Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 April 2020 : KESETIAAN KITA MERUPAKAN TANGGAPAN KESETIAAN ALLAH


Bacaan Ekaristi : Kis. 3:1-10; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9; Luk. 24:35-48.


Kemarin kita bercermin pada Maria Magdalena (Yoh. 20:11-18) sebagai ikon kesetiaan - kesetiaan kepada Allah. Tetapi, bagaimana kesetiaan pada Allah, pada apa Allah ini? Persisnya kepada Allah yang setia. Kesetiaan kita tidak lain adalah sebuah tanggapan terhadap kesetiaan Allah. Allah yang setia pada sabda-Nya, yang setia pada janji-Nya, yang berjalan bersama umat-Nya, mengedepankan janji itu mendekati umat-Nya. Setia pada janji itu, Allah yang terus-menerus merasakan diri-Nya sebagai Juruselamat umat karena Ia setia pada janji itu. Allah, yang mampu menjadikan kembali berbagai hal, menciptakan kembali, seperti yang dilakukan-Nya dengan orang yang lumpuh sejak lahir yang kakinya diciptakan kembali oleh-Nya, Ia menyembuhkannya (bdk. Kis 3:6-8), Allah yang menyembuhkan, Allah yang selalu membawa penghiburan kepada umat-Nya. Allah yang menciptakan kembali - penciptaan kembali yang baru : inilah kesetiaan-Nya pada kita - penciptaan kembali yang lebih indah daripada penciptaan.


Allah yang berjalan maju dan tidak lelah bekerja - kita katakan "bekerja", "ad instar laborantis" (bdk. Latihan Rohani, 236), seperti yang dikatakan para teolog - untuk membawa orang-orang maju, dan Ia tidak takut menjadi "lelah", katakanlah demikian ... Seperti gembala yang ketika ia pulang, ia menyadari bahwa ia kehilangan seekor domba dan pergi; ia kembali untuk mencari domba yang hilang di sana (bdk. Mat 18:12-14). Gembala yang melakukan yang luar biasa, tetapi karena cinta, karena kesetiaan ... Dan Allah kita adalah Allah yang melakukan yang luar biasa, tetapi tidak menerima bayaran : Ia melakukannya dengan bebas. Itulah kesetiaan kecuma-cumaan, kesetiaan kelimpahan. Dan kesetiaan yakni ayah yang mampu keluar berkali-kali di teras untuk melihat apakah putranya kembali, dan yang tidak lelah keluar : ia menunggunya untuk merayakannya (bdk. Luk 15:21-24) . Kesetiaan Allah adalah perayaan, kesetiaan Allah adalah sukacita, kesetiaan Allah adalah semacam sukacita yang membuat kita berperilaku seperti orang yang lumpuh ini : ia memasuki Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah (bdk. Kis 3:8-9). Kesetiaan Allah adalah perayaan, kesetiaan Allah adalah perayaan cuma-cuma; kesetiaan Allah adalah perayaan bagi kita semua.

Kesetiaan Allah adalah kesetiaan yang tekun : Ia memiliki ketekunan dengan umat-Nya, Ia mendengarkan mereka, Ia membimbing mereka, Ia menjelaskan secara perlahan kepada mereka dan menghangatkan hati mereka, seperti yang dilakukan-Nya dengan kedua murid yang sedang berjalan jauh dari Yerusalem : Ia menghangatkan mereka hati sehingga mereka kembali ke rumah (bdk. Luk 24:32-33). Kesetiaan Allah adalah apa yang tidak kita ketahui : apa yang terjadi dalam percakapan [antara Yesus dan Petrus] itu; namun, Allah yang bermurah hati mencari Petrus, yang telah menyangkal-Nya, yang telah menyangkal. Kita hanya tahu bahwa Tuhan telah bangkit dan menampakkan diri kepada Simon : kita tidak tahu apa yang terjadi dalam percakapan itu (bdk. Luk 24:34), tetapi kita tahu bahwa kesetiaan Allahlah yang mencari Petrus. Kesetiaan Allah selalu mendahului kita dan kesetiaan kita selalu merupakan sebuah tanggapan terhadap kesetiaan yang mendahului kita itu. Allahlah yang selalu mendahului kita. Dan di musim semi bunga pohon badam berbunga terlebih dahulu. Setia berarti memuji kesetiaan ini, setia pada kesetiaan ini. Setia merupakan sebuah tanggapan terhadap kesetiaan ini.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.