan kita dan, dengan cinta
yang besar, menuntun hidup kita menuju perairan yang dalam.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.