Bacaan
Ekaristi : 2Sam. 7:4-5a,12-14a,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm. 4:13,16-18,22;
Mat. 1:16,18-21,24a.
Bacaan
Injil (Mat 1:16.18-21.24) memberitahu kita bahwa Yusuf "tulus hati",
yaitu, orang yang beriman, yang menghayati iman. Seorang yang dapat dicatat
dalam daftar semua orang beriman yang kita kenang hari ini dalam Bacaan Ofisi
(bdk. Ibr. 11:1-16); orang-orang yang menghayati iman sebagai landasan dari
segala sesuatu yang diharapkan, sebagai jaminan dari segala sesuatu yang tidak
terlihat, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat.
Yusuf
adalah orang yang beriman : oleh karena itu, ia “tulus hati”. Bukan hanya
karena ia percaya tetapi juga karena ia menghayati iman ini - seorang yang
"tulus hati". Ia dipilih untuk mendidik seorang yang sungguh manusia
tetapi juga sungguh Allah : seorang Allah-manusia diperlukan untuk mendidik
orang seperti itu, tetapi tidak ada seorang pun yang seperti itu. Tuhan memilih
<orang>"yang tulus hati" , orang yang beriman; orang yang mampu
menjadi manusia dan juga mampu berbicara dengan Allah, mampu memasuki misteri
Allah. Dan inilah kehidupan Yusuf : menghayati profesinya, hidupnya sebagai
manusia dan masuk ke dalam misteri Allah; seorang yang mampu berbicara dengan
misteri Allah, mampu berbincang-bincang dengan misteri Allah. Ia bukan seorang
pemimpi; ia masuk ke dalam misteri Allah, sehakekat dengan yang ia lakukan
terhadap keahliannya bertukang, dengan ketelitian keahliannya bertukang : ia
mampu mengukur kayu hingga satuan milimeter, ia tahu bagaimana melakukannya; ia
mampu menipiskan, memipihkan kayu, permukaan <potongan> kayu sebesar satu
milimeter. Karena tulus hati, ia teliti, tetapi ia juga mampu masuk dalam
misteri yang tidak bisa ia kendalikan.
Inilah
kekudusan Yusuf : menjalankan kehidupannya, keahliannya bertukang dengan
perilaku yang tulus hati, dengan profesionalisme dan, pada saat itu, masuk ke
dalam misteri Allah. Ketika Injil berbicara kepada kita tentang mimpi-mimpi Yusuf,
Injil membuat kita memahami hal ini : ia masuk ke dalam misteri Allah.
Pada
Hari Raya Santo Yusuf ini, saya memikirkan Gereja dewasa ini - umat kita, para
uskup kita, para imam kita, para pelaku hidup bakti kita, para Paus : apakah
mereka mampu masuk ke dalam misteri Allah? Atau apakah mereka perlu mengatur
diri mereka menurut berbagai ketetapan yang melindungi mereka dari apa yang
tidak dapat mereka kendalikan? Ketika Gereja kehilangan kemungkinan masuk ke
dalam misteri Allah, ia kehilangan kemampuan untuk menyembah. Doa penyembahan
hanya bisa terjadi ketika Gereja masuk ke dalam misteri Allah.
Marilah
kita memohonkan kepada Tuhan rahmat agar Gereja dapat hidup untuk mewujudkan
kehidupan sehari-hari dan juga “mewujudkan” - dalam tanda kutip - misteri
Allah. Jika ia tidak bisa melakukannya, ia akan menjadi setengah Gereja; ia
akan menjadi sebuah lembaga yang saleh, yang dijalankan dengan berbagai ketetapan
tetapi tanpa rasa penyembahan. Masuk ke dalam misteri Allah bukanlah bermimpi;
masuk dalam misteri Allah adalah hal ini : menyembah. Masuk ke dalam misteri
Allah adalah dewasa ini melakukan apa
yang akan kita lakukan di masa depan, ketika kita datang ke hadirat Allah :
penyembahan.
Semoga
Tuhan menganugerahkan rahmat ini kepada Gereja.
[Sebelum
mengakhiri Misa, Paus Fransiskus menganjurkan Komuni Rohani dalam masa sulit
ini, mengingat wabah virus Corona, yang, di Italia, telah menyebabkan
penangguhan Misa dengan keikutsertaan umat, untuk menghindari penularan. Paus
Fransiskus mengakhiri perayaan dengan Adorasi Ekaristi dan Berkat Sakramen Mahakudus].
[Berikut
adalah ajakan Bapa Suci untuk melakukan Komuni Rohani]
Saya
mengundang semua orang nun jauh dan mengikuti Misa di televisi, untuk melakukan
Komuni Rohani.
Aku
bersujud di kaki-Mu, ya Yesus, dan aku mempersembahkan kepada-Mu pertobatan
sesal hatiku, yang merendah dalam ketiadaan di hadirat-Mu yang kudus. Aku
menyembah-Mu dalam Sakramen Kasih-Mu; aku berkehendak untuk menerima-Mu dalam
kediaman kaum miskin yang dipersembahkan hatiku kepada-Mu. Seraya menanti
kebahagiaan Komuni Sakramental, roh-Ku ingin memiliki-Mu. Datanglah kepadaku,
ya Yesus, agar aku dapat datang kepada-Mu. Semoga kasih-Mu membara dalam
segenap keberadaanku, dalam kehidupan dan dalam kematian. Aku percaya
kepada-Mu, aku berharap kepada-Mu, aku mengasihi-Mu. Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.