Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 22 April 2020 : PEWAHYUAN KASIH ALLAH DAN TERANG TELAH DATANG KE DUNIA


Bacaan Ekaristi : Kis. 5:17-26; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Yoh. 3:16-21.


Perikop Injil Yohanes ini - bab 3 -, dialog antara Yesus dan Nikodemus, adalah sebuah risalah teologi yang sesungguhnya: semuanya ada di sini, dalam bab ini. Dan setiap kali kita membacanya, kita menemukan semakin banyak kekayaan, semakin banyak penjelasan, semakin banyak hal yang membuat kita memahami pewahyuan Allah. Sebaiknya membacanya berulang kali, untuk mendekati misteri Penebusan. Hari ini saya hanya akan mengambil dua poin dari semua ini, dua poin yang ada di dalam perikop hari ini.

Poin yang pertama adalah pewahyuan kasih Allah. Allah mengasihi kita dan mengasihi kita - seperti kata seorang santo (Santo Gregorius Agung) - kegilaan : kasih Allah tampak gila. Ia mengasihi kita : “Ia begitu mengasihi dunia sehingga mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal”. Ia telah mengaruniakan Putra-Nya, Ia telah mengutus Putra-Nya dan Ia mengutus-Nya untuk wafat di kayu salib. Setiap kali kita memandang salib, kita menemukan kasih ini. Salib, sesungguhnya, adalah buku yang luar biasa tentang kasih Allah. Salib bukan obyek untuk diletakkan di sini atau di sana, lebih indah, tidak begitu indah, lebih kuno, lebih modern ... tidak. Justru ungkapan kasih Allah. Allah telah begitu mengasihi kita : Ia mengutus Putra-Nya, yang membinasakan diri-Nya sampai wafat di kayu salib karena kasih. Allah begitu mengasihi dunia ketika menganugerahkan Putra-Nya.

Berapa banyak orang, berapa banyak umat Kristiani menghabiskan waktu mereka memandang salib - dan mereka menemukan segalanya di sana, karena mereka telah memahami; Roh Kudus telah membuat mereka memahami segenap ilmu pengetahuan, segenap kasih Allah, segenap kebijaksanaan Kristiani ada di sana. Paulus berbicara tentang hal ini, menjelaskan bahwa segenap penalaran manusia yang dilakukannya berguna sampai titik tertentu, tetapi penalaran yang benar, cara berpikir yang paling indah, tetapi juga yang menjelaskan segalanya, adalah salib Kristus, adalah Kristus yang disalibkan, yaitu skandal dan kegilaan tetapi merupakan caranya. Dan inilah kasih Allah. Allah begitu mengasihi dunia sehingga menganugerahkan Putra-Nya yang tunggal. Dan mengapa? Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Kasih Bapa yang menghendaki anak-anak-Nya bersama-Nya.

Memandang salib dalam keheningan, memandang luka-luka, memandang hati Yesus, memandang keseluruhan : Kristus yang disalibkan, Putra Allah, dibinasakan, dihina ... karena kasih. Inilah poin yang pertama yang hari ini dibuat oleh risalah teologi ini, yaitu dialog Yesus dengan Nikodemus.

Poin yang kedua adalah suatu poin yang juga akan membantu kita : "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat". Yesus juga mengemukakan kembali pertanyaan tentang terang ini. Ada orang-orang - kita juga, berulang kali - yang tidak bisa hidup dalam terang karena mereka terbiasa dengan kegelapan; terang menyilaukan mereka, mereka tidak mampu melihat. Mereka adalah kelelawar manusiawi : mereka hanya bisa bergerak di malam hari. Dan kita juga, ketika kita berada dalam dosa, berada dalam keadaan ini; terang menampar kita, terang membuat kita melihat apa yang tidak ingin kita lihat. Tetapi <hal> yang terburuk yakni mata, mata jiwa, dari kehidupan yang begitu banyak terbiasa dalam kegelapan sampai pada titik tertentu sehingga mereka akhirnya mengabaikan apakah terang. Dan banyak skandal manusiawi, banyak korupsi menunjukkan hal ini kepada kita. Orang yang korup tidak mengetahui apakah terang; mereka tidak mengetahuinya. Kita juga, ketika kita berada dalam keadaan berdosa, dalam keadaan terasing dari Tuhan, menjadi buta dan kita merasa lebih baik dalam kegelapan dan dengan demikian kita berjalan, tanpa melihat, sebagai orang buta, bergerak semampu kita.

Marilah kita memperkenankan kasih Allah, yang mengutus Yesus untuk menyelamatkan kita, memasuki diri kita, dan terang yang dibawa Yesus, terang Roh memasuki diri kita dan membantu kita untuk melihat segalanya dengan terang Allah, dengan terang sejati dan bukan dengan kegelapan yang diberikan sang empunya kegelapan kepada kita.

Dua hal hari ini : kasih Allah di dalam Kristus, di kayu salib, di dalam kehidupan sehari-hari. Dan pertanyaan sehari-hari yang dapat kita ajukan kepada diri kita : “Apakah aku berjalan dalam terang atau apakah aku berjalan dalam kegelapan? Apakah aku seorang anak Allah atau apakah aku akhirnya menjadi seekor kelelawar yang malang?”

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.