Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 April 2020 : SUKACITA ADALAH KARUNIA ROH KUDUS, BUKAN SEKADAR EMOSI


Bacaan Ekaristi : Kis. 3:11-26; Mzm. 8:2a,5,6-7,8-9; Luk. 24:35-48.


Pada hari-hari ini orang-orang di Yerusalem memiliki banyak perasaan : takut, terkejut, ragu-ragu. "Karena orang yang lumpuh sejak lahirnya tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka" (Kis 3:11), ada suasana cemas karena berbagai hal yang terjadi yang tidak terpahami. Tuhan pergi kepada murid-murid-Nya. Mereka juga mengetahui bahwa Ia sudah bangkit; Petrus juga mengetahuinya karena ia telah berbicara dengan-Nya pagi itu. Dua murid yang kembali dari Emaus mengetahuinya, tetapi ketika Tuhan menampakkan diri kepada mereka, mereka takut. "Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu" (Luk 24:37); mereka telah memiliki pengalaman yang sama di danau, ketika Yesus datang berjalan di atas air. Namun, pada saat itu Petrus, memberanikan diri, bertaruh pada Tuhan dan berkata : "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air" (bdk Mat 14:28). Hari ini Petrus bungkam; ia telah berbicara dengan Tuhan pagi itu, dan tidak ada seorangpun yang tahu apa yang mereka katakan satu sama lain dalam percakapan itu, jadi ia bungkam. Namun, mereka semua begitu dipenuhi rasa takut dan kecewa, mereka pikir mereka melihat hantu. Ia berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku ..." Ia membuat mereka melihat luka-luka-Nya (bdk. Luk 24:38-39), harta Yesus yang Ia bawa ke Surga untuk dilihat Bapa-Nya dan menjadi perantara kita. "Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya".


Dan kemudian ada ungkapan yang memberi saya banyak penghiburan dan, oleh karena itu, perikop Injil ini adalah salah satu favorit saya : “Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya ... (bdk. Luk 24:41) sekali lagi, dan penuh keheranan, sukacita mereka menghalangi mereka untuk percaya. Sukacita itu begitu luar biasa sehingga mereka berpikir : "tidak, ini tidak mungkin benar. Sukacita ini tidak nyata, terlalu banyak sukacita". Dan ini menghalangi mereka untuk percaya - sukacita, saat-saat sukacita yang luar biasa; mereka penuh sukacita tetapi dilumpuhkan oleh sukacita. Dan sukacita adalah salah satu keinginan Paulus untuk jemaatnya di Roma. “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita” (bdk. Rm 15:13), ia berkata kepada mereka - penuh sukacita, menjadi penuh sukacita. Itulah pengalaman penghiburan yang tertinggi, ketika Tuhan menjadikan kita memahami bahwa ini adalah sesuatu yang lain dibanding ceria, baik, berseri-seri ... Tidak, itu sesuatu yang lain. Penuh sukacita ... tetapi penuh sukacita, sukacita yang meluap, yang benar-benar menguasai diri kita. Dan, oleh karena itu, Paulus berharap agar "Allah, sumber pengharapan dapat memenuhi" jemaat Roma "dengan segala sukacita."

Dan kata itu, ungkapan itu, memenuhi dengan segala sukacita diulang berkali-kali. Misalnya, ketika hal itu terjadi di penjara dan Paulus menyelamatkan nyawa kepala penjara, yang hendak bunuh diri, karena pintu-pintu penjara terbuka oleh gempa bumi, dan kemudian ia memberitakan Injil kepadanya, membaptisnya dan kepala penjara tersebut, kata Kitab Suci, "penuh sukacita" karena telah menjadi percaya (bdk. Kis 16:29-34). Hal yang sama terjadi dengan pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ketika Filipus membaptisnya, kemudian menghilang dan <pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake> meneruskan perjalanannya “dengan sukacita” (lih. Kis 8:39). Hal yang sama terjadi pada hari Kenaikan: para murid pulang ke Yerusalem, kata Kitab Suci, "dengan sangat bersukacita" (bdk. Luk 24:52-53). Sukacita adalah kepenuhan penghiburan, kepenuhan kehadiran Tuhan, karena, seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat Galatia, "sukacita adalah buah Roh Kudus" (bdk. Gal 5:22); sukacita bukan akibat dari emosi yang meledak karena sesuatu yang menakjubkan ... Tidak, lebih dari itu. Sukacita ini, yang memenuhi diri kita, adalah buah Roh Kudus. Kita tidak dapat memiliki sukacita ini tanpa Roh Kudus. Menerima sukacita Roh Kudus aadalah rahmat.

Ada terlintas dalam pikiran angka-angka terakhir, paragraf-paragraf terakhir dari Seruan Apostolik Paus Paulus VI Evangelii Nuntiandi (bdk. no. 79-80), ketika ia berbicara tentang umat Kristiani yang penuh sukacita, para penginjil yang penuh sukacita, dan bukan orang-orang yang selalu penuh sesal. Hari ini adalah hari yang baik untuk membacanya, penuh sukacita. Inilah yang dikatakan Kitab Suci kepada kita, ”Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya ...", sukacita tersebut begitu luar biasa sehingga mereka belum percaya.

Ada sebuah perikop dalam Kitab Nehemia, yang akan membantu kita hari ini dalam berkaca pada sukacita ini. Orang-orang yang telah pulang ke Yerusalem menemukan kembali Hukum Taurat, Hukum Taurat ditemukan kembali - mereka mengenal Hukum Taurat dengan hati karena mereka tidak dapat menemukan Kitab Hukum tersebut - mereka memiliki perayaan yang luar biasa dan semua orang berkumpul untuk mendengarkan Ezra sang imam yang membacakan Kitab Hukum Taurat. Orang-orang, terharu, menangis; mereka menangis dengan sukacita karena sesungguhnya Kitab Hukum Taurat ditemukan dan mereka menangis, tangisan mereka penuh sukacita ... Pada akhirnya, ketika imam Ezra selesai, Nehemia berkata kepada orang-orang, "Jangan kamu berdukacita dan menangis!, jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!" (bdk. Neh 8:1-12).

Kata Kitab Nehemia ini akan membantu kita hari ini. Kekuatan yang luar biasa di mana kita mengubah rupa, memberitakan Injil, berjalan maju sebagai saksi-saksi kehidupan adalah sukacita Tuhan dan buah Roh Kudus, serta hari ini kita memohon kepada-Nya untuk menganugerahkan kita buah ini.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.