Bacaan
Ekaristi : Kis. 3:1-10; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9; Luk. 24:35-48.
Kemarin
kita bercermin pada Maria Magdalena (Yoh. 20:11-18) sebagai ikon kesetiaan -
kesetiaan kepada Allah. Tetapi, bagaimana kesetiaan pada Allah, pada apa Allah
ini? Persisnya kepada Allah yang setia. Kesetiaan kita tidak lain adalah sebuah
tanggapan terhadap kesetiaan Allah. Allah yang setia pada sabda-Nya, yang setia
pada janji-Nya, yang berjalan bersama umat-Nya, mengedepankan janji itu
mendekati umat-Nya. Setia pada janji itu, Allah yang terus-menerus merasakan
diri-Nya sebagai Juruselamat umat karena Ia setia pada janji itu. Allah, yang
mampu menjadikan kembali berbagai hal, menciptakan kembali, seperti yang
dilakukan-Nya dengan orang yang lumpuh sejak lahir yang kakinya diciptakan
kembali oleh-Nya, Ia menyembuhkannya (bdk. Kis 3:6-8), Allah yang menyembuhkan,
Allah yang selalu membawa penghiburan kepada umat-Nya. Allah yang menciptakan
kembali - penciptaan kembali yang baru : inilah kesetiaan-Nya pada kita -
penciptaan kembali yang lebih indah daripada penciptaan.
Allah
yang berjalan maju dan tidak lelah bekerja - kita katakan "bekerja",
"ad instar laborantis" (bdk. Latihan Rohani, 236), seperti
yang dikatakan para teolog - untuk membawa orang-orang maju, dan Ia tidak takut
menjadi "lelah", katakanlah demikian ... Seperti gembala yang ketika
ia pulang, ia menyadari bahwa ia kehilangan seekor domba dan pergi; ia kembali
untuk mencari domba yang hilang di sana (bdk. Mat 18:12-14). Gembala yang
melakukan yang luar biasa, tetapi karena cinta, karena kesetiaan ... Dan Allah
kita adalah Allah yang melakukan yang luar biasa, tetapi tidak menerima bayaran
: Ia melakukannya dengan bebas. Itulah kesetiaan kecuma-cumaan, kesetiaan
kelimpahan. Dan kesetiaan yakni ayah yang mampu keluar berkali-kali di teras
untuk melihat apakah putranya kembali, dan yang tidak lelah keluar : ia menunggunya
untuk merayakannya (bdk. Luk 15:21-24) . Kesetiaan Allah adalah perayaan,
kesetiaan Allah adalah sukacita, kesetiaan Allah adalah semacam sukacita yang
membuat kita berperilaku seperti orang yang lumpuh ini : ia memasuki Bait
Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah (bdk. Kis 3:8-9).
Kesetiaan Allah adalah perayaan, kesetiaan Allah adalah perayaan cuma-cuma;
kesetiaan Allah adalah perayaan bagi kita semua.
Kesetiaan
Allah adalah kesetiaan yang tekun : Ia memiliki ketekunan dengan umat-Nya, Ia
mendengarkan mereka, Ia membimbing mereka, Ia menjelaskan secara perlahan
kepada mereka dan menghangatkan hati mereka, seperti yang dilakukan-Nya dengan
kedua murid yang sedang berjalan jauh dari Yerusalem : Ia menghangatkan mereka
hati sehingga mereka kembali ke rumah (bdk. Luk 24:32-33). Kesetiaan Allah
adalah apa yang tidak kita ketahui : apa yang terjadi dalam percakapan [antara
Yesus dan Petrus] itu; namun, Allah yang bermurah hati mencari Petrus, yang
telah menyangkal-Nya, yang telah menyangkal. Kita hanya tahu bahwa Tuhan telah
bangkit dan menampakkan diri kepada Simon : kita tidak tahu apa yang terjadi
dalam percakapan itu (bdk. Luk 24:34), tetapi kita tahu bahwa kesetiaan
Allahlah yang mencari Petrus. Kesetiaan Allah selalu mendahului kita dan
kesetiaan kita selalu merupakan sebuah tanggapan terhadap kesetiaan yang
mendahului kita itu. Allahlah yang selalu mendahului kita. Dan di musim semi
bunga pohon badam berbunga terlebih dahulu. Setia berarti memuji kesetiaan ini,
setia pada kesetiaan ini. Setia merupakan sebuah tanggapan terhadap kesetiaan
ini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.