Bacaan
Ekaristi : Kis. 4:32-37; Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Yoh. 3:7-15.
"Dilahirkan
dari atas” (Yoh 3:7) adalah dilahirkan dengan kekuatan Roh Kudus. Kita tidak
bisa membawa Roh Kudus untuk diri kita sendiri; kita hanya bisa
memperkenankan-Nya mengubah rupa kita. Dan kepatuhan kita membuka pintu bagi
Roh Kudus : Dialah yang melakukan perubahan, perubahan rupa - kelahiran kembali
dari atas. Yesus berjanji untuk mengutus Roh Kudus (bdk. Kis 1:8). Roh Kudus
mampu melakukan berbagai mukjizat, berbagai hal yang bahkan tidak dapat kita
pikirkan. Contohnya adalah jemaat Kristen perdana ini, yang bukan sebuah
khayalan, apa yang dikatakan kepada kita di sini bukan sebuah khayalan : sebuah
teladan, di mana kita dapat tiba ketika ada kepatuhan serta Roh Kudus
diperkenankan untuk masuk dan Ia mengubah rupa kita. Suatu jemaat - katakan
saja demikian - yang merupakan "impian". Memang benar bahwa segera
sesudahnya permasalahan akan dimulai, tetapi Tuhan membuat kita melihat ke mana
kita dapat mencapai jika kita terbuka kepada Roh Kudus, jika kita patuh. Ada
kerukunan dalam jemaat ini (bdk. Kis 4:32-37). Roh Kudus adalah Guru Kerukunan,
Ia mampu melakukannya, dan Ia melakukannya di sini. Ia harus melakukannya di
dalam hati kita : Ia harus mengubah begitu banyak hal kita, tetapi menghasilkan
kerukunan, karena Ia sendiri adalah kerukunan. Juga, kerukunan antara Bapa dan
Putra : Ia adalah cinta kerukunan. Dan dengan kerukunan, Ia menciptakan hal-hal
ini, seperti jemaat yang sangat rukun ini. Namun kemudian, sejarah memberitahu
kita - Kitab Kisah Para Rasul itu sendiri - banyak masalah dalam jemaat. Ini
adalah suatu teladan : Tuhan memperkenankan teladan jemaat yang hampir-hampir
“surgawi” ini membuat kita melihat ke mana kita harus tiba.
Namun,
perpecahan dimulai di dalam jemaat. Dalam bab kedua dari Suratnya, Rasul
Yakobus, mengatakan : “Janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang
muka" (Yak 2:1), karena ada perpecahan! "Jangan membeda-bedakan"
: Para Rasul harus pergi untuk menegur. Dan dalam bab 11 dari Surat Pertamanya
kepada jemaat Korintus, Paulus menyesali : "Aku mendengar ada perpecahan
di antara kamu" (bdk. 1 Kor 11:18) : perpecahan di dalam jemaat dimulai.
Dan kita harus sampai pada "impian" ini, tetapi itu tidak mudah : ada
begitu banyak hal yang memecah-belah suatu jemaat, baik di dalam paroki, atau
keuskupan, atau kalangan imam, atau para pelaku hidup bakti ... begitu banyak
hal masuk untuk memecah belah jemaat.
Melihat
hal-hal apa yang ada, yang memecah belah jemaat Kristen perdana, saya menemukan
tiga : pertama, uang. Ketika Rasul Yakobus mengatakan hal ini - tidak memiliki
kesukaan pribadi -, ia memberikan contoh sebab “jika ada seorang masuk ke dalam
kumpulanmu, ke gerejamu, dengan memakai cincin emas dan pakaian indah, kamu mengantarkannya
ke depan dan kamu mengesampingkan orang miskin” (bdk. Yak 2:2), itulah uang.
Paulus mengatakan hal yang sama : "Orang kaya membawa makanan dan mereka
memakannya, serta orang miskin tetap berdiri" (bdk. 1 Kor 11:20-22), kita
membiarkan mereka di sana seolah-olah mengatakan kepada mereka: "Aturlah
dirimu sebisamu". Uang memecah belah; cinta akan uang memecah belah
jemaat, cinta akan uang memecah belah Gereja.
Berkali-kali,
dalam sejarah Gereja, di mana ada penyimpangan ajaran - tidak selalu, tetapi
berkali-kali - uang ada di belakang penyimpangan tersebut : uang kekuasaan,
entah kekuasaan politik, entah dalam bentuk tunai, tetapi itulah uang. Uang
memecah belah jemaat. Oleh karena itu, kemiskinan adalah induk dari jemaat;
kemiskinan adalah tembok yang melindungi jemaat. Uang memecah belah,
kepentingan pribadi <memecah belah>, juga dalam keluarga. Berapa banyak
keluarga yang akhirnya terpecah belah atas warisan? Berapa banyak keluarga? Dan
mereka tidak lagi saling berbicara ... Berapa banyak keluarga. . . terpecah
belah atas warisan ... warisan memecah belah - uang memecah belah.
Kesombongan
adalah sesuatu yang lain yang memecah belah jemaat, keinginan untuk merasa
lebih baik dari orang lain. "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena aku tidak sama seperti semua orang lain" (bdk. Luk 18:11), - doa
orang Farisi. Kesombongan, merasakan diriku <lebih baik> ... Dan juga
kesombongan dalam membuat diriku terlihat, kesombongan dalam kebiasaanku, dalam
pakaianku : berapa kali - tidak selalu tetapi berkali-kali - perayaan Sakramen
adalah contoh kesombongan, orang-orang yang mengenakan pakaian yang paling baik,
yang melakukan ini atau itu ... itulah kesombongan ... pada perayaan terbesar
... Kesombongan masuk ke sana juga, dan kesombongan memecah belah, karena
kesombongan membawamu menjadi seekor burung merak dan, di mana ada seekor
burung merak selalu ada perpecahan.
Hal
ketiga yang memecah belah jemaat adalah pergunjingan. Ini bukan pertama kalinya
saya mengatakannya, tetapi itulah kenyataan; itulah kenyataan, hal itu yang
dimasukkan iblis ke dalam diri kita, sebagai kebutuhan untuk berbicara buruk
tentang orang lain. “Tetapi dia orang yang baik ...“ - “Ya, ya, namun demikian
..." segera sebuah "tetapi", itulah sebuah batu untuk
mendiskualifikasikan orang lain dan saya segera mengatakan sesuatu yang saya
dengar serta saya juga sedikit merendahkan orang lain.
Namun,
Roh selalu datang dengan kekuatan-Nya untuk menyelamatkan kita dari keduniawian
uang, kesombongan dan pergunjingan, karena Roh bukanlah dunia : Ia menentang
dunia; Ia mampu melakukan mukjizat-mukjizat ini, hal-hal besar ini.
Marilah
kita memohonkan kepada Tuhan kepatuhan kepada Roh sehingga Ia sudi mengubah
rupa diri kita dan mengubah rupa jemaat kita, jemaat paroki, keuskupan dan
jemaat keagamaan kita : agar Ia sudi mengubah rupa mereka, selalu berjalan maju
dalam kerukunan yang dikehendaki Yesus untuk jemaat Kristiani.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.