Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 23 Maret 2020 : IMAN, KETEKUNAN DAN KEKUATAN HATI


Bacaan Ekaristi : Yes. 65:17-21; Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a; Yoh. 4:43-54.


Ayah ini meminta kesehatan anaknya (bdk. Yoh 4:43-54). Tuhan sedikit menegur orang-orang, dan juga dia : "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya" (bdk. ayat 48). Bukannya tenang dan diam, pegawai istana itu, maju dan berkata kepada-Nya : "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati" (ayat 49). Dan Yesus menjawabnya : "Pergilah, anakmu hidup" (ayat 50).


Diperlukan tiga hal untuk berdoa dengan baik. Hal yang pertama adalah iman : “jika kamu tidak memiliki iman ..." Dan berkali-kali, doa hanya lisan, dengan mulut, tetapi tidak berasal dari iman hati; atau berasal dari iman yang lemah ... Kita memikirkan ayah lainnya, ayah yang anaknya kerasukan roh jahat, ketika Yesus menjawab : “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"; ayah yang mengatakan dengan lantang : “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (bdk. Mrk 9:23-24). Iman dalam doa - berdoa dengan iman, entah ketika kita berdoa di luar [di sebuah tempat ibadah], entah ketika kita datang ke sini, dan Tuhan ada di sana : apakah aku memiliki iman, atau merupakan sebuah kebiasaan? Marilah kita penuh perhatian dalam doa : kita tidak boleh jatuh ke dalam kebiasaan tanpa kesadaran bahwa Tuhan ada di sana, bahwa aku berbicara dengan Tuhan dan bahwa Ia mampu menyelesaikan persoalan. Persyaratan yang pertama untuk berdoa dengan benar adalah iman.

Persyaratan yang kedua, yang diajarkan Yesus sendiri kepada kita, adalah ketekunan. Beberapa orang meminta tetapi rahmat tidak kunjung datang : mereka tidak memiliki ketekunan ini, karena pada dasarnya mereka tidak membutuhkannya, atau tidak memiliki iman. Dan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita perumpamaan tentang orang yang pergi ke sahabatnya pada tengah malam untuk meminta roti : ketekunan dalam mengetuk pintu (bdk. Luk 11:5-8). Atau janda, dengan hakim yang tidak takut akan Allah : dan ia bersikeras dan bersikeras dan bersikeras : itulah ketekunan (bdk. Luk 18:1-8). Iman dan ketekunan berjalan seiring, karena jika kamu memiliki iman, kamu dapat yakin bahwa Tuhan akan memberikan apa yang kamu minta. Dan jika Tuhan membuatmu menunggu, ketuk, ketuk, ketuk <dan> pada akhirnya, Tuhan memberikan rahmat. Namun, Tuhan tidak melakukan hal ini untuk membuat diri-Nya dikehendaki, atau karena Ia mengatakan "lebih baik dia menunggu", tidak. Ia melakukannya untuk kebaikan kita, sehingga kita sungguh-sungguh menganggapnya. Sungguh-sungguh menganggap doa, bukan seperti burung beo : bla, bla, bla dan tidak ada yang lain. Yesus sendiri akan menegur kita : “Jangan seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah yang yakin pada keampuhan doa <dengan> kata-kata, banyaknya kata-kata” (bdk. Mat 6:7-8). Tidak, ketekunan <diperlukan> di sana; itulah iman.

Dan hal yang ketiga yang diinginkan Tuhan dalam doa adalah kekuatan hati. Seseorang mungkin berpikir : apakah untuk berdoa dan berada di hadapan Tuhan diperlukan kekuatan hati? Yaitu, kekuatan hati untuk berada di sana dan memohon tetapi selanjutnya, malahan, hampir ... hampir - saya tidak ingin mengatakan bidaah - seolah-olah mengancam Tuhan. Seperti kekuatan hati Musa di hadapan Allah, ketika Allah ingin membinasakan bangsa Israel dan menjadikannya pemimpin bangsa lain, ia berkata : “Tidak. Aku akan tinggal bersama bangsa Israel” (bdk. Kel 32:7-14). Kekuatan hati, kekuatan hati Abraham, ketika ia mengadakan permufakatan sehubungan dengan keselamatan Sodom : “Dan sekiranya kurang 30 orang, dan sekiranya kurang 25 orang, dan sekiranya kurang 20 orang ...“ : di sana ada kekuatan hati (bdk. Kej 18:22-33). Kebajikan kekuatan hati ini sangat diperlukan, tidak hanya untuk tindakan kerasulan tetapi juga untuk doa.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.