Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU BIASA III (HARI MINGGU SABDA ALLAH) DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 26 Januari 2020


Bacaan Ekaristi : Yes. 8:23b-9:3; Mzm. 27:1,4,13-14; 1Kor. 1:10-13,17; Mat. 4:12-23.

“Yesus memberitakan” (Mat 4:17). Dengan kata-kata ini, penginjil Matius memperkenalkan pelayanan Yesus. Dialah Sabda Allah yang telah datang untuk berbicara dengan kita, dalam perkataan-Nya dan dengan hidup-Nya. Pada Hari Minggu Sabda Allah yang pertama ini, marilah kita berjalan menuju akar pemberitaan-Nya, menuju sumber sabda kehidupan yang sesungguhnya. Bacaan Injil hari ini (Mat 4:12-23) membantu kita untuk memahami bagaimana, di mana dan kepada siapa Yesus mulai memberitakan.


1.       Bagaimana Ia memulai? Dengan ungkapan yang sangat sederhana : "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" (ayat 17). Inilah pesan utama dari seluruh khotbah Yesus : memberitahu kita bahwa Kerajaan Surga sudah dekat. Apa artinya ini? Kerajaan Surga berarti pemerintahan Allah, yaitu cara Allah memerintah melalui hubungan-Nya dengan kita. Yesus memberitahu kita bahwa Kerajaan Surga sudah dekat, bahwa Allah sudah dekat. Inilah hal baru, pesan pertama : Allah tidak jauh dari kita. Ia yang tinggal di surga telah turun ke bumi; Ia menjadi manusia. Ia telah meruntuhkan tembok-tembok dan memperpendek jarak. Kita sendiri tidak layak untuk menerima hal ini : ia turun untuk menemui kita.

Inilah pesan yang penuh sukacita : Allah datang untuk mengunjungi kita secara pribadi, dengan menjadi manusia. Ia tidak merangkul keadaan manusiawi kita demi sebuah tugas tetapi demi cinta. Demi cinta, Ia mengambil kodrat manusiawi kita, karena kita merangkul apa yang kita cintai. Allah mengambil kodrat manusiawi kita karena Ia mencintai kita dan berkeinginan untuk memberi kita keselamatan yang, sendirian dan tanpa bantuan, kita tidak bisa harapkan untuk memperolehnya. Ia ingin tinggal bersama kita dan memberi kita keindahan hidup, kedamaian hati, sukacita karena diampuni dan merasa dicintai.

Kita sekarang dapat memahami tuntutan langsung yang dibuat Yesus : "Bertobatlah", dengan kata lain, "Ubahlah hidupmu". Ubahlah hidupmu, karena cara hidup yang baru telah dimulai. Saat ketika kamu hidup demi diri sendiri sudah berakhir; sekarang adalah saatnya untuk hidup bersama dan demi Allah, dengan dan demi sesama, dengan dan demi cinta. Hari ini Yesus mengucapkan kata-kata yang sama kepadamu : "Teguhkan hati, Aku berada di sini bersamamu, perkenankan Aku masuk dan hidupmu akan berubah". Itulah sebabnya Tuhan memberikan sabda-Nya kepadamu, sehingga kamu dapat menerimanya laksana sebuah surat cinta yang telah Ia tuliskan kepadamu, untuk membantumu menyadari bahwa Ia berada di sampingmu. Sabda-Nya menghibur dan membesarkan hatimu. Pada saat yang sama Sabda-Nya menantang kita, membebaskan kita dari ikatan keegoisan kita dan memanggil kita untuk bertobat. Karena Sabda-Nya memiliki kuasa untuk mengubah hidup kita dan menuntun kita keluar dari kegelapan menuju terang.

2.       Jika kita memikirkan di mana Yesus memulai pemberitaan-Nya, kita melihat bahwa Ia memulainya dari tempat-tempat yang pada saat itu dianggap berada "dalam kegelapan”. Baik Bacaan Pertama (Yes. 8:23b-9:3) maupun Bacaan Injil (Mat. 4:12-23) berbicara kepada kita tentang orang-orang yang "duduk di wilayah dan bayang-bayang maut". Mereka adalah penduduk "tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain" (Mat. 4:15-16; bdk. Yes 8:23-9:1). Galilea wilayah bangsa-bangsa lain, daerah ini tempat Yesus memulai pelayanan pemberitaan-Nya, telah diberi nama ini karena terdiri dari orang-orang dengan berbagai ras serta merupakan tempat tinggal berbagai bangsa, bahasa, dan budaya. Galilea benar-benar merupakan "jalan ke laut", persimpangan jalan. Para nelayan, para pengusaha, dan orang-orang asing semuanya berdiam di sana. Galilea jelas bukan tempat untuk menemukan kemurnian keagamaan bagi umat pilihan. Namun Yesus memulai dari sana: bukan dari halaman depan Bait Allah di Yerusalem, tetapi dari sisi sebaliknya dari negeri itu, dari Galilea wilayah bangsa-bangsa lain, dari wilayah perbatasan, dari pinggiran.

Di sini ada sebuah pesan untuk kita : sabda keselamatan tidak menyusur mencari tempat-tempat yang tidak terjamah, bersih dan aman. Sebaliknya, sabda keselamatan memasuki tempat-tempat yang rumit dan tidak jelas dalam hidup kita. Sekarang, demikian pula, Allah ingin mengunjungi tempat-tempat yang sungguh kita pikirkan tidak akan pernah disusur-Nya. Namun seberapa sering kita adalah orang-orang yang menutup pintu, lebih memilih untuk mempertahankan kebingungan kita, sisi gelap kita dan kebohongan kita yang tersembunyi. Kita menyimpannya terkunci di dalam, mendekati Tuhan dengan doa-doa hafalan, jangan sampai kebenaran-Nya menggerakkan hati kita. Tetapi seperti dikatakan Bacaan Injil hari ini : "Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu" (ayat 23). Ia melintasi seluruh wilayah yang beragam dan rumit itu. Dengan cara yang sama, Ia tidak takut untuk menjelajahi medan hati kita dan memasuki sudut-sudut kehidupan kita yang paling sukar dan paling sulit. Ia tahu bahwa rahmat-Nya semata yang dapat menyembuhkan kita, kehadiran-Nya semata yang dapat mengubah diri kita dan sabda-Nya semata yang dapat memperbaharui diri kita. Jadi marilah kita membuka jalan berliku hati kita terhadap-Nya, yang menyusur "jalan ke laut"; marilah kita menyambut di dalam hati kita sabda-Nya, yang “hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun .. dan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr 4:12).

3.      Akhirnya, kepada siapakah Yesus mulai berbicara? Bacaan Injil mengatakan bahwa, “ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: 'Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia'”(Mat 4:18-19). Orang-orang pertama yang dipanggil adalah para nelayan : bukan orang-orang yang dipilih dengan seksama karena kemampuan mereka atau orang-orang saleh yang berdoa di Bait Allah, tetapi orang-orang biasa yang sedang bekerja.

Marilah kita memikirkan apa yang dikatakan Yesus kepada mereka : Aku akan menjadikanmu para penjala manusia. Ia sedang berbicara kepada para nelayan, menggunakan bahasa yang dipahami oleh mereka. Kehidupan mereka berubah di tempat. Ia memanggil mereka di mana mereka berada dan sebagaimana adanya, untuk menjadikan mereka ambil bagian dalam perutusan-Nya. "Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia" (ayat 20). Mengapa segera? Karena mereka merasa tertarik. Mereka tidak tergesa-gesa karena mereka telah menerima sebuah perintah, tetapi karena mereka tertarik oleh cinta. Untuk mengikuti Yesus, perbuatan baik semata tidaklah memadai; kita harus mendengarkan panggilan-Nya setiap hari. Ia, yang semata-mata mengenal kita dan yang mencintai kita sepenuhnya, menuntun kita untuk memasuki kehidupan yang dalam. Sama seperti yang Ia lakukan dengan para murid yang mendengarkan-Nya.

Itulah sebabnya kita membutuhkan sabda-Nya: agar kita dapat mendengarkan, di tengah ribuan kata lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari, satu sabda tersebut yang berbicara kepada kita bukan tentang sesuatu, tetapi tentang kehidupan.

Saudara dan saudari yang terkasih, marilah kita memberikan ruang untuk sabda Allah dalam kehidupan kita! Setiap hari, marilah kita membaca satu atau dua ayat Kitab Suci. Marilah kita memulainya dengan Injil : marilah kita menjaganya tetap terbuka di meja kita, membawanya di saku kita, membacanya di gawai kita, dan memperkenankannya mengilhami diri kita setiap hari. Kita akan menemukan bahwa Allah dekat dengan kita, Ia mengenyahkan kegelapan kita dan, dengan cinta yang besar, menuntun hidup kita menuju perairan yang dalam.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.