Bacaan
Ekaristi : 2Sam. 7:18-19,24-29; Mzm. 132:1-2,3-5,11,12,13-14; Mrk. 4:21-25.
"Ukuran
yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu" (Mrk. 4:24). Paus
Fransiskus menyoroti kata-kata tersebut dalam homilinya pada Misa harian Kamis
pagi, 30 Januari 2020, di Casa Santa Marta, Vatikan. Kata-kata tersebut,
memberitahu kita akan seperti apakah saat tersebut nantinya, bagaimana kita
akan dihakimi. Di beberapa titik kehidupan, dan terutama pada akhir keberadaan,
kita semua dipanggil untuk menjelaskan bagaimana kita telah menjalani
kehidupan.
Paus
Fransiskus mencatat bahwa dalam Injil Matius bab 25, penginjil memberitahu kita
"apa yang harus kita lakukan". Sedangkan perikop hari ini (Mrk.
4:21-25) menunjukkan "gaya hidup yang harus kita jalani".
“Dengan
ukuran apakah aku mengukur orang lain? Dengan ukuran apakah aku mengukur diriku
sendiri? Apakah ukuran yang murah hati, penuh dengan kasih Allah? Atau apakah
ukuran bertataran rendah?”, tanya Paus Fransiskus. Dengan pertanyaan tersebut,
beliau menggarisbawahi perlunya memperhatikan tidak hanya hal-hal buruk maupun
hal-hal baik yang kita lakukan, tetapi juga gaya hidup kita sehari-hari.
Kita
masing-masing - Paus Fransiskus melanjutkan - memiliki sebuah gaya, "suatu
cara mengukur diri, berbagai hal dan lain-lainnya". Gaya tersebut akan
menjadi ukuran yang akan digunakan Tuhan terhadap kita.
Orang-orang
yang menghakimi sesama dengan keegoisan, akan dihakimi dengan cara yang sama;
orang-orang yang tidak memiliki belas kasih dan untuk menempuh kehidupan
"sanggup menginjak-injak kepala siapapun", akan dihakimi "tanpa
belas kasih". Tetapi umat Kristiani memiliki sebuah model yang berbeda,
tegas Paus Fransiskus, dan harus menanyakan pada diri sendiri apakah ukuran
kita adalah ukuran yang diminta Yesus dari kita.
Orang
Kristiani yang tidak memiliki sanggup menjadi rendah hati, bukanlah orang
Kristiani sejati, Paus Fransiskus menjelaskan seraya mengingatkan bahwa Yesus
“merendahkan diri sampai wafat - bahkan wafat di kayu salib”. Ia adalah Allah,
tetapi Ia tidak bersikukuh pada hal itu : Ia merendahkan diri-Nya. Inilah
modelnya.
Paus
Fransiskus melanjutkan dengan membahas contoh gaya hidup yang ia definisikan
sebagai "duniawi" dan dengan demikian tidak sanggup mengikuti model
Yesus. Beliau menyebutkan bagaimana kadang-kadang para uskup mengeluh kepadanya
ketika mereka merasa sulit untuk memindahkan para imam ke paroki-paroki yang
“dianggap berkategori lebih rendah”. Para imam berpikir bahwa mereka dihukum,
serta mengatakan bahwa para uskup menggunakan ukuran duniawi untuk mengevaluasi
dan menilai ketimbang ukuran kristiani.
Paus
Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mengundang umat yang hadir untuk
menjalani hidup mereka dengan rasa iba dan belas kasih serta memohon rahmat
kepada Tuhan agar hidup secara Kristiani, tidak pernah takut akan salib
kerendahan hati "karena inilah jalan yang telah Ia pilih untuk
menyelamatkan kita".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.