Bacaan
Ekaristi : Kis. 5:17-26; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Yoh. 3:16-21.
Perikop
Injil Yohanes ini - bab 3 -, dialog antara Yesus dan Nikodemus, adalah sebuah
risalah teologi yang sesungguhnya: semuanya ada di sini, dalam bab ini. Dan
setiap kali kita membacanya, kita menemukan semakin banyak kekayaan, semakin
banyak penjelasan, semakin banyak hal yang membuat kita memahami pewahyuan
Allah. Sebaiknya membacanya berulang kali, untuk mendekati misteri Penebusan.
Hari ini saya hanya akan mengambil dua poin dari semua ini, dua poin yang ada
di dalam perikop hari ini.
Poin
yang pertama adalah pewahyuan kasih Allah. Allah mengasihi kita dan mengasihi
kita - seperti kata seorang santo (Santo Gregorius Agung) - kegilaan : kasih
Allah tampak gila. Ia mengasihi kita : “Ia begitu mengasihi dunia sehingga
mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal”. Ia telah mengaruniakan Putra-Nya, Ia
telah mengutus Putra-Nya dan Ia mengutus-Nya untuk wafat di kayu salib. Setiap
kali kita memandang salib, kita menemukan kasih ini. Salib, sesungguhnya,
adalah buku yang luar biasa tentang kasih Allah. Salib bukan obyek untuk
diletakkan di sini atau di sana, lebih indah, tidak begitu indah, lebih kuno,
lebih modern ... tidak. Justru ungkapan kasih Allah. Allah telah begitu
mengasihi kita : Ia mengutus Putra-Nya, yang membinasakan diri-Nya sampai wafat
di kayu salib karena kasih. Allah begitu mengasihi dunia ketika menganugerahkan
Putra-Nya.
Berapa
banyak orang, berapa banyak umat Kristiani menghabiskan waktu mereka memandang
salib - dan mereka menemukan segalanya di sana, karena mereka telah memahami;
Roh Kudus telah membuat mereka memahami segenap ilmu pengetahuan, segenap kasih
Allah, segenap kebijaksanaan Kristiani ada di sana. Paulus berbicara tentang
hal ini, menjelaskan bahwa segenap penalaran manusia yang dilakukannya berguna
sampai titik tertentu, tetapi penalaran yang benar, cara berpikir yang paling
indah, tetapi juga yang menjelaskan segalanya, adalah salib Kristus, adalah
Kristus yang disalibkan, yaitu skandal dan kegilaan tetapi merupakan caranya.
Dan inilah kasih Allah. Allah begitu mengasihi dunia sehingga menganugerahkan
Putra-Nya yang tunggal. Dan mengapa? Supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Kasih Bapa yang
menghendaki anak-anak-Nya bersama-Nya.
Memandang
salib dalam keheningan, memandang luka-luka, memandang hati Yesus, memandang
keseluruhan : Kristus yang disalibkan, Putra Allah, dibinasakan, dihina ...
karena kasih. Inilah poin yang pertama yang hari ini dibuat oleh risalah
teologi ini, yaitu dialog Yesus dengan Nikodemus.
Poin
yang kedua adalah suatu poin yang juga akan membantu kita : "Terang telah
datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada
terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat". Yesus juga mengemukakan
kembali pertanyaan tentang terang ini. Ada orang-orang - kita juga, berulang
kali - yang tidak bisa hidup dalam terang karena mereka terbiasa dengan
kegelapan; terang menyilaukan mereka, mereka tidak mampu melihat. Mereka adalah
kelelawar manusiawi : mereka hanya bisa bergerak di malam hari. Dan kita juga,
ketika kita berada dalam dosa, berada dalam keadaan ini; terang menampar kita,
terang membuat kita melihat apa yang tidak ingin kita lihat. Tetapi <hal>
yang terburuk yakni mata, mata jiwa, dari kehidupan yang begitu banyak terbiasa
dalam kegelapan sampai pada titik tertentu sehingga mereka akhirnya mengabaikan
apakah terang. Dan banyak skandal manusiawi, banyak korupsi menunjukkan hal ini
kepada kita. Orang yang korup tidak mengetahui apakah terang; mereka tidak
mengetahuinya. Kita juga, ketika kita berada dalam keadaan berdosa, dalam
keadaan terasing dari Tuhan, menjadi buta dan kita merasa lebih baik dalam
kegelapan dan dengan demikian kita berjalan, tanpa melihat, sebagai orang buta,
bergerak semampu kita.
Marilah
kita memperkenankan kasih Allah, yang mengutus Yesus untuk menyelamatkan kita,
memasuki diri kita, dan terang yang dibawa Yesus, terang Roh memasuki diri kita
dan membantu kita untuk melihat segalanya dengan terang Allah, dengan terang
sejati dan bukan dengan kegelapan yang diberikan sang empunya kegelapan kepada
kita.
Dua
hal hari ini : kasih Allah di dalam Kristus, di kayu salib, di dalam kehidupan
sehari-hari. Dan pertanyaan sehari-hari yang dapat kita ajukan kepada diri kita
: “Apakah aku berjalan dalam terang atau apakah aku berjalan dalam kegelapan?
Apakah aku seorang anak Allah atau apakah aku akhirnya menjadi seekor kelelawar
yang malang?”
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.