Bacaan
Ekaristi : 2Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3;43:3,4; Luk. 4:24-30.
Dalam
kedua Bacaan liturgi yang kita renungkan hari ini ada sebuah sikap yang menarik
perhatian kita, sebuah sikap manusiawi, tetapi bukan sikap yang berjiwa baik :
kemarahan. Orang-orang Nazaret mulai mendengarkan Yesus, mereka menyukai cara
Ia berbicara, tetapi kemudian seseorang berkata, “Tetapi di perguruan tinggi
apakah Ia telah belajar? Ia adalah anak Maria dan Yusuf; Ia menjadi seorang
tukang kayu! Apa yang akan Ia katakan kepada kita?" Dan orang-orang
menghina-Nya. Mereka menjadi marah (bdk. Luk 4:28). Dan kemarahan ini membuat
mereka melakukan kekerasan. Dan Yesus yang mereka kagumi pada awal khotbah,
mereka halau untuk dilemparkan dari atas tebing (bdk. ayat 29).
Juga
Naaman - Naaman adalah orang yang baik, terbuka terhadap iman -, tetapi ketika
nabi menyuruhnya untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan, ia gusar. Tetapi
mengapa? "'Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri
memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas
tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah
Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di
Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?' Kemudian
berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati” (2Raj 5:11-12) - dengan kemarahan.
Di
Nazaret juga ada orang-orang yang baik. Namun, apa yang ada di balik
orang-orang yang baik ini yang menuntun mereka pada sikap marah ini? Dan
jeleknya di Nazaret : menjadi kekerasan. Baik orang-orang di rumah ibadat
maupun Naaman berpikir bahwa Allah mengejawantahkan diri-Nya hanya dalam
ha;-hal yang luar biasa, dalam hal-hal di luar kelaziman; bahwa Allah tidak
dapat bertindak dalam hal-hal yang lazim dalam kehidupan, dalam kesederhanaan.
Mereka meremehkan hal-hal yang sederhana. Mereka meremehkan; mereka mencemooh
hal-hal yang sederhana. Dan Allah kita membuat kita memahami bahwa Ia selalu bertindak
dalam kesederhanaan : dalam kesederhanaan, di rumah Nazaret, dalam
kesederhanaan pekerjaan sehari-hari, dalam kesederhanaan doa ... hal-hal yang
sederhana. Sebaliknya, roh duniawi menuntun kita pada kesombongan, pada
penampilan ... dan keduanya berakhir dengan kekerasan. Naaman sangat
berpendidikan, tetapi ia membanting pintu ketika berjumpa nabi Elisa dan pergi.
Kekerasan, itu adalah isyarat kekerasan. Orang-orang di rumah ibadat mulai
marah, menjadi marah dan mereka memutuskan untuk membunuh Yesus, tetapi tanpa
sadar, dan mereka menghalau-Nya untuk melemparkan-Nya. Kemarahan adalah godaan
yang mengerikan dan mengarah pada kekerasan.
Beberapa
hari yang lalu, di gawai saya melihat sebuah film mengenai pintu sebuah gedung
yang dikarantina. Ada seseorang, seorang muda yang ingin pergi keluar. Dan
penjaga mengatakan kepadanya bahwa ia tidak boleh keluar. Dan penjaga itu
memukulnya, dengan amarah, dengan cemoohan. "Tetapi siapa kamu, ‘negro’,
menghalangiku keluar?" Kemarahan adalah sikap orang yang sombong, tetapi
sikap orang yang sombong ... dengan kemiskinan roh yang mengerikan, orang-orang
yang sombong yang hidup hanya dengan khayalan yang melebihi kenyataan mereka.
Orang-orang yang marah adalah “sebuah kelas rohani” : pada kenyataannya, sering
kali orang-orang ini perlu marah, naik darah, untuk merasakan diri mereka
sebagai seseorang.
Hal
ini juga dapat terjadi pada diri kita : "kerisihan orang Farisi",
para teolog menyebutnya, yaitu, membuat saya risih dengan hal-hal yang
merupakan kesederhanaan Allah; kesederhanaan orang miskin, kesederhanaan orang
Kristiani, seolah-olah mengatakan: "Tetapi hal ini bukan Allah. Tidak
tidak. Allah kita lebih berbudaya; Ia lebih bijaksana, Ia lebih penting. Allah
tidak bisa bertindak dalam kesederhanaan ini". Dan kemarahan selalu
menyebabkan kita melakukan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan
tutur kata, yang membunuh seperti kekerasan fisik.
Marilah
kita memikirkan dua perikop ini : kemarahan orang-orang di rumah ibadat Nazaret
dan kemarahan Naaman, karena mereka tidak memahami kesederhanaan Allah kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.