Bacaan
Ekaristi : Kis. 3:11-26; Mzm. 8:2a,5,6-7,8-9; Luk. 24:35-48.
Pada
hari-hari ini orang-orang di Yerusalem memiliki banyak perasaan : takut,
terkejut, ragu-ragu. "Karena orang yang lumpuh sejak lahirnya tetap
mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan
itu datang mengerumuni mereka" (Kis 3:11), ada suasana cemas karena
berbagai hal yang terjadi yang tidak terpahami. Tuhan pergi kepada
murid-murid-Nya. Mereka juga mengetahui bahwa Ia sudah bangkit; Petrus juga
mengetahuinya karena ia telah berbicara dengan-Nya pagi itu. Dua murid yang kembali
dari Emaus mengetahuinya, tetapi ketika Tuhan menampakkan diri kepada mereka,
mereka takut. "Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka
melihat hantu" (Luk 24:37); mereka telah memiliki pengalaman yang sama di
danau, ketika Yesus datang berjalan di atas air. Namun, pada saat itu Petrus,
memberanikan diri, bertaruh pada Tuhan dan berkata : "Tuhan, apabila
Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air" (bdk Mat
14:28). Hari ini Petrus bungkam; ia telah berbicara dengan Tuhan pagi itu, dan
tidak ada seorangpun yang tahu apa yang mereka katakan satu sama lain dalam
percakapan itu, jadi ia bungkam. Namun, mereka semua begitu dipenuhi rasa takut
dan kecewa, mereka pikir mereka melihat hantu. Ia berkata kepada mereka,
"Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati
kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku ..." Ia membuat mereka melihat
luka-luka-Nya (bdk. Luk 24:38-39), harta Yesus yang Ia bawa ke Surga untuk
dilihat Bapa-Nya dan menjadi perantara kita. "Rabalah Aku dan lihatlah,
karena hantu tidak ada daging dan tulangnya".
Dan
kemudian ada ungkapan yang memberi saya banyak penghiburan dan, oleh karena
itu, perikop Injil ini adalah salah satu favorit saya : “Dan ketika mereka
belum percaya karena girangnya ... (bdk. Luk 24:41) sekali lagi, dan penuh
keheranan, sukacita mereka menghalangi mereka untuk percaya. Sukacita itu
begitu luar biasa sehingga mereka berpikir : "tidak, ini tidak mungkin
benar. Sukacita ini tidak nyata, terlalu banyak sukacita". Dan ini menghalangi
mereka untuk percaya - sukacita, saat-saat sukacita yang luar biasa; mereka
penuh sukacita tetapi dilumpuhkan oleh sukacita. Dan sukacita adalah salah satu
keinginan Paulus untuk jemaatnya di Roma. “Semoga Allah, sumber pengharapan,
memenuhi kamu dengan segala sukacita” (bdk. Rm 15:13), ia berkata kepada mereka
- penuh sukacita, menjadi penuh sukacita. Itulah pengalaman penghiburan yang
tertinggi, ketika Tuhan menjadikan kita memahami bahwa ini adalah sesuatu yang
lain dibanding ceria, baik, berseri-seri ... Tidak, itu sesuatu yang lain.
Penuh sukacita ... tetapi penuh sukacita, sukacita yang meluap, yang
benar-benar menguasai diri kita. Dan, oleh karena itu, Paulus berharap agar
"Allah, sumber pengharapan dapat memenuhi" jemaat Roma "dengan
segala sukacita."
Dan
kata itu, ungkapan itu, memenuhi dengan segala sukacita diulang berkali-kali.
Misalnya, ketika hal itu terjadi di penjara dan Paulus menyelamatkan nyawa
kepala penjara, yang hendak bunuh diri, karena pintu-pintu penjara terbuka oleh
gempa bumi, dan kemudian ia memberitakan Injil kepadanya, membaptisnya dan
kepala penjara tersebut, kata Kitab Suci, "penuh sukacita" karena
telah menjadi percaya (bdk. Kis 16:29-34). Hal yang sama terjadi dengan
pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ketika Filipus membaptisnya,
kemudian menghilang dan <pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake>
meneruskan perjalanannya “dengan sukacita” (lih. Kis 8:39). Hal yang sama
terjadi pada hari Kenaikan: para murid pulang ke Yerusalem, kata Kitab Suci,
"dengan sangat bersukacita" (bdk. Luk 24:52-53). Sukacita adalah
kepenuhan penghiburan, kepenuhan kehadiran Tuhan, karena, seperti yang
dikatakan Paulus kepada jemaat Galatia, "sukacita adalah buah Roh
Kudus" (bdk. Gal 5:22); sukacita bukan akibat dari emosi yang meledak
karena sesuatu yang menakjubkan ... Tidak, lebih dari itu. Sukacita ini, yang
memenuhi diri kita, adalah buah Roh Kudus. Kita tidak dapat memiliki sukacita
ini tanpa Roh Kudus. Menerima sukacita Roh Kudus aadalah rahmat.
Ada
terlintas dalam pikiran angka-angka terakhir, paragraf-paragraf terakhir dari
Seruan Apostolik Paus Paulus VI Evangelii Nuntiandi (bdk. no. 79-80), ketika ia
berbicara tentang umat Kristiani yang penuh sukacita, para penginjil yang penuh
sukacita, dan bukan orang-orang yang selalu penuh sesal. Hari ini adalah hari
yang baik untuk membacanya, penuh sukacita. Inilah yang dikatakan Kitab Suci
kepada kita, ”Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya ...",
sukacita tersebut begitu luar biasa sehingga mereka belum percaya.
Ada
sebuah perikop dalam Kitab Nehemia, yang akan membantu kita hari ini dalam
berkaca pada sukacita ini. Orang-orang yang telah pulang ke Yerusalem menemukan
kembali Hukum Taurat, Hukum Taurat ditemukan kembali - mereka mengenal Hukum
Taurat dengan hati karena mereka tidak dapat menemukan Kitab Hukum tersebut -
mereka memiliki perayaan yang luar biasa dan semua orang berkumpul untuk
mendengarkan Ezra sang imam yang membacakan Kitab Hukum Taurat. Orang-orang,
terharu, menangis; mereka menangis dengan sukacita karena sesungguhnya Kitab
Hukum Taurat ditemukan dan mereka menangis, tangisan mereka penuh sukacita ...
Pada akhirnya, ketika imam Ezra selesai, Nehemia berkata kepada orang-orang,
"Jangan kamu berdukacita dan menangis!, jangan kamu bersusah hati, sebab
sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!" (bdk. Neh 8:1-12).
Kata
Kitab Nehemia ini akan membantu kita hari ini. Kekuatan yang luar biasa di mana
kita mengubah rupa, memberitakan Injil, berjalan maju sebagai saksi-saksi
kehidupan adalah sukacita Tuhan dan buah Roh Kudus, serta hari ini kita memohon
kepada-Nya untuk menganugerahkan kita buah ini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.